Kedokteran Forensik; Otopsi Tanpa Bedah pada Trauma Kepala

- Editor

Rabu, 25 Juni 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banyak kasus kematian butuh penyelidikan penyebab kematian melalui otopsi. Namun, keluarga menolak otopsi dengan alasan kepercayaan, agama, dan budaya. Hal itu terjadi pada otopsi konvensional yang dilakukan dengan pembedahan jenazah.

Namun, kini otopsi bisa dilakukan tanpa membedah jenazah. Tindakan yang disebut otopsi virtual itu memanfaatkan teknologi multislice computed tomography (CT) scan postmortem.

Dokter spesialis radiologi Prijo Sudipratomo memaparkan itu dalam disertasi ”Peranan Multislice Computed Tomography Scan Postmortem pada Kasus Trauma Tumpul Kepala” pada ujian promosi doktor di Universitas Hasanuddin, Makassar, Jumat (20/6). Prijo lulus dengan yudisium sangat memuaskan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Pelaksanaan otopsi konvensional dengan bedah terhadap korban meninggal tak semulus yang dibayangkan. Penolakan keluarga adalah kendala paling sering ditemukan. Alasannya agama, kepercayaan, budaya, kemanusiaan, penjualan organ, dan isu lain,” ujarnya. Adapun dokter punya alasan sendiri menghindari otopsi, yakni rasa tidak nyaman saat meminta izin dari keluarga, risiko tertular kuman patogen, dan tuntutan malapraktik.

Dalam penelitian di RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Prijo mencatat, pada Februari 2013-Februari 2014 ada 1.422 kasus forensik dan hanya 260 yang ditangani dengan otopsi. Selebihnya hanya pemeriksaan luar. Data lain, ada 491 kasus postmortem trauma tumpul kepala selama satu tahun dan hanya 27 kasus yang ditangani dengan otopsi.

Trauma tumpul kepala bisa menyebabkan pendarahan dan mengancam jiwa pasien. ”Otopsi dengan sistem multislice CT scan kepala bisa mendeteksi penyebab kematian trauma tumpul kepala sebagaimana hasil otopsi konvensional tanpa pembedahan jenazah. Untuk penyelidikan, hasil multislice CT scan bisa menjadi opini kedua untuk menemukan penyebab kematian. Selain lebih cepat dilakukan, multislice CT scan menghindari kontaminasi terhadap operator,” tutur Prijo.

Perkembangan modalitas radiologi tak hanya bisa dipakai untuk mendiagnosis penyakit, tetapi juga menemukan penyebab kematian di kasus trauma tumpul kepala. Dibandingkan otopsi konvensional, kelebihan otopsi virtual di antaranya mengidentifikasi pendarahan subdural, pendarahan peribatang otak, dan pneumonencephal bagian kiri.

Prof Dr Triyono, KSP Sp Rad (k), yang juga promotor, berharap pemanfaatan multislice CT scan tidak hanya bisa dilakukan pada kasus trauma tumpul kepala, tetapi juga pada penyebab kematian lain, misalnya tenggelam. (REN)

Sumber: Kompas, 21 Juni 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 14 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB