Teknologi Informatika; Selamat Datang Desa 2.0

- Editor

Selasa, 21 Januari 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

DESA Mandala Mekar di Tasikmalaya berada di pelosok. Namun, desa itu cukup dikenal dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat ataupun pihak swasta beberapa kali mengucurkan dana untuk berbagai proyek di desa itu.

”Kami memublikasikan masalah dan potensi desa di situs desa. Desa kami di pinggiran. Tanpa teknologi informatika, sulit untuk menyampaikan masalah kami ke pejabat,” ujar Irman Melandi, penduduk Mandala Mekar yang menjadi penggiat Gerakan Desa Membangun (GDM) dan mengenalkan teknologi informatika dan komunikasi (TIK) ke desa-desa di Jawa Barat dan sekitarnya.

Informasi di situs web desa beberapa kali ditindaklanjuti. Dari pemerintah antara lain dikucurkan dana perbaikan jalan. Adapun pihak swasta membangun menara pemancar sinyal telepon seluler sehingga warga tak sulit mendapatkan sinyal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hal serupa terjadi pada Desa Keniten di Banyumas, Jawa Tengah. Sebelum punya situs web, perajin beduk di desa tersebut menjual produknya kepada pedagang perantara.

”Di Keniten, beduk dijual Rp 2 juta. Pedagang dari Bumiayu menjual Rp 13 juta,” ujar Pri Anton Subardio, praktisi TIK dari Gedhe Foundation yang mendampingi sejumlah desa memanfaatkan TIK lewat GDM dan Desa Melek Informasi dan Teknologi (Demit).

Setelah mendapat pendampingan, perajin beduk membuat situs web untuk mempromosikan produk. Dengan demikian, pedagang perantara tidak diperlukan lagi.

”Pembeli dan produsen sama-sama untung. Produsen bisa menjual lebih mahal tanpa melebihi harga jual pedagang perantara. Pembeli mendapat harga di bawah yang ditawarkan perantara,” ujarnya.

Para penggiat GDM juga memanfaatkan TIK untuk mendesakkan isu soal desa. Lewat media sosial, mereka mengampanyekan masalah desa. Mereka juga melakukan rapat secara virtual memanfaatkan TIK.

Minggu kedua Desember tahun lalu, warga dan perangkat desa berbagai pelosok Nusantara yang tergabung dalam Demit unjuk kebolehan memanfaatkan IT. Mereka menghelat konferensi video dengan peserta dari pedalaman Aceh sampai Papua Barat, di Jakarta.

Mereka memanfaatkan aplikasi mengobrol untuk umum. Tidak ada perusahaan teknologi yang memfasilitasi. ”Masing- masing desa menggunakan operator seluler yang sinyalnya paling kuat di desa itu,” ujar Budiman Sudjatmiko, Wakil Ketua Panitia Khusus DPR untuk pembahasan Rancangan Undang-undang Desa. Budiman menjadi salah satu peserta konferensi video itu.

Tanpa infrastruktur
Ketiadaan peralatan dirasakan Anton dan Irman saat berkeliling mengenalkan TIK. Desa-desa tujuan belum tahu teknologi. ”Kami mulai dengan pelatihan menulis. Kemudian pengenalan TIK,” ujar Anton.

Dengan pendampingan, warga mampu menuliskan masalah desa. Ditulis di desa, lalu dibawa ke ibu kota kabupaten tempat warung internet berada. ”Kami mau menunjukkan, infrastruktur bukan masalah kalau ada semangat maju,” kata Anton.

Selama pelatihan, penggiat GDM tidak menjanjikan bantuan peralatan atau dana. Warga dan perangkat desa hanya ditawari keterampilan yang bisa dimanfaatkan untuk membangun desa.

Pola merangkul warga sekaligus perangkat desa agar bersinergi dipakai di sekitar 50.000 dari 73.000 desa di Indonesia. Semua desa terhubung lewat TIK secara mandiri. Itulah desa 2.0, desa melek teknologi. (KRIS RAZIANTO MADA)

Sumber: Kompas, 20 Januari 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB