Ada kabar baik untuk penikmat kopi. Meminumnya hingga tiga cangkir per hari dalam jangka panjang terbukti bisa menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung fatal. Namun, disarankan meminumnya dengan tanpa pemanis/gula.
Minum kopi hingga tiga cangkir per hari dalam jangka panjang terbukti bisa menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung fatal. Meski demikian, untuk mengoptimalkan manfaatnya dan mengurangi risiko sampingnya, disarankan untuk meminum kopi tanpa gula atau pemanis lain.
Hasil kajian tentang manfaat kopi bagi kesehatan jantung ini dipresentasikan di The European Society of Cardiology (ESC) Congress 2021 dan dirilis di Medicalxpress.com pada Minggu (29/8/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Sepengetahuan kami, ini adalah studi terbesar yang secara sistematis menilai efek kardiovaskular dari konsumsi kopi secara teratur pada populasi tanpa penyakit jantung yang didiagnosis,” kata penulis studi, Judit Simon, dari Pusat Jantung dan Vaskular Universitas Semmelweis, Hongaria.
Hasil riset ini menunjukkan, konsumsi kopi secara teratur dinilai aman. Bahkan, asupan harian tinggi tidak terkait hasil kardiovaskular yang merugikan ataupun semua penyebab kematian setelah 10-15 tahun. ”Selain itu, 0,5 hingga 3 cangkir kopi per hari secara independen dikaitkan dengan risiko stroke lebih rendah dan menurunkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular serta kematian karena sebab apa pun,” ucapnya.
Meskipun kopi merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Namun, sejauh ini sedikit yang diketahui tentang dampak jangka panjang dari konsumsi rutin terhadap kesehatan jantung.
Studi ini menyelidiki hubungan antara asupan kopi biasa dan insiden serangan jantung, stroke, dan kematian. Penelitian ini melibatkan 468.629 peserta dari Biobank Inggris tanpa tanda-tanda penyakit jantung pada saat perekrutan. Usia peserta rata-rata 56,2 tahun dan 55,8 persen adalah perempuan.
Peserta dibagi menjadi tiga kelompok menurut asupan kopi yang biasa mereka konsumsi, yaitu tidak ada (tidak mengonsumsi kopi secara teratur, 22,1 persen), ringan hingga sedang (0,5 hingga 3 cangkir/hari, 58,4 persen) dan tinggi (lebih dari 3 cangkir/hari, 19,5 persen).
Para peneliti memperkirakan hubungan konsumsi kopi setiap hari dengan hasil insiden selama tindak lanjut rata-rata 11 tahun menggunakan model multivariabel. Analisis disesuaikan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hubungan termasuk usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, status merokok, aktivitas fisik, tekanan darah tinggi, diabetes, kadar kolesterol, status sosial ekonomi, dan asupan alkohol, daging, teh, buah, dan sayuran.
Dibandingkan dengan nonpeminum kopi, konsumsi ringan hingga sedang dikaitkan dengan risiko 12 persen lebih rendah dari semua penyebab kematian (rasio bahaya (hazard ratio/HR)=0,88, p<0,001), risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular 17 persen lebih rendah (HR=0,83, p=0.006), dan risiko kejadian stroke 21 persen lebih rendah (HR=0,79; p=0.037).
Para peneliti menganalisis hubungan antara asupan kopi harian dan struktur serta fungsi jantung selama rata-rata 11 tahun. Untuk ini, mereka menggunakan data dari 30.650 peserta yang menjalani pemeriksaan resonansi magnetik jantung (magnetic resonance imaging/MRI), yang dianggap sebagai standar emas untuk penilaian struktur dan fungsi jantung.
Dia menyimpulkan, konsumsi kopi hingga tiga cangkir per hari dikaitkan dengan hasil kardiovaskular yang menguntungkan. ”Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan mekanisme yang mendasarinya, manfaat yang diamati mungkin sebagian dijelaskan oleh perubahan positif dalam struktur dan fungsi jantung,” tuturnya.
Tanpa gula
Meski demikian, sekalipun kopi diketahui bermanfaat bagi kesehatan, mengonsumsinya dengan tambahan gula atau pemanis lain bisa menimbulkan dampak buruk. Gula diketahui menjadi penyebab utama epidemi obesitas dan diabetes.
Penelitian Jinhee Hur dari Department of Nutrition, Harvard T.H. Chan School of Public Health dan tim yang dipublikasikan di jurnal British Medical Journal pada 7 Mei 2021 juga menunjukkan, minuman manis mendorong peningkatan c glukosa darah dan sekresi insulin, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan resistensi insulin, peradangan, obesitas, dan diabetes tipe 2. Bukti yang muncul juga menunjukkan bahwa fruktosa dapat merusak fungsi penghalang usus dan meningkatkan permeabilitas usus, yang dapat mendorong perkembangan kanker.
”Konsumsi minuman yang dimaniskan dengan gula dapat berkontribusi pada peningkatan insiden kanker usus dini,” tulis Hur. Sebaliknya, ”Mengurangi asupan atau mengganti dengan minuman sehat lainnya sejak remaja dan dewasa muda dapat berfungsi sebagai strategi potensial untuk meringankan beban pertumbuhan kanker usus sebelum usia 50 tahun,” tuturnya.
Oleh AHMAD ARIF
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 29 Agustus 2021