spesies langka; Indonesia-Tiongkok Perketat Pengawasan

- Editor

Kamis, 4 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemerintah Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok menjalin kerja sama untuk memperketat pengawasan perdagangan tumbuhan dan satwa liar. Hal itu diharapkan bisa menekan aktivitas penyelundupan dan perdagangan ilegal.

Terkait hal itu, Tiongkok diminta hanya menerima tumbuhan dan satwa liar (TSL) resmi dari Indonesia. Jadi, bukan TSL yang dikirim lewat pihak ketiga di Singapura dan Hongkong.

”Pemerintah Tiongkok dan Indonesia akan saling bertukar informasi saat mendapati perdagangan TSL liar agar bisa dilakukan penegakan hukum,” kata Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan Sonny Partono, Rabu (3/9), di Jakarta. Ruang lingkup kerja sama itu juga meliputi, antara lain, fasilitas perizinan dan sertifikasi, verifikasi proses, dan transparansi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kesepakatan tukar-menukar informasi itu sebagai implementasi Konvensi Internasional Perdagangan Spesies Terancam Punah (CITES). Hal itu tertuang dalam nota kesepahaman yang dilakukan Sonny Partono dengan Dirjen Otoritas Pengelola CITES Tiongkok, Meng Xianlin, disaksikan Wakil Menteri Kehutanan Tiongkok Liu Dongsheng dan Staf Ahli Menhut Indonesia Basuki Karya Atmaja.

Selama ini Indonesia mengekspor TSL berupa gaharu, kura- kura air tawar, ikan arwana, ular, kulit reptil, dan pakis. Volume ekspor gaharu dari Indonesia ke Tiongkok sebanyak 150 ton dari total ekspor 700 ton.

Nilai ekspor perdagangan TSL Indonesia hingga kuartal kedua Rp 900 miliar, sepertiga di antaranya adalah ekspor ke Tiongkok. Angka itu diprediksi naik 30-40 persen jika dikirim langsung dari Indonesia ke Tiongkok tanpa lewat pihak ketiga.

Selain meningkatkan devisa, lanjut Sonny, pengawasan lalu lintas perdagangan satwa akan lebih mudah. Tiongkok pun diminta hanya menerima ekspor TSL sesuai kuota atau tak menerima TSL ilegal.

Liu Dongheng sepakat mendukung Indonesia yang aktif melindungi TSL. ”Kami berjanji mendukung setiap operasi (penindakan perdagangan TSL ilegal),” katanya. Pihaknya berharap kerja sama serupa diterapkan di bidang perkayuan karena Indonesia adalah produsen kayu yang diperlukan Tiongkok. (ICH)

Sumber: Kompas, 4 September2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB