Arianespace Berniat Lanjutkan Dominasi

- Editor

Jumat, 5 Oktober 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perusahaan teknologi antariksa asal Perancis, Arianespace, berniat mempertahankan dominasi di pasar peluncuran satelit komersial Indonesia. Di tengah persaingan yang semakin ketat, Arianespace optimistis reputasi sebagai satu-satunya perusahaan antariksa yang tak pernah gagal mengorbitkan satelit akan tetap menjadi daya tarik utama konsumen.

”Garansi keberhasilan peluncuran satelit, ketepatan waktu, dan harga yang kompetitif merupakan nilai utama yang kami pegang teguh,” kata Direktur Utama Arianespace ASEAN Vivian Quenet, di Jakarta, Kamis (4/10/2018). Ketiga hal itu pula yang dipercaya menjadi kekuatan Arianespace dibandingkan dengan kedua perusahaan pesaing, yaitu Proton asal Rusia dan SpaceX asal Amerika Serikat.

PANDU WIYOGA UNTUK KOMPAS–Direktur Utama Arianespace ASEAN Vivian Quenet dan Senior Vice President Arianespace Global Jacques Breton saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (4/10/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Vivian menyadari kebangkitan Proton dan kehadiran SpaceX memberikan tekanan baru kepada dominasi Arianespace. Ia juga mengakui saat ini SpaceX selangkah lebih maju dalam bidang inovasi setelah mengenalkan roket peluncur yang bisa digunakan kembali.

Namun, menurut Vivian, inovasi SpaceX itu bukan merupakan game changer di bidang peluncuran satelit. ”Teknologi roket peluncur yang bisa digunakan kembali tak membuat biaya peluncuran satelit menjadi lebih murah, bahkan akan menjadi lebih mahal jika biaya pendaratan roket ikut dihitung,” ujar Vivian.

ANTARA/ISMAR PATRIZKI–Roket Ariane 5 yang membawa BRIsat diluncurkan dari fasilitas antariksa Arianespace, Kourou, Guyana Perancis, Sabtu (18/6/2016). Satelit perbankan pertama di dunia milik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk itu berhasil meluncur pada Sabtu (18/6/2016) waktu Kourou, Guyana Perancis, atau Minggu (19/6) dini hari waktu Indonesia.

Sejak 1996, Arianespace telah mengorbitkan enam satelit bagi empat perusahaan di Indonesia, yaitu Indosat, Indovision, Telkom Indonesia, dan Bank BRI. Pada 2016, proyek terakhir Arianespace di Indonesia adalah meluncurkan satelit BRIsat dengan menggunakan roket Ariane 5 di Bandar Antariksa Guyana di Kourou, Guyana, Perancis.

”Kami tak bergantung pada fasilitas militer untuk meluncurkan roket seperti kedua perusahaan pesaing,” kata Senior Vice President Arianespace Global Jacques Breton. Jacques mengatakan, selain bisa menggunakan Bandar Antariksa Guyana, Arianespace juga dapat menggunakan fasilitas Bandar Antariksa Baikonur di Kazakhstan.

Ketersediaan dua fasilitas bandar antariksa itu menjadi kunci keberhasilan peluncuran roket Arianespace yang dikenal hampir selalu tepat waktu. ”Sistem yang efisien dan kompetitif itu membuat kami bisa meraup 60 persen pangsa pasar di wilayah Asia Pasifik,” kata Jacques.

Di tengah makin banyak negara mampu meluncurkan satelitnya sendiri dan penggunaan teknologi serat optik yang makin luas, Vivian menyatakan, satelit tetap merupakan teknologi komunikasi yang paling dapat diandalkan di negara kepulauan seperti Indonesia.

Vivian meyakini kebutuhan akan satelit dan permintaan untuk meluncurkannya juga masih akan tetap ada. ”Biaya pembangunan sistem koneksi serat optik masih jauh lebih besar dibandingkan dengan meluncurkan satelit. Selain itu, jaringan serat optik yang berupa kabel juga berisiko rusak tinggi,” ujar Vivian. (PANDU WIYOGA)–ADHI KUSUMAPUTRA

Sumber: Kompas, 4 Oktober 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB