Acuan Pengukuran Sampah Laut Ditetapkan

- Editor

Jumat, 13 Desember 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Petugas dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu membersihkan sampah di pantai di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakata, Jumat (30/11/2018). Sampah yang hanyut sampai ke pantai tersebut sebagian besar berlumur limbah minyak. Belum diketahui asal usul minyak yang mencemari sejak Senin (26/11/2018) tersebut...Kompas/Heru Sri Kumoro.30-11-2018

Petugas dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu membersihkan sampah di pantai di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakata, Jumat (30/11/2018). Sampah yang hanyut sampai ke pantai tersebut sebagian besar berlumur limbah minyak. Belum diketahui asal usul minyak yang mencemari sejak Senin (26/11/2018) tersebut...Kompas/Heru Sri Kumoro.30-11-2018

Pemerintah menetapkan angka acuan pengukuran sampah di laut sebesar 0,27 juta – 0,59 juta ton. Itu menjadi data patokan dalam upaya mencapai penurunan jumlah sampah di laut sebesar 70 persen pada tahun 2025. Angka ini dihitung tim peneliti lapangan di sejumlah 18 titik seluruh Indonesia, termasuk Jakarta.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO–Sampah memenuhi permukaan air Kali Dadap di Kelurahan Dadap, Kosambi, Tangerang, Banten, Senin (9/12/2019). Keberadaan sampah tersebut selain menyebabkan sumber penyakit juga menjadi penghambat aliran air ke laut.KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Penghitungan angka patokan (baseline) sampah laut dimulai sejak Februari 2018 dengan melibatkan peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), National Plastic Action Partnership (NPAP), dan Bank Dunia. Angka tersebut pun “mengoreksi” hasil riset Jenna Jambeck (University of Georgia) pada tahun 2015 yang menempatkan Indonesia sebagai penyumbang sampah laut terbesar kedua dunia sebesar 0,48 juta – 1,29 juta ton setiap tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Merespons isu yang sempat mempermalukan Indonesia tersebut, Indonesia menerbitkan Peraturan Presiden No 83 tahun 2018 tentang Penanganan Sampah di Laut. Isinya memerintahkan sejumlah 16 kementerian/lembaga untuk menjalankan sejumlah perintah untuk mencapai 70 persen penurunan sampah di laut pada 2025.

“Jadi nanti acuan kalau mau mengukur keberhasilan pengurangan sampah di laut pakai angka itu (0,27 juta – 0,59 juta ton),” kata Laksana Tri Handoko, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kamis (12/12/2019), di Jakarta. Ia ditemui seusai mengikuti rapat koordinasi penanganan sampah laut yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko, Kamis (12/12/2019) di Jakarta.

Ia mengatakan tonase sampah itu terdiri dari berbagai jenis sampah plastik, kayu, logam, tekstil, dan sebagainya. Seperti halnya riset terbaru yang dilakukan penelitinya di Teluk Jakarta, sampah-sampah yang terbuang itu berupa sampah plastik yang tak memiliki nilai seperti styrofoam dan lembaran plastik.

Estimasi baseline data sampah laut merupakan salah satu aktivitas utama dari Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut yang berada di bawah dan bertanggjawab langsung kepada Presiden. Tim yang diketuai Menko Maritim (dan Investasi) ini menjalankan Perpres 83.

Sekretaris Tim Koordinasi Nasional yang juga Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati mengatakan dalam rapat koordinasi itu, Menteri LHK Siti Nurbaya memunculkan ide penggunaan plastik sekali pakai di semua kantor pemerintah pusat dan daerah. Diusulkan, pelarangan ini berlaku mulai Februari 2018 dengan masa peralihan 6 bulan untuk kantor pemerintah pusat dan setahun untuk kantor pemerintah daerah.

“Ini nanti direktif dari Menko Maritim dan Investasi,” kata dia. Lalu bagaimana tindakan bila terdapat instansi/kantor yang tak menjalankannya? Ia mengatakan hingga kini belum ada namun untuk pemerintah pusat memiliki mekanisme insentif/disinsentif dan penghargaan Adipura agar diikuti kepala daerah.

Pengelolaan di daratan
Ia pun menjelaskan strategi pengurangan sampah di laut dilakukan dengan meningkatkan pengelolaan sampah di daratan. Ini didasarkan pada riset yang menunjukkan sekitar 80 persen sampah di laut berasal dari kegiatan di darat yang sampahnya mengalir ke sungai, muara, dan berakhir di laut.

Karena itu, lanjut Rosa, pengelolaan sampah dilakukan dengan menggunakan tiga strategi. Pertama, pendekatan pengurangan sampah atau less waste. Ia menunjukkan sejumlah praktik baik pemerintah daerah yang membatasi penggunaan plastik sekali pakai. Selain itu, pengurangan maupun pengubahan desain kemasan plastik sejumlah produk pun membantu menurunkan volume sampah.

Kedua, pendekatan sirkular ekonomi melalui pemanfaatan bank sampah dan pemilahan melalui TPS3R. Ketiga, pengelolaan sampah dengan mengedepankan teknologi.

–Rosa Vivien Ratnawati, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kamis (12/12/2019) di Jakarta.

Teknologi yang dimaksud Rosa Vivien, diantaranya adalah insinerator. “Seperti Styrofoam itu tidak bisa didaur ulang, maka satu-satunya dimusnahkan dengan dibakar dengan teknologi standar yang emisinya tak merusak lingkungan dan kesehatan. Karena itu jangan pakai styrofoam,” kata dia.

Terkait insinerator ini, Kepala LIPI Laksana menambahkan terdapat teknologi plasma untuk memecah senyawa dioksin yang muncul dari pembakaran plastik. Ini bisa mencegah atau mengurangi risiko penyakit akibat paparan senyawa tersebut pada lingkungan dna makhluk hidup.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 13 Desember 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB