Antara Gempa Aceh Juli 2013 dan Gempa Yogyakarta 2006

- Editor

Rabu, 3 Juli 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gempa Aceh pada Selasa (2/7/2013) memang hanya bermagnitudo 6,2, tetapi kerusakannya parah. Sebanyak 22 orang tewas, 210 luka-luka, dan ribuan bangunan rusak.

Pakar gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawidjaja, mengatakan, “Gempa Aceh kemarin berdampak besar karena sumbernya di daratan dan dekat dengan permukaan.”

Gempa berpusat di 181 kilometer dari Banda Aceh, 35 kilometer barat daya Kabupaten Bener Meriah. Kedalaman gempa dangkal, hanya 10 kilometer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Karena sumbernya dangkal maka guncangannya sangat terasa dan banyak bangunan roboh,” kata Danny saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/7/2013).

Gempa Aceh kali ini mengingatkan kembali pada gempa Yogyakarta bermagnitudo 6,5 yang terjadi pada 27 Mei 2006 lalu. Keduanya sama-sama merupakan gempa daratan.

Gempa Yogyakarta kala itu dipicu oleh aktivitas di sekitar sesar Opak yang memanjang dari Bantul hingga Prambanan, melewati wilayah permukiman.

Saat itu, guncangan gempa terasa selama 57 detik. Akibat gempa yang terjadi pada kedalaman 17 kilometer itu, rumah, bangunan bersejarah, dan fasilitas umum rusak. Ribuan orang tewas.

Danny mengungkapkan, kerusakan yang terjadi akibat gempa dapat dipengaruhi oleh lokasi, karakteristik tanah, dan kualitas bangunan.

“Gempa Yogyakarta sangat merusak karena sesar yang aktif ada di bawah kawasan permukiman penduduk,” kata Danny.

“Di Yogyakarta, karakteristik tanahnya juga merupakan endapan vulkanik yang rapuh sehingga mengamplifikasi gempa,” imbuh Danny.

Semakin lunak karakteristik tanah, semakin besar kemampuan mengamplifikasi gempa. Dengan demikian, guncangan akibat gempa lebih kuat dan potensi merusak lebih besar.

“Ditambah dengan bangunan di Yogyakarta yang sangat buruk saat itu maka wajar kalau gempa saat itu sangat merusak,” ungkap Danny.

Ibnu Rusydy, Peneliti Geo-Hazard Tsunami and Disaster Mitigation Research Centre (TDMRC)-Unsyiah, mengatakan bahwa pusat gempa Aceh kemarin berada di segmen Aceh.

Segmen Aceh adalah bagian dari Patahan Sumatera yang berdasarkan studi Danny dibagi menjadi 19 segmen, antara lain Seulimuem, Semangko, Musi, dan Barumun.

Danny mengungkapkan, dengan banyaknya bangunan yang rusak di Aceh, maka ia menduga, “wilayah yang banyak mengalami kerusakan merupakan wilayah yang dilewati sesar yang aktif.”

Belum diketahui secara pasti karakteristik tanah di lokasi gempa Aceh kemarin. Namun, dengan banyaknya bangunan rusak, bisa dipastikan bahwa kualitas bangunannya masih buruk.

Danny mengatakan, di Aceh, gempa memang lebih sering disebabkan oleh aktivitas tektonik di samudera. Namun, gempa daratan tak bisa diremehkan.

Menurut Danny, gempa daratan dengan magnitud yang tak begitu besar saja bisa sangat merugikan bila tak diantisipasi.

Gempa yang berpusat di samudera memang bisa menimbulkan tsunami, tetapi gempa di daratan juga bisa menimbulkan longsor yang dampaknya tak kalah parah.

Contoh nyata dahsyatnya gempa daratan adalah gempa Tahiti bermagnitudo 7 yang menyebabkan ratusan ribu bangunan runtuh dan menewaskan 200.000 jiwa.

Ibnu, kepada Kompas.com, kemarin, mengatakan, sejak 1892, telah terjadi gempa daratan dengan getaran mencapai VI MMI di sepanjang sesar Sumatera.

Selain itu, ada seismic gap, wilayah yang jarang mengalami gempa, yang perlu diwaspadai. Untuk Aceh, ada tiga segmen yang wajib diwaspadai, yaitu Tripa, Aceh, dan Seulimeum.

Tak adanya gempa wajib diwaspadai sebab sewaktu-waktu energi yang tersimpan di segmen itu bisa lepas menimbulkan gempa.

Danny mengatakan, di wilayah Toba, terdapat sesar aktif yang sudah selama 100 tahun belum melepaskan energinya. Ada pula seismic gap di wilayah Musi, Sumatera Selatan.

Menurut Danny, patahan Sumatera telah dipelajari dan dipetakan secara sistematis. Untuk meminimalkan dampak gempa, diperlukan aplikasi dari hasil studi tersebut.

“Bagaimana perencanaan tata ruang didasarkan pada hasil studi itu. Jangan sampai ada rumah apalagi fasilitas publik yang persis ada di atas sesar,” katanya.

“Untuk penduduk yang rumahnya telanjur ada di sekitar sesar aktif, perlu edukasi sehingga mereka siap,” imbuh Danny.

Sementara itu, di wilayah Indonesia lain, pemetaan sesar daratan perlu dilakukan sehingga pemerintah daerah memiliki dasar untuk merencanakan tata ruang dengan memperhitungkan risiko gempa.

Editor : Yunanto Wiji Utomo

Penulis: Yunanto Wiji Utomo

Sumber: Kompas, Rabu, 3 Juli 2013 | 14:23 WIB
—————-
BNPB: Gempa Aceh Potensi Pengaruhi 19 Segmen Sesar Semangko

Gempa bumi 6,2 skala Richter yang mengguncang Kabupaten Bener Meriah, Aceh, pada 2 Juli kemarin, berpotensi mempengaruhi jalur daratan yang terhubung dari segmen Aceh hingga Lampung. Segmen ini dikenal dengan nama Sesar Semangko.

Kepala Informasi Data Pusat dan Humas Badan Nasional Penggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan sumber gempa bumi berasal dari sesar aktif di daratan segmen Aceh. Segmen ini menjadi bagian dari Sesar Semangko dari Aceh hingga Lampung.

“Bisa dikatakan berpotensi terhadap segmen-segmen yang lain. Karena 19 Segmen yang ada di Sumatera, masih sangat aktif dan berada dalam satu sesar aktif di sepanjang 1.900 KM Sesar Semangko,” kata Sutopo di kantor BNPB, Jakarta Pusat, Rabu (3/7/2013).

Untuk gempa Aceh, kata Sutopo, tergolong normal dengan berada pada titik aktif segmen. Dengan perbandingan gempa vulkanik dan gempa tektonik yang terjadi selama dua hari sejak kemarin. “Tanggal 2 Juli kemarin, dari datanya terjadi 85 gempa vulkanik dalam, 71 gempa vulkanik dangkal dan 73 gempa tektonik,” kata sutopo.

“Sementara untuk tanggal 3 Juli, hari ini, sudah terjadi 13 gempa vulkanik dalam, 21 gempa vulkanik dangkal serta 17 gempa tektonik. Jadi masih dikatakan normal,” tegasnya.

Dari data yang diberikan BNPB, gempa sebelumnya pernah terjadi gempa pada segmen aktif sesar Semangko yakni didaerah Pidie pada 22 Januari 2013 silam dengan kekuatan gempa mencapa 6,0 SR dengan korban 1 orang meninggal serta 7 orang luka-luka. (Ary)

oleh Widji Ananta

Sumber: Liputan6.com, 03/07/2013 18:13

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB