Ahli Sagu Indonesia Meninggal

- Editor

Rabu, 6 April 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Achmad Memed Satari, Guru Besar Ilmu Tanah Institut Pertanian Bogor, meninggal dunia pada Senin (4/4), di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. Rektor IPB periode 1970-1974 dan 1974-1978 itu berpulang dalam usia 83 tahun.

Semasa hidup, Satari yang berlatar belakang pendidikan kehutanan dikenal sebagai ahli sagu. Keahliannya relevan dengan keanekaragaman pangan. “Beliau yang menggugah kita semua akan pentingnya sagu sebagai salah satu bahan pangan pokok bagi masyarakat tropis,” ujar Wakil Rektor IPB Yonny Koesmaryono saat dihubungi dari Jakarta, Selasa.

Yonny menerangkan, kepedulian Satari pada sagu didapat ketika ia menjadi Ketua Deputi Bidang Ilmu Dasar dan Terapan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi tahun 1983-1990.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Sebagai ahli kehutanan, Satari menyadari bahwa sagu yang endemik di Indonesia adalah salah satu solusi krisis pangan. Maka, dia mengembangkan penelitian produksi sagu hingga pengolahannya ke dalam bentuk produk turunan,” tutur Yonny.

9157de55627d4a5890c0d6a6a1fe46c8Achmad Memed Satari–RAT

Menurut Yonny, penelitian Satari mengenai sagu dilanjutkan oleh para peneliti muda. Targetnya untuk mendirikan pusat penelitian dan pengembangan sagu pertama di Indonesia.

Pada kesempatan terpisah, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengenang Satari sebagai rektor yang konsisten berkarya. “Dia pernah menggalakkan penerimaan mahasiswa baru lewat proyek perintis untuk mendorong sektor pertanian,” katanya.

Pria kelahiran Bandung, 13 Maret 1933, itu meraih insinyur kehutanan di Universitas Indonesia (1958), Master of Forestry di Oregon State University (1961), dan PhD ilmu tanah dari Michigan State University (1967).

Selasa, jenazahnya dimakamkan di Bandung, Jawa Barat, setelah disemayamkan di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor. Rektor IPB Herry Suhardiyanto melepas jenazah dari kampus.

Menurut Dekan Fakultas Pertanian IPB Agus Purwito, jejak keilmuan Satari relevan dengan isu strategis, yakni ketahanan pangan. (C02/DNE/RTS)
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 April 2016, di halaman 11 dengan judul “Ahli Sagu Indonesia Meninggal”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB