Aplikasi Perikanan Pintar Mampu Menunjukkan Lokasi Plankton dan Ikan

- Editor

Kamis, 8 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan bekerja sama dengan PT CSM mengembangkan aplikasi Smart Fishery atau perikanan pintar untuk memudahkan para nelayan mencari ikan. Lewat aplikasi ini, nelayan bisa memperkirakan kondisi cuaca terbaik guna melaut serta menunjukkan posisi berkumpulnya plankton dan ikan.

“Ini menandakan berjalannya hilirisasi atau pemanfaatan hasil lembaga riset oleh industri,” ucap Vice President Director CSM Widi Amanasto, Rabu (7/10), di Jakarta. Ia menuturkan, dalam kerja sama tersebut, Lapan bertugas sebagai penyedia data dari berbagai sumber bagi CSM yang kemudian akan diterjemahkan menjadi informasi terkait perikanan.

Kerja sama dikukuhkan lewat penandatanganan naskah kerja sama antara Lapan dan CSM di gedung Lapan, Jakarta Timur, Rabu ini. Selain dengan CSM, Kepala Lapan Thomas Djamaluddin juga menandatangani kerja sama dengan sejumlah pemerintah daerah dan universitas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Thomas mengatakan, perjanjian-perjanjian kerja sama tersebut adalah bentuk komitmen Lapan untuk melayani masyarakat demi kemajuan bangsa. “Kami sudah memiliki dua satelit, salah satunya murni buatan insinyur Lapan. Manfaatnya antara lain untuk pemantauan pertanian dan perikanan,” ujarnya.

Widi menjelaskan, Smart Fishery dikembangkan sebagai fungsi tambahan dari sistem vessel management system (VMS), yang wajib digunakan seluruh kapal, termasuk kapal nelayan. Dengan pengembangan tersebut, nelayan tidak hanya memenuhi ketentuan hukum, tetapi juga mendapatkan manfaat besar.

Nelayan bisa memanfaatkan aplikasi untuk mencari informasi cuaca sedang buruk atau tidak untuk melaut, kondisi ombak, lokasi plankton, dan posisi ikan secara akurat. Nelayan juga bisa bercakap-cakap dengan nelayan lain, termasuk untuk meminta tolong jika terjadi situasi yang membahayakan di laut.

136a2bc1b9784d98af1e12a35288df5aKOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA–Sekretaris Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Ignatius Loyola Arisdiyo menandatangani naskah kerja sama dengan Vice President Director CSM Widi Amanasto, Rabu (7/10), di gedung Lapan, Jakarta Timur. Kerja sama bertujuan menghadirkan informasi-informasi keantariksaan Lapan terkait perikanan melalui pengembangan aplikasi Smart Fishery untuk membantu nelayan saat mencari ikan.

Sistem dalam Smart Fishery merupakan aplikasi yang bisa dipasang di perangkat, seperti tablet dan ponsel pintar berbasis Android. Koneksi aplikasi tersebut bisa menggunakan seluler ataupun sistem mobile satellite yang sebelumnya telah terpasang aplikasi Smart Fishery.

Aplikasi juga terintegrasi dengan satu sistem perangkat yang terdiri dari tablet/ponsel pintar Android, baterai cadangan dan pengisi baterai dengan tenaga surya, serta perangkat transmitter dan receivermobile satellite. Perangkat tersebut terpasang di kapal dan menerima sinyal dari satelit. Tablet atau ponsel pintar nelayan bisa terhubung melalui koneksi nirkabel ke perangkat.

Widi mengatakan, pihaknya akan menguji coba alat VMS yang dilengkapi Smart Fishery tersebut di Cirebon, Jawa Barat, pada tahun ini. Ia memperkirakan harga alat nanti berkisar Rp 5 juta-Rp 8 juta per unit saat sudah dipasarkan.

Menurut dia, harga VMS yang sudah ada selama ini tergolong mahal, sekitar Rp 50 juta per unit. Dengan demikian, VMS buatan CSM bisa diakses nelayan kelas menengah ke bawah, antara lain yang memiliki kapal berukuran 30 gros ton ke bawah.

J GALUH BIMANTARA

Sumber: Kompas Siang | 7 Oktober 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Berita ini 10 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB