Akreditasi Global sebagai Pengakuan Kualitas Mahasiswa

- Editor

Sabtu, 5 September 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Fakultas teknik di perguruan-perguruan tinggi berusaha mencapai pengakuan dari industri multinasional melalui akreditasi oleh Badan Akreditasi Keinsinyuran dan Teknologi (ABET). Hal ini merupakan salah satu cara untuk mencetak insinyur-insinyur siap pakai di Indonesia.

Menurut Dekan Fakultas Teknik Universitas Bina Nusantara (Binus) John Freddy Bobby Saragih, ada dua cara bagi seorang insinyur untuk mendapat pengakuan. Pertama, melalui pelatihan profesi keinsinyuran yang diikuti secara individual. “Kedua adalah secara eksekutif, yaitu apabila jurusan atau program studi teknik tersebut resmi memiliki akreditasi ABET,” katanya di Jakarta, Jumat (4/9).

ABET berasal dari Amerika Serikat dan resmi sebagai standar dalam program-program ilmu teknik dan komputer di dunia. Universitas Binus pada 5 Agustus 2015 dinyatakan resmi menerima akreditasi ABET untuk tiga jurusan, yakni Teknik Industri, Teknik Sipil, dan Sistem Komputer. Dengan demikian, Binus merupakan perguruan tinggi ketiga di Indonesia, setelah Institut Teknologi Bandung dan Institut Pertanian Bogor, yang beberapa program studi tekniknya diakreditasi ABET.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bobby menuturkan bahwa hal tersebut akan memudahkan para lulusan dalam mencari pekerjaan, baik di Indonesia maupun di luar negeri, karena kemampuan beserta keterampilan mereka terjamin. “Tentu saja, apabila peraturan presiden tentang sertifikasi insinyur sudah keluar, mereka juga bisa mengambil pendidikan profesi agar memiliki sertifikat insinyur profesional,” ujarnya.

Fokus ke mahasiswa
Ketua Persiapan Akreditasi ABET di Binus Ho Hwi Chie menjelaskan, proses persiapan memakan waktu enam tahun untuk melengkapi seluruh persyaratan. Mulai dari proses penerimaan mahasiswa baru, kurikulum, pembimbingan, kualitas serta beban kerja dosen, pembuatan karya, hingga kesinambungan program diperbaiki agar sesuai standar ABET.

“Akreditasi tersebut akan terus diawasi ABET untuk memastikan Binus benar-benar berkomitmen menjalankan pendidikan teknik sesuai standar internasional. Kalau kami lalai, akreditasi berisiko dicabut,” ujarnya.

47c5593948d049c7a828d17bc9bf63a9Kompas/Priyombodo–Para pencari kerja berkerumun untuk mengirim lamaran kerja secara dalam jaringan (online) dalam Binus Online Job Expo yang berlangsung di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, beberapa waktu lalu. Binus merupakan perguruan tinggi ketiga di Indonesia, setelah Institut Teknologi Bandung dan Institut Pertanian Bogor, yang beberapa program studi tekniknya diakreditasi ABET.

Dalam proses, para mahasiswa turut dilibatkan. Tujuannya adalah mendengar aspirasi dari mereka sehingga perbaikan yang dilakukan tepat sasaran. Mahasiswa juga diberi kenyamanan fasilitas, seperti perpustakaan yang lengkap, mentoring dengan dosen di luar jadwal kuliah apabila masih ada hal yang belum dimengerti, serta materi kuliah yang bisa diunduh beberapa bulan sebelum perkuliahan dimulai.

“Kuliah teknik sangat sulit. Jadi, jangan sampai mahasiswa malah pusing karena kekurangan di bagian-bagian yang seharusnya bisa mendukung studi mereka,” kata Bobby.

Ia juga menuturkan, mahasiswa dimagangkan ke industri yang sesuai dengan bidang teknik yang mereka pelajari. Mereka juga membantu penelitian para dosen yang menjadi narasumber di berbagai proyek pembangunan infrastruktur pemerintah untuk mencari solusi dari berbagai permasalahan riil. Ketika lulus, atas rekomendasi dosen pembimbing, mereka masuk ke perusahaan-perusahaan yang terlibat pembangunan tersebut agar ilmunya bisa dipraktikkan.

Pada kesempatan terpisah, Wakil Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia Ngadiyanto menjelaskan, Indonesia mengalami krisis insinyur di lapangan karena hanya 45 persen dari lulusan jurusan teknik yang benar-benar berpraktik pada bidang tersebut. Sisanya bekerja di bidang-bidang lain.

“Harus ada perubahan sistemik agar para sarjana teknik dan insinyur muda tertarik bekerja membangun bangsa dengan ilmu keinsinyuran mereka. Kalau tidak, pada 2019, Indonesia akan defisit 120.000 orang insinyur,” ujarnya.

Laraswati Ariadne Anwar
Sumber: Kompas Siang | 4 September 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB