Analisis tentang Deforestasi Menjadi Evaluasi

- Editor

Rabu, 20 November 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Selasa (19/11), di Jakarta, menilai, kajian yang menyatakan terjadi deforestasi 2 juta hektar pada tahun 2012 terlalu tinggi. Namun, kajian analisis citra satelit oleh para peneliti itu bisa menjadi masukan evaluasi.

Ia menanggapi laporan 15 perguruan tinggi (dipimpin Universitas Maryland, AS) bersama Google dalam jurnal Science, 14 November 2013. ”Tidak mungkin. Di mana lahan deforestasi 2 juta hektar? Tetapi ini tetap jadi evaluasi kami,” katanya.

Laporan menyatakan, angka deforestasi global mencapai 2,3 juta kilometer persegi (230 juta ha). Artinya, laju deforestasi global ditaksir 68.000 luas lapangan sepak bola per hari dalam 13 tahun atau 50 lapangan bola tiap menit. Kabar baiknya, kajian menemukan 800.000 ha lahan kembali dihutankan.

Kajian Prof Matthew Hansen dari Universitas Maryland dan kolega dihasilkan dari analisis data citra satelit beresolusi tinggi tahun 2000-2012. Pada periode sama di Indonesia terjadi deforestasi 10.000 km persegi (1 juta ha) per tahun (2000-2003) hingga 20.000 km persegi (2 juta ha) per tahun (2011-2012). Luas hutan hilang pada periode itu 15,8 juta ha dengan rata-rata peningkatan deforestasi 1.021 km persegi (102.100 ha).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Zulkifli menjelaskan, kebijakan perubahan tata ruang 2012 tak dihitung sebagai deforestasi. Ia mencontohkan, penggunaan 750.000 ha hutan di Papua sebagai lahan pertanian dan wilayah yang diminta daerah untuk diubah jadi areal penggunaan lain.

Direktur Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan Bambang Soepijanto menyatakan, ada perbedaan terminologi tentang deforestasi. Satu pihak memandang penanaman hutan tanaman industri (HTI) bentuk menghutankan kembali. Namun, satelit landsat memotret sebagai hutan gundul.

Ia mengusulkan perubahan terminologi baku. ”Harus ada hutan tetap yang tak boleh ditebang, yaitu hutan konservasi dan hutan lindung. Di Indonesia, hutan tetap termasuk hutan produksi yang bisa ditebang,” katanya.

Elfian Effendy, Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia, menilai penelitian Hansen dan kolega sebagai pengakuan secara akademis bahwa hutan tanaman diakui sebagai hutan. ”Ini tampak dari forest gain di daerah HTI. Artinya, hutan alam yang telah dideforestasi kemudian diubah menjadi hutan tanaman, dipetakan sebagai peningkatan tutupan hutan,” katanya. (ICH)

Sumber: Kompas, 20 November 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB