Nobel Kimia 2021 Dimenangkan Dua Ilmuwan Penemu Katalis Ramah Lingkungan

- Editor

Sabtu, 9 Oktober 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengembangan organokatalisis memungkinkan konstruksi molekul menjadi lebih efisien dan hijau. Temuan ini mengantar Benjamin List dan David MacMillan memenangkan Hadiah Nobel Kimia 2021.

Hadiah Nobel Kimia tahun 2021 diberikan kepada dua ilmuwan untuk temuan mereka: organokatalisis. Benjamin List dari Jerman dan David MacMillan, peneliti yang berbasis di AS dianugerahi penghragaan sains paling bergengsi itu atas pengembangan alat presisi baru untuk konstruksi molekul.

Para ahli kimia bekerja membangun molekul yang sebagian besar membentuk dunia sekitar kita: mereka menangkap cahaya di sel surya, membentuk sepatu lari yang ringan atau bahkan molekul untuk menghambat perkembangan penyakit di dalam tubuh. Karena alasan ini, banyak industri dan penelitian bergantung pada kemampuan ahli kimia untuk mengkonstruksi molekul.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tetapi untuk membangun molekul, ahli kimia membutuhkan katalis – alat yang digunakan mengendalikan dan mempercepat reaksi kimia. Para peneliti sejak lama meyakini bahwa hanya ada dua katalis: logam dan enzim.

Namun, di tahun 2000, hal itu berubah drastis. List dan MacMillan berhasil mengembangkan katalis ketiga yang dibangun di atas molekul organik kecil, yaitu organokatalisis asimetris. Katalis organik yang mereka kembangkan ramah lingkungan dan produksinya berbiaya murah.
Organokatalisis mungkin terdengar rumit, tapi hal itu justru membuat pekerjan ahli kimia lebih mudah, lebih murah dan lebih hijau. Pernila Wittung Stafshede dari Komite Nobel bahkan menyebutnya “benar-benar elegan.”

“Konsep katalis ini sederhana dan cerdik, dan faktanya banyak orang bertanya-tanya mengapa kami tidak terpikir lebih awal,” kata Johan Aqvist, ketua Komite Nobel untuk Kimia.

Sebuah terobosan yang mendunia
Meskipun List dan Macmillan menemukan jenis katalis baru ini secara independen satu sama lain, bisa dibilang mereka melakukannya berdampingan. Secara kebetulan, mereka muncul dengan ide cemerlang ini hampir bersamaan pada tahun 2000, ketika keduanya berada di sudut dunia yang sama.

List sedang melakukan penelitian di Scripps Research Institute di California selatan dan MacMillan berada di Berkeley, ketika organokatalis mereka lahir.

Sejak saat itu, katalis organik pun mengalami ekspansi, dari yang awalnya hanya sebagai pendatang baru, kini berubah menjadi bahan pokok yang pasti ada di dalam kotak peralatan seorang ahli kimia.

Komite Nobel Kimia menggambarkan pengembangan jenis katalis ini sebagai “perburuan ladang emas, di mana List dan MacMillan berada di posisi terdepan.”

Cepatnya ekspansi katalis ini di dunia kimia disebabkan kemampuannya mendorong katalisis asimetris. Seringkali ketika molekul-molekul baru sedang dibangun, dua molekul yang identik satu sama lain terbentuk.

Padahal dalam banyak kasus, ahli kimia hanya membutuhkan salah satu dari molekul ini, terutama ketika memproduksi obat-obatan. Dengan katalis organik, peneliti dapat menghasilkan molekul asimetris yang berbeda dalam jumlah besar.

Alternatif katalis hijau
Katalis organik tidak hanya membuat pekerjaan ahli kimia lebih efisien, tapi juga jadi solusi alternatif hijau dalam produksi molekul.

Banyak katalis yang digunakan dalam memproduksi molekul baru bergantung pada logam berat, sehingga berpotensi mencemari lingkungan.

Selain ramah lingkungan, katalis organik juga memiliki kerangka atom karbon yang stabil. Mereka sering mengandung unsur-unsur umum seperti oksigen, nitrogen,belerang atau fosfor.

Katalis organik juga merupakan pilihan yang lebih ramah lingkungan karena dapat bekerja pada semacam ban berjalan. Sebelum katalis ini ditemukan, banyak zat kimia yang hilang selama proses konstruksi molekul, karena setiap produk antara harus diisolasi dan dimurnikan.

Tapi dengan organokatalis, proses produksi dapat dilakukan dalam urutan yang tidak terputus. Karena lebih sedikit gangguan yang terjadi dalam prosesnya, limbah kimia yang dihasilkan juga lebih sedikit.

Sayangnya tak ada katalis untuk perubahan
Untuk memprediksi siapa yang akan memenangkan Hadiah Nobel memang terkenal sulit, karena nominasi yang dirahasiakan dari publik. Namun, ada satu aspek dari keputusan Komite Nobel yang tidak terlalu mengejutkan: pemenang Nobel bidang sains tahun ini semuanya laki-laki.

Di awal pekan ini, Hadiah Nobel Fisika diberikan kepada tiga ilmuwan pria juga Nobel Kedokteran diberikan kepada dua ilmuwan pria. Pemenang Hadiah Nobel Kimia yang baru diumumkan juga mengikuti tren tersebut.

Dari total 185 orang, hanya ada tujuh ilmuwan perempuan yang pernah menerima Hadiah Nobel Kimia, termasuk di antaranya Emmanuelle Charpentier dan Jennifer A. Doudna yang dihadiahi Nobel di tahun 2020 atas pengembangan CRISPP atau dijuluki “gunting genetika” yang kini digunakan secara luas untuk penyuntingan genom.

Profil pemenang baru
Benjamin List adalah ilmuwan Jerman kedua yang menerima hadiah Nobel pekan ini. Sebelumnya ilmuwan iklim Klaus Hasselmannn dianugerahi Hadiah Nobel bidang Fisika.

List yang saat ini berusia 53 tahun, adalah seorang ahli kimia yang juga menjabat sebagai direktur Institut Max Planck untuk Penelitian Batu Bara di Mülheim an der Ruhr, Jerman.

Sementara David MacMillan adalah seorang profesor di Universitas Princeton di AS. Di sana, ia pernah menjadi ketua departemen kimia dari 2010 hingga 2015. Macmillan adalah pria kelahiran Skotlandia yang saat ini sudah menginjak usia ke-53. gtp/as

Sumber: Deutsche Welle
—————————–
Dua Ilmuwan Menangkan Penghargaan Nobel Kimia 2021

Penghargaan Hadiah Nobel untuk bidang kimia pada tahun 2021 diberikan pada Benjamin List dan David W.C. MacMillan.

Benjamin dan MacMillan dianugerahi penghargaan nobel di bidang kimia untuk ‘pengembangan organokatalisis asimetris.’

Benjamin dan MacMillan mendapatkan penghargaan Nobel karena berhasil membuat alat cerdik untuk membangun molekul yang telah membantu mengembangkan obat baru dan membuat kimia yang lebih ramah lingkungan.

Penghargaan ini diumumkan oleh The Royal Swedish Academy of Sciences pada Rabu (6/10), sehari setelah pengumuman nama pemenang penghargaan di bidang fisika.

Pada tahun 2000 Benjamin dan MacMillan menemukan jenis katalis ketiga-at yang menyebabkan reaksi kimia-yang disebut organokatalisis asimetris.

Para ilmuwan sebelumnya percaya bahwa hanya ada dua jenis katalis: logam dan enzim.

“Konsep katalisis ini sesederhana dan cerdik, dan faktanya banyak orang bertanya-tanya mengapa kami tidak memikirkannya lebih awal,” kata Ketua Komite Nobel untuk Kimia, Johan Aqvist, seperti dikutip CNN.

Katalis baru telah digunakan dalam beberapa cara dalam dua dekade terakhir, termasuk untuk menciptakan obat-obatan baru dan membangun molekul yang menangkap cahaya dalam sel surya serta dinilai membawa manfaat terbesar bagi umat manusia.

Sumber: CNN Indonesia | Rabu, 06/10/2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 46 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB