Indonesia kini memiliki Laboratorium Metrologi Kimia yang jadi acuan standar laboratorium pemerintah, lembaga pendidikan, dan swasta. Laboratorium yang fokus pada kualitas makanan, minuman, dan lingkungan itu bisa mengantisipasi kompetisi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
”Kita harus menghadang dan melindungi masyarakat dengan syarat mutu produk,” kata Lukman Hakim, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Selasa (23/9), saat meresmikan Gedung Metrologi Kimia di Pusat Penelitian Kimia LIPI di Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Bangunan tingkat dua senilai Rp 21 miliar itu menempati area 3.250 meter persegi. LIPI menganggarkan kelengkapan peralatan Rp 13 miliar yang tiba tahun 2015. Itu menunjang penelitian dan pengembangan pengukuran bidang kimia organik, anorganik, elektrokimia, dan gas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
LIPI, kata Lukman, satu-satunya lembaga di Indonesia yang ditunjuk Badan Metrologi Internasional (BIPM) mengawal standar kualitas dan metode pengukuran/metrologi bersifat teknik di Indonesia. Metrologi legal atau penerbitan izin dimiliki Kementerian Perdagangan.
Setelah memiliki laboratorium itu, seluruh pengukuran dan acuan metrologi di sejumlah laboratorium diharapkan terstandar dan terjaga akreditasinya.
Dengan demikian, kata Lukman, infrastruktur metrologi berstandar internasional mendukung produk Indonesia berkompetisi. Produk Indonesia dapat menembus ekspor melalui seleksi mutu dan kualitas dunia.
Saat ini Laboratorium Metrologi Kimia telah menyusun metode penyusunan pengujian logam berat (kadmium, kobalt, dan mangan) untuk air minum kemasan dan air limbah sintesis (keasaman/ph, kromium, seng, dan timbal), pestisida dalam teh hitam (bifentrin, endosufan sulat). Mereka juga menyiapkan pengujian untuk kandungan bioetanol dalam bahan bakar.
Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, standar pengujian dan pengukuran analisis laboratorium-laboratorium masih belum seragam. Perbedaan dalam penggunaan acuan, metode, atau standar alat ataupun kompetensi operator bisa menyebabkan hasil analisis berbeda.
”Laboratorium Metrologi Kimia ini merupakan laboratorium primer, sementara laboratorium di tempat lain sekunder. Jadi, harus terstandar kalau tak ingin akreditasinya dicabut,” katanya.
Kini, LIPI sudah menjaga kualitas/mutu alat elektronik dari sisi pengukuran fisika. Ke depan akan dibangun Laboratorium Metrologi untuk biologi dan mikrobiologi. (ICH)
Sumber: Kompas, 24 September 2014