Ancaman Abadi Flu Babi

- Editor

Rabu, 1 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kita perlu belajar dari sejarah agar mampu keluar dari krisis kesehatan. Kita pernah berhasil mengatasi flu babi. Jangan mengulang kesalahan Pemerintah Hindia Belanda dalam menanggulangi flu spanyol.

ANDREAS RENTZ / GETTY IMAGES–Peneliti mengubah asam nukleat RNA menjadi asam nukleat DNA komplementer selama analisis untuk virus influenza A (H1N1) yang biasa disebut sebagai ‘flu babi’, di Laboratorium Berlin-Brandenburg, Jerman, pada 14 Agustus 2009.

Pada 1 April 1976, pemerintah berupaya menenangkan masyarakat dengan menyatakan bahwa kecil kemungkinan flu celeng yang sedang berjangkit di Amerika Serikat menjalar ke Indonesia. Kalaupun ada, virusnya segera mati oleh panasnya suhu daerah tropis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rupanya flu celeng yang dimaksud, yang pernah melanda dunia tahun 1918, adalah flu spanyol. Laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), AS, menyatakan, virus flu spanyol adalah H1N1. Flu ini kembali menyerang dunia pada 2009, dikenal sebagai flu babi.

Maka, pernyataan pemerintah pada 1976 salah besar. Kenyataannya, pada 11 Agustus 2009, berdasarkan data Departemen Kesehatan, terdapat 812 kasus flu babi di 23 provinsi di Indonesia, tiga orang di antaranya meninggal dunia.

Sepanjang tahun 2009-2010, diperkirakan ada 700 juta-1,4 miliar orang terjangkit flu babi di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, 18.036 orang meninggal akibat pandemi itu. CDC memperkirakan angka kematian sebenarnya 151.700-575.400, namun tidak semua kasus terdeteksi dan terlaporkan.

Sampai saat ini, kasus flu babi masih terjadi. Untunglah, sejumlah obat antivirus disebut manjur untuk penyakit itu, yakni oseltamivir, peramivir dan zanamivir.

FOTO: C. GOLDSMITH – PUBLIC HEALTH IMAGE LIBRARY #11098–Gambar berwarna dari virus 1918 yang diambil oleh mikroskop elektron transmisi (TEM). Virus 1918 menyebabkan pandemi flu paling mematikan dalam sejarah manusia, yang merenggut nyawa sekitar 50 juta orang di seluruh dunia.

Sejarah mencatat, flu spanyol yang menjangkiti 500 juta orang di seluruh dunia, juga mewabah di Indonesia. Tahun 1918-1920, tak kurang dari 1,5 juta nyawa melayang di Hindia Belanda (Kompas, 21 Maret 2020), melengkapi sekitar 50 juta korban di seluruh dunia.

Manusia tak boleh pongah. Kita tak boleh meremehkan makhluk berukuran sekitar 2 mikrometer itu.

Tak juga saat ini. Saat pandemi virus lain, yakni SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, berlangsung. Sempat diremehkan, kini kasus positif Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Langkah pengendalian penyakit kalah cepat dengan penularan virus di masyarakat. Padahal, sejauh ini belum ada obatnya.

Saatnya kita belajar dari sejarah untuk mencari cara terbaik keluar dari krisis kesehatan. Jangan mengulang kesalahan masa lalu. Kita tidak perlu terperosok berkali-kali ke lubang yang sama.

Oleh ATIKA WALUJANI MOEDJIONO

Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Sumber: Kompas, 1 April 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Berita ini 25 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 2 Oktober 2025 - 16:30 WIB

Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB