Perubahan iklim terus menjadi isu global. Sejumlah anak muda membumikannya dalam gerakan praksis peduli lingkungan sehari-hari. Tak hanya di Ibu Kota, mereka juga bergerak di daerah-daerah. Pendekatannya beragam.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Diskusi secara daring bersama sejumlah anak muda yang melakukan aksi nyata untuk membangun kepedulian lingkungan di sejumlah daerah yang digelar EcoNusa Foundation. Sejumlah anak muda bergerak dari realitas di lingkungan sekitar yang mampu menjadi inspirasi untuk perubahan pada kepedulian soal lingkungan.
Anak-anak muda punya potensi untuk menggerakkan perubahan pada pemerintah dan masyarakat agar lebih peduli lingkungan. Aksi nyata sejumlah anak muda di sejumlah daerah di Tanah Air jadi bukti bahwa masalah lingkungan hidup juga jadi keprihatinan dan kepedulian mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejumlah anak muda bangsa tak tinggal diam melihat persoalan lingkungan di sekitar mereka. Dengan menggerakkan semangat kesukarelawanan dan ajakan di media sosial, anak muda terbukti sebagai penggerak perubahan di lingkungan mereka yang dapat jadi inspirasi bagi daerah lain.
Di acara serial diskusi darinf bertajuk ”Aksi Iklim Anak Muda Indonesia: Inspirasi dari Jakarta, Gresik, dan Jayapura” yang digelar EcoNusa Foundation secara virtual, Senin (20/04/2020), terungkap isu pengelolaan sampah dari rumah tangga, seperti menghentikan penggunaan plastik sekali pakai, sedotan, hingga styrofoam, dan ajakan mengubah gaya hidup di kalangan anak muda menjadi kepedulian para pegiat muda di bidang lingkungan.
”Aksi nyata anak-anak muda ini memberi harapan untuk membawa perubahan pada pemerintah dan masyarakat yang semakin peduli lingkungan,” ujar Rina Kusuma, Public and Youth Mobilozations Manager EcoNusa, yang jadi pemandu acara diskusi dalam jaringan (online).
Bambang Sutrisno, pendiri dan Direktur Eksekutif Teens Go Green Jakarta, mengatakan, kegiatan edukasi dan kampanye pada remaja usia 16-25 tahun dilakukan melalui beragam kegiatan yang langsung melibatkan anak muda sebagai sukarelawan. ”Saya dulu SMA enggak tahu apa-apa soal lingkungan. Tetapi waktu jadi anggota Teens Go Green, jadi banyak tahu dan kepedulian muncul. Saya yakin hal serupa juga bisa digerakkan di kalangan anak muda lainnya,” katanya.
Pengelolaan sampah rumah tangga yang masih dilakukan dengan paradigma kumpul-angkut-buang jadi salah sorotan Teens Go Green Jakarta. Kampanye gaya hidup minim sampah pun diperkenalkan kepada anak-anak muda seperti tidak menggunakan plastik sekali pakai dan sedotan.
”Kami bekerja sama dengan tempat rekreasi Ancol untuk memantau dan meriset para tenant di sana soal penggunaan styrofoam yang sekarang sudah mulai tidak dipakai lagi. Sekarang sudah bergerak ke arah tidak pakai sedotan plastik,” ujar Bambang.
Dari Gresik
Sementara itu, dari Gresik, Jawa Timur, dua remaja kakak-beradik bergerak pada isu untuk membangun kepedulian pada kondisi lingkungan di Sungai Berantas lewat River Warrior Gresik. ”Kami menemukan, sampah popok bayi paling banyak dibuang ke sungai. Kami kampanyekan untuk penggunaan popok dan pembalut kain yang bisa dipakai berulang-ulang sehingga ramah lingkungan,” ujar Thara Bening Sandrina, siswa kelas XII SMA.
Thara juga dengan tegas meminta Bupati Gresik untuk melarang penggunaan plastik sekali pakai di daerah ini. Kiprahnya ini membuat Thara terpilih mewakili Indonesia di acara International Youth Summit on Plastic Solution di Amerika Serikat.
Adapun sang adik, Aeshnina A Aqilani, siswa kelas VII SMP, berani menyuarakan protes tertulis kepada sejumlah pemimpin negara maju supaya menghentikan sampah plastik impor ke Indonesia. ”Saya berharap Pemerintah Indonesia bisa tegas untuk menindak pelanggaran yang berdampak pada kerusakan lingkungan,” kata Aeshnina.
Kelvin Senge, mahasiswa semester IV Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua, yang juga alumnus dari School of Eco Diplomacy yang digelar EcoNusa, semakin kreatif membuat aksi yang membangun kesadaran masyarakat untuk peduli masalah sampah plastik. Ia aktif jadi anggota Rumah Bakau Jayapura yang peduli soal isu sampah plastik yang mencemari laut dan berdampak pada rusaknya ekosistem laut.
DOKUMENTASI WWF INDONESIA–Anak muda diajak berkampanye di media sosial. Organisasi WWF Indonesia menggelar program Nature X Youth denagn tema Unity in Biodiversity untuk meningkatkan pemahaman generasi muda mengenai nilai keanekaragaman hayati dan aksi-aksi yang bisa dilakukan.
Menyambut Hari Bumi 2020, WWF Indonesia bekerja sama dengan sejumlah micro influencer mem-posting konten terkait keanekaragaman hayati atau biodiversity. Menurut Campaign Specialist WWF-Indonesia, Margareth Meutia, Program Nature X Youth dengan tagar seperti #UnityinBiodiversity ini untuk meningkatkan pemahaman generasi muda mengenai nilai keanekaragaman hayati dan aksi-aksi yang bisa dilakukan untuk melindungi dan memanfaatkannya dengan berkelanjutan. Apalagi Indonesia termasuk tertinggi di dunia keanekaragaman hayatinya sehingga layak disebut megabiodiversity.
Oleh ESTER LINCE NAPITUPULU
Editor ILHAM KHOIRI
Sumber: Kompas, 21 April 2020