Penyedia jasa pembuat tugas akhir tak hanya menerima pesanan skripsi mahasiswa calon sarjana. Bahkan, para kandidat gelar akademis tertinggi, calon doktor, pun menjadi pasar mereka. Keberadaan calo dan joki tugas akhir itu tak lepas dari adanya permintaan pada jasa tersebut.
TL, misalnya, mendapatkan rezeki dengan menghubungkan calon doktor pemesan dengan “konsultan”. “Kalau untuk disertasi, saya hanya membantu teknisnya. Untuk hal yang butuh kompetensi, nanti diarahkan ke konsultan khusus bidang hukum,” katanya, Jumat (29/5).
Konsultan yang dimaksud TL ialah seorang akademisi yang ahli di bidang hukum. TL belum pernah menerima pesanan disertasi di luar fakultas hukum. “Khusus hukum bisa terima disertasi, kalau jurusan lain hanya untuk skripsi S-1,” ujar TL menjelaskan spesialisasinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
TL menggunakan rumah kontrakannya di daerah Sunter Jaya, Jakarta Utara, sebagai kantor, tempat ia mengerjakan pesanan. “Tarif disertasi Rp 25 juta sampai selesai, sudah termasuk tarif konsultasi dengan konsultan,” katanya.
Tarif lainnya terkait disertasi, TL mematok Rp 5 juta hanya untuk pengolahan data tanpa konsultasi. Sedikit berbeda dengan joki lainnya, TL hanya menerima pesanan dengan judul dan fokus tulisan sudah disetujui universitas asal pemesan.
Jumat siang, TL dan istrinya sedang sibuk menyusun tulisan pesanan seorang mahasiswa. Sebuah komputer dan dua laptop menjadi sarana mereka bekerja.
Menjadi perantara juga dilakoni AP. “Apa jurusanmu? Judul dibawa enggak?” tanya AP saat ditemui di kiosnya di Jalan Salemba Raya, Kamis sore. Dalam pertemuan, pengguna jasa harus bisa menjelaskan judul dan konsep yang akan digunakan. “Kalau konsepnya sudah dibawa, akan lebih mudah. Soalnya saya harus serahkan ini kepada teman lagi,” kata AP.
Di bilik berukuran 2 meter x 1,5 meter itu pengguna dan penyedia jasa bertransaksi. Ruangan itu hanya dilengkapi dua komputer. Untuk biaya jasa tesis program magister, dia mematok tarif Rp 6 juta-Rp 7 juta.
“Kalau lagi musimnya, bisa dapat Rp 30 juta per bulan,” ujar AP.
Di Malang, Jawa Timur, MA mengaku memberikan bimbingan bagi mahasiswa calon doktor. Dia khusus memberikan jasa bimbingan untuk tugas akhir elektronika dan mekatronika. Untuk pembuatan perangkat keras (hardware) atau alat bagi mahasiswa S-3, MA membutuhkan waktu sekitar 3 bulan.
“Mahasiswa S-2 atau S-3 tersebut umumnya dosen aktif di kampus-kampus. Selain tidak begitu paham pembuatan hardware, biasanya mereka tak punya waktu melakukan eksperimen,” ujar MA. Sebagai kompensasi jasanya “membimbing” tugas akhir, MA mematok harga Rp 5 juta untuk disertasi.
Kerusakan moral
Guru Besar Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta Soedijarto mengatakan, keberadaan calo ataupun joki tugas akhir tak lepas dari adanya permintaan pada jasa tersebut. Situasi itu cerminan dari kerusakan moral bangsa yang luar biasa.
“Disertasi adalah saat seseorang menemukan sesuatu yang baru dan berguna untuk orang banyak. Kalau itu dibuatkan orang lain, mau jadi apa bangsa ini,” katanya.
Penelitian seharusnya mengutamakan kebenaran yang mampu dipertanggungjawabkan. Untuk meminimalkan kesempatan joki mendapatkan pesanan, pemerintah harus menetapkan standar ketat terhadap perguruan tinggi.
Kepala Subdirektorat Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Widyo Winarso mengatakan, pengguna joki tugas akhir itu berisiko menghadapi sanksi digugurkan gelar akademiknya jika terbukti melakukan kecurangan.
Bagi yang masih dalam proses penulisan, kelulusan akan ditunda dan harus mengulang dari awal proses. Peraturan mengenai sanksi tersebut dinyatakan di dalam Pasal 24 Ayat 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Joki masuk PTN
Di Malang, Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Malang, Jawa Timur, juga meringkus lima tersangka yang diduga terkait sindikat perjokian ujian masuk perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia. Mereka membentuk tim yang anggotanya berperan mulai dari divisi perlengkapan, perekrutan, penagihan, hingga divisi master yang bertugas menjawab soal ujian.
Kepala Polres Malang Ajun Komisaris Besar Aris Haryanto mengungkapkan, penangkapan itu merupakan hasil pengembangan dari terbongkarnya praktik perjokian pada ujian masuk Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang, 11 Mei. Bayaran yang dipatok oleh tersangka cukup tinggi, mulai dari Rp 150 juta hingga Rp 300 juta.(B09/DIA/WER/B02/DNE)
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Mei 2015, di halaman 1 dengan judul “Disertasi Doktor Manfaatkan Calo”.