Komet Borisov, Sang Pengembara Antarbintang

- Editor

Selasa, 24 Maret 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Diyakini berasal dari luar Tata Surya, Komet Borisov mengembara di ruang antarbintang dan kini terjebak oleh gravitasi Matahari. Saat mendekati Matahari, komet itu bersinar lebih terang dan sebagian intinya terpecah.

KOMPAS/GEMINI OBSERVATORY/NSF/AURA–Citra pertama komet 2I/Borisov yang diambil saat obyek antarbintang itu mendekati Matahari pada 9-10 September 2019. Citra diambil menggunakan Spektograf Multiobyek Gemini yang ada di Teleskop Gemini Utara, di Mauna Kea, Hawaii, Amerika Serikat.

Sejak ditemukan pada Agutus 2019, komet Borisov langsung menjadi perhatian astronom. Komet ini diyakini berasal dari luar Tata Surya, komet pengembara di ruang antarbintang yang saat ini secara kebetulan terjebak oleh gravitasi Matahari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pengamatan yang dilakukan sebuah tim astronom di Polandia selama Maret 2020 ini menemukan bahwa komet Borisov telah menjadi lebih terang, setidaknya sebanyak dua kali dibanding sebelumnya. Dalam selang waktu antara 4-9 Maret 2020, kecerlangan komet telah meningkat hingga 0,7 magnitudo.

“Perilaku ini (peningkatan kecerlangan) menunjukkan fragmentasi nukleus (komet) sedang berlangsung,” tulis Michal Drahus dari Observatorium Astronomi, Universitas Jagiellonian, Krakow, Polandia dkk dalam telegram astronomi pada Kamis (12/3/2020).

Terpecahnya inti komet itu, seperti ditulis di Space, Minggu (22/3/2020), merupakan konsekuensi dari mendekatnya komet Borisov ke Matahari. Borisov mencapai titik terdekatnya dengan Matahari pada 8 Desember 2019 pada jarak sekitar dua kali jarak Bumi-Matahari atau sedikit di luar orbit Mars.

Sama seperti komet lainnya, Borisov terbentuk dari bongkahan debu dan es. Saat mendekati Matahari, panas Matahari akan menguapkan materi komet. Karena itu, pecahnya inti komet adalah hal yang wajar.

KOMPAS/CREATIVE COMMONS/WIKIPEDIA–Lintasan dua obyek antarbintang yang tercatat menyambangi Tata Surya, yaitu asteroid ‘Oumuamua (merah) dan komet Borisov (kuning).

Asal mula
Komet Borisov ditemukan oleh astronom amatir asal Krimea, Rusia, Gennady Borisov pada 30 Agustus 2019. Semula, komet ini dinamai C/2019 Q4 dengan C merujuk pada komet yang tidak secara periodik mengitari Matahari, 2019 sebagai tahun penemuan komet dan Q4 berarti komet keempat yang ditemukan pada paruh kedua bulan Agustus.

Persatuan Astronomi Internasional (IAU) pada 24 September 2019 resmi menamai komet C/2019 Q4 itu sebagai 2I/Borisov dengan 2I merujuk sebagai obyek kedua antarbintang (interstellar) yang berhasil dicatat manusia. Obyek antarbintang pertama yang berhasil diamati adalah 1I/‘Oumuamua pada Oktober 2017.

Keyakinan komet Borisov sebagai obyek antarbintang didasari oleh jalur lintasannya yang hiperbolik. Bentuk lintasannya di dekat Matahari berupa busur terbuka, komet ini masuk Tata Surya atau mendekati Matahari dari arah tertentu dan keluar atau meninggalkan Matahari dari arah lain yang berbeda jauh. Kondisi itu membuat Tata Surya hanya dijadikan daerah perlintasan komet Borisov saja.

Sebagai perbandingan, obyek di sekitar Matahari seperti planet atau sejumlah komet yang berasal dari wilayah Awan Oort, bagian luar Tata Surya, memiliki lintasan berbentuk elips. Artinya, benda tersebut akan mengitari Matahari secara periodik.

“Lintasan hiperbolik itu berarti obyek tersebut tidak terikat pada benda penarik gravitasi tertentu,” kata dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung yang banyak meneliti komet, Budi Dermawan, Senin (23/3/2020).

Meski demikian, obyek yang tak terikat pada benda penarik gravitasi itu masih bisa merasakan atau tertarik oleh gravitasi benda lain, seperti Matahari. Namun, tarikan Matahari itu hanya sedikit membelokkan lintasannya. Setelah lepas dari Matahari, benda akan kembali berjalan mengikuti jalurnya sendiri.

Jika inti komet Borisov benar-benar pecah, maka akan ada sedikit perbedaan lintasan komet tersebut saat meninggalkan Matahari. “Jika energi geraknya lemah, maka dia bisa tertarik oleh gravitasi Matahari. Namun jika energi geraknya masih besar, dia tetap bisa meninggalkan Tata Surya,” tambah Budi.

Walau kini komet Borisov sudah meninggalkan Matahari, namun dia diprediksi masih bisa diamati setidaknya hingga Oktober 2020. Borisov dapat diamati di belahan Bumi utara sejak Agustus 2019 hingga Januari 2020. Setelah itu hingga menghilangnya Borisov dari pantauan pengamat di Bumi, obyek ini hanya dapat diamati dari belahan Bumi selatan.

KOMPAS/SPACE TELESCOPE SCIENCE INSTITUTE/NASA/ESA/D JEWITT (UCLA)–Komet 2I/Borisov menjadi obyek antarbintang kedua yang diketahui manusia setelah asteroid 1I/’Oumuamua. Citra komet Borisov ini diambil saat menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble ketika komet menuju Matahari. Citra sebelah kiri diambil dengan latar belakang galaksi pada 16 November 2019 dan citra sebelah kanan diambil saat komet makin mendekati Matahari pada 9 Desember 2019.

Langka
Sama seperti obyek antarbintang pendahulunya, Borisov dan ‘Oumuamua sama-sama memiliki lintasan hiperbola dan keduanya ditemukan secara tak sengaja. Keduanya juga diyakini berasal dari luar Tata Surya. Bedanya, Borisov sejak awal diketahui sebagai komet, sedangkan ‘Oumuamua sempat diragukan termasuk dalam benda apa hingga akhirnya dikelompokkan sebagai asteroid.

Meski demikian, penemuan dua obyek astronomi yang aneh ini membuka peluang tentang banyaknya benda yang tak terikat gravitasi dan melayang di antara ruang antarbintang. “Pasti ada lebih banyak obyek antarbintang ini dari pada yang kita perkirakan,” kata Karen Meech dari Universitas Hawaii, AS yang mengamati komet Borisov kepada Space, 16 September 2019.

Obyek antarbintang merupakan benda astronomi yang jarang. Karena itu, kehadirannya dan pengetahuan tentangnya sangat menarik, entah itu berbentuk asteroid seperti ‘Oumuamua atau komet layaknya Borisov.

“Bagi astronom, saat melihat ada obyek dengan lintasan yang tidak biasa, itu pasti menarik,” kata Budi. Baru setelah diamati lintasannya, astronom biasanya baru menyadari bahwa obyek itu berasal dari luar Tata Surya.

Sejauh ini, dari pemeriksaan komposisi kedua obyek tersebut, ternyata sama dengan asteroid, komet maupun meteorit yang ada di Tata Surya. Namun, pengetahuan tentang obyek antarbintang itu tetap memperkaya khazanah pengetahuan manusia tentang semesta.

Beberapa hal yang kini menjadi fokus penelitian astronom terkait obyek antarbintang antara lain adalah memprediksi asal usulnya, tujuan perjalanan ‘Oumuamua dan Borisov setelah dari Matahari, serta peristiwa astronomi seperti apa yang menghasilkan obyek dengan lintasan yang unik seperti itu.

Ada pula astronom yang tertarik meneliti tentang potensi kehidupan cerdas dari luar Tata Surya. Bagaimanapun kedua obyek antarbintang itu berpotensi mengandung materi kehidupan dari sistem bintang lain di luar Matahari.

Namun yang pasti, ditemukannya dua obyek itu menunjukkan pengetahuan manusia tentang lingkungan antariksa di sekitarnya masih terbatas. Masih banyak dan jauh lebih luas sisi semesta yang belum dijangkau akal dan budi manusia.

KOMPAS/M KORNMESSER/ESO–Ilustrasi artis tentang asteroid 1I/’Oumuamua yang menjadi obyek antarbintang pertama yang tercatat oleh manusia di Bumi. ‘Oumuamua pertama kali terdeteksi pada 19 Oktober 2017 menggunakan Teleksop Pan-STARRS1 di Hawaii, Amerika Serikat.

Oleh MUCHAMAD ZAID WAHYUDI

Editor: ILHAM KHOIRI

Sumber: Kompas, 24 Maret 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB