Anak Muda Perlu Inspirasi

- Editor

Senin, 28 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Generasi Muda Penting Dilibatkan dalam Riset Fundamental
Anak-anak muda Indonesia perlu inspirasi dan terus didorong mengembangkan ilmu pengetahuan. Kelak, mereka harus bisa melahirkan teori-teori sebagai bentuk sumbangsih Indonesia bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia yang dibutuhkan umat manusia.

Karena itu, eksperimen luar angkasa yang berhasil dilakukan pelajar SMA Indonesia diharapkan menginspirasi banyak anak muda lain untuk mengembangkan semangat riset. “Kesempatan bagi Indonesia lewat anak-anak muda untuk bisa melakukan eksperimen di luar angkasa tak boleh dilewatkan,” kata JW Saputro dari Indonesia Space Research Group, di Jakarta, Jumat (25/3).

Menurut Saputro, dengan pendanaan mengandalkan donatur, pribadi, orangtua siswa, dan sekolah yang terlibat, Indonesia bisa membuktikan bahwa generasi mudanya bisa menghasilkan riset yang penting.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ada dua eksperimen yang disiapkan siswa SMA di Indonesia yang dibawa ke luar angkasa dengan roket yang diluncurkan pada Rabu silam di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Eksperimen pertama ialah karya siswa SMA Unggul Del di Laguboti, Sumatera Utara, yang bertujuan mempelajari pertumbuhan ragi di luar angkasa dalam kondisi gravitasi hampir nol. Adapun eksperimen kedua disiapkan tim siswa gabungan dari SMA di Jakarta, Bandung, dan Jayapura untuk mempelajari pertumbuhan padi di luar angkasa.

Kedua eksperimen diluncurkan ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) dengan ditumpangkan pada Cygnus Cargo Freighter. Dalam waktu tak lama lagi, siswa yang terlibat dalam eksperimen mulai mengamati dan mencatat eksperimen mereka (Kompas, 24/3).

Saputro menjelaskan, eksperimen pertumbuhan ragi dan padi di luar angkasa yang digagas pelajar SMA Indonesia terlihat sederhana, tetapi sebenarnya sangat berguna. Kelak, eksperimen ini dapat mendukung persediaan makanan bagi astronot yang melakukan perjalanan jarak jauh. Tahun 2030, misalnya, direncanakan dilakukan pengiriman manusia ke Mars.

“Pelibatan generasi muda kita dalam riset fundamental dan frontier atau riset dasar ini bertujuan menyiapkan keterlibatan Indonesia untuk menumbuhkan pohon pengetahuan milik bangsa sendiri,” ujar Saputro. Menurut dia, selama ini, Indonesia cenderung melakukan riset yang langsung menghasilkan manfaat atau inovasi. Padahal, riset dasar juga sangat dibutuhkan.

Saputro mencontohkan, pada tahun 1950, riset mengenai struktur double helix untuk DNA dilakukan. Baru 50-60 tahun kemudian hasilnya dipakai untuk membuat peta genetik (genom) yang mampu menyingkap rahasia hidup manusia.

Program untuk melibatkan lebih banyak siswa dan sekolah dalam pengembangan eksperimen luar angkasa, ujarnya, akan dilakukan. Dukungan pemerintah dalam bentuk pendanaan di APBN sudah diupayakan.

Saputro mengakui, riset semacam itu memerlukan biaya besar. Akan tetapi, perannya penting karena menjadi bagian dari investasi pohon pengetahuan Indonesia.

Secara terpisah, mantan Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Indonesia Edy Suandi Hamid mengingatkan pemerintah agar memiliki strategi riset yang jelas. Menurut dia, banyak dana riset yang teralokasi sekadar untuk kepentingan akademik, yakni hanya untuk memenuhi kewajiban kenaikan pangkat atau pemenuhan kewajiban tridarma perguruan tinggi.

Mirasstity Akacia Putri, siswi SMA Madania ISWCS, mengatakan, dirinya menyukai biologi dan merencanakan untuk menjadi peneliti. Berkat keikutsertaannya dalam kegiatan L’Oreal Science Projects, ia mengenal sejumlah peneliti serta berkunjung ke lembaga penelitian. Hal ini membuat wawasannya tentang karier peneliti terbuka. “Sains ternyata bisa sangat menarik,” ujar Mirasstity. (ELN)
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Maret 2016, di halaman 11 dengan judul “Anak Muda Perlu Inspirasi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB