Disinfektan Berbahan Alami Buatan KLHK

- Editor

Senin, 23 Maret 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tim peneliti dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berhasil memproduksi disinfektan berupa asap cair dari cuka kayu dan bambu. Pengembangan riset itu potensial untuk mencegah penyebaran virus korona baru.

–Peneliti pada Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berhasil memproduksi disinfektan berupa asap cair dari cuka kayu dan bambu. Disinfektan ini diklaim bisa digunakan untuk mengantisipasi pandemi penyakit Covid-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2 yang kini dihadapi dunia, termasuk Indonesia.

Selain disinfektan, dari hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) ini juga diproduksi cairan pembersih tangan atau hand sanitizer dengan formula asap cair (cuka kayu), borneol, etanol, dan gliserol. Pemakaiannya telah diujicobakan untuk lingkungan kantor dan dibagikan kepada para pegawai di lingkungan perkantoran Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi (BLI) Kampus Gunung Batu, Bogor, Jawa Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sayangnya, disinfektan dan pembersih tangan itu belum bisa dibeli oleh masyarakat ataupun diproduksi massal untuk memenuhi kebutuhan publik. ”Untuk produksi komersial, sebagai lembaga litbang tidak bisa, kecuali bermitra dengan kelompok masyarakat dan atau koperasi,” kata Djati Witjaksono Hadi, Kepala P3HH BLI KLHK, Sabtu (21/3/2020), saat dihubungi di Bogor.

Jika ada mitra yang tertarik, ia menyatakan bahwa P3HH siap menjadi pendamping dan memberikan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Mantan Kepala Biro Humas KLHK ini menyebutkan, mekanisme kerja sama seperti itu telah dijalankan dengan beberapa kelompok tani di Cianjur dan Pandeglang untuk memproduksi cuka kayu dan diversifikasi produk.

Cuka kayu selama ini digunakan sebagai pembasmi hama organik sekaligus penyubur tanah untuk meningkatkan produktivitas tanaman ataupun pengawet makanan hingga penggumpal getah karet. Cuka kayu merupakan destilat cair polusi asap yang keluar pada proses pembuatan arang.

Terkait dengan pemanfaatan cuka kayu sebagai disinfektan dan pembersih tangan, peneliti dari P3HH, Prof Gustan Pari, menyebutkan, ”Hasil pengujian asap cair kayu dan bambu terhadap kuman dari eksperimen yang dilakukan cukup hanya dengan satu persen sudah efektif.”

—Peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan memproses bahan baku cuka kayu dan bambu sebagai bahan pembuatan disinfektan dan hand sanitizer. Cuka kayu merupakan temuan awal para peneliti ini yang biasa dimanfaatkan untuk perawatan tanaman.

Uji toksisitas
Uji toksisitas asap cair kayu dan bambu sebagai disinfektan dilakukan bersama dengan koleganya, Ratih Damayanti, dan peneliti lain. Riset itu menggunakan mikroorganisme bakteri yang terdapat pada telapak tangan dan udara di Laboratorium Mikrobiologi Hutan-Pusat Litbang Hutan, Bogor.

Hasilnya, asap cair kayu dan bambu dengan konsentrasi 1 persen memiliki kemampuan lebih baik dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme dibandingkan dengan etanol (alkohol) 70 persen, yang selama ini kerap dijadikan bahan dasar disinfektan.

”Asap cair yang diproduksi BLI layak dijadikan sebagai disinfektan, terutama di tengah kelangkaan produk disinfektan di pasaran. Ini akan segera diproduksi massal untuk dibagikan ke lingkungan masyarakat yang membutuhkan,’” kata Prof Gustan.

Djati Witjaksono menambahkan, pada Senin lusa pihaknya berencana memproduksi disinfektan untuk kebutuhan penyemprotan kantor KLHK di Bogor dan saat ini sedang dihitung biaya produksinya. Terkait dengan standardisasi dan jaminan efektivitas disinfektan itu, saat ini pengujian temuan penelitinya dilakukan di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Uji tersebut memerlukan dukungan pendanaan KLHK serta Kementerian Riset dan Teknologi.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 21 Maret 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB