Potensi Eukaliptus untuk Cegah Korona

- Editor

Kamis, 7 Mei 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian menyatakan, tanaman eukaliptus penghasil minyak atsiri memiliki potensi antivirus. Kini masih menunggu uji lanjutan untuk mencegah virus korona baru.

BADAN LITBANG PERTANIAN–Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian menyatakan, tanaman eukaliptus yang selama ini menghasilkan minyak atsiri memiliki potensi antivirus. Tanaman ini telah diuji di laboratorium dengan efektvitas 80-100 persen terhadap berbagai jenis virus korona. Tampak beberapa prototipe pengembangan produk tersebut berupa balsem, inhaler, dan roll-on.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian menyatakan, eukaliptus yang selama ini menghasilkan minyak atsiri berpotensi dimanfaatkan sebagai antivirus. Hasil uji pada berbagai jenis virus korona menunjukkan potensi tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Minyak atsiri dan berbagai ekstrak tanaman telah dianggap memiliki potensi sebagai obat alternatif untuk pengobatan banyak penyakit infeksius, termasuk penyakit yang disebabkan oleh beberapa virus, seperti virus influenza dan bahkan virus korona.

”Riset tersebut dilakukan oleh Balitbangtan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian) melalui Balai Besar Penelitian Veteriner, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, serta Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Riset bersama ini untuk membuktikan kemampuan beberapa tanaman herbal, termasuk membuktikan potensi antivirus eukaliptus terhadap beberapa virus,” ujar Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry, di Jakarta, Selasa (5/5/2020).

Fadjry mengungkapkan, meskipun pengujian hasil riset belum menggunakan virus SARS-CoV-2 pemicu penyakit Covid-19, hasil telusur ilmiah serta riset daya antivirus eukaliptus memberikan informasi ilmiah berbasis riset kepada masyarakat tentang potensi eukaliptus sebagai antivirus. Ini diharapkan berperan membantu dalam penegahan penyebaran Covid-19.

”Penelitian dan pengembangan lanjutan akan terus dilakukan dengan menggandeng berbagai pihak sehingga akan memperoleh hasil yang lebih optimal,” ujar Fadjry.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner sekaligus peneliti yang menggeluti bidang virologi, Indi Dharmayanti, bahwa virus yang diuji termasuk virus influenza H5N1, Gammacorona dan Betacoronavirus Clade 2a, sebagai model dari virus korona yang diuji secara in vitro (dikembangkan kultur sel atau jaringan di laboratorium).

Alphacoronavirus dan Betacoronavirus secara umum menginfeksi mamalia, sedangkan Gammacoronavirus dan Deltacoronavirus dapat menginfeksi unggas, burung liar, babi, paus, dan lumba-lumba.

Hasil riset yang dilaksanakan di laboratorium Biosafety Level (BSL) 3 milik Balai Besar Penelitian Veteriner menunjukkan, eukaliptus dapat dimanfaatkan sebagai antivirus dengan efektivitas membunuh virus 80-100 persen, tergantung jenis virusnya. ”Termasuk terhadap virus korona yang digunakan serta virus influenza H5N1,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Evi Savitri menjelaskan, minyak atsiri eukaliptus memiliki senyawa 1,8-cineole yang juga disebut eukaliptol, komponen utama minyak atsiri yang ditemukan dalam daun eukaliptus. ”Senyawa 1,8-cineole dalam eukaliptus memiliki aktivitas antivirus, antiinflamasi, dan antimikroba,” katanya.

Evi menambahkan bahwa senyawa ini juga dapat berfungsi menghambat replikasi virus korona dengan mengikat protein Mpro yang terdapat pada virus. Protein tersebut berperan dalam pematangan virus dan pembelahan poliprotein virus sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi.

Dalam penelitian ini, proses pembuatan minyak eukaliptus dilakukan melalui proses distilasi uap di laboratorium Balittro. Penggunaan teknologi nano juga dilakukan untuk menghasilkan beberapa sediaan bahan aktif yang lebih stabil dan memiliki efektivitas lebih tingi. Dari hasil penelitian ini, Balitbang Pertanian mengembangkan beberapa prototipe produk yang dihasilkan, antara lain berupa roll-on, balsam, minyak aromaterapi, inhaler, dan kalung.

KOMPAS/MARIA HARTININGSIH–Beberapa bagian jalur ziarah adalah jalan di antara hutan yang dipayungi pohon eukaliptus.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Editor ILHAM KHOIRI

Sumber: Kompas, 6 Mei 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB