Rino Rakhmanta Mukti, Peluang dari Limbah Padi

- Editor

Kamis, 29 November 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Memanfatkan silika sekam padi untuk penyulingan minyak bumi.

Hasratnya menemukan hal baru dalam dunia sains membuat Rino Rakhmanta Mukti, 41 tahun, memfokuskan penelitiannya pada material maju (advanced material). Material maju dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pemutakhiran teknologi di bidang industri. Material ini berukuran nanometer atau sepermiliar meter.

“Material maju ini sangat dibutuhkan dalam bioengineering,” kata dosen Kelompok Keilmuan Kimia Fisik dan Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rino kini meneliti zeolit, yang merupakan mineral berpori terbuat dari kristal alumina silika. Adapun katalis zeolit adalah zeolit yang dipakai sebagai penyokong dalam berbagai reaksi kimia. Ilmuwan dan praktisi perminyakan juga sudah me ngetahui bahwa kerangka zeolit bisa dipakai untuk menyuling minyak bumi.

Rino menggeluti bidang penelitian zeolit sejak 2003. Saat itu ia memilih zeolit alam yang ditambang oleh perusahaan di Indonesia. Di tengah penelitiannya itu, ia menemukan bahwa, selain dengan penambangan, zeolit bisa diproduksi dari limbah sekam padi. Menurut dia, sudah lama diketahui bahwa sekam pagi mengandung silika. Namun belum ada yang memanfaatkan silika tersebut untuk membuat katalis zeolit.

Ia melihat, di masa mendatang, sekam padi bisa dipakai untuk membuat zeolit dalam skala massal sehingga bisa dipakai di industri petrokimia atau industri hilir seperti pembuatan minyak sawit. “Sekarang kan gembargembor mengenai sumber energi non-impor, nah ini bisa,” ujar peraih gelar doktor teknik kimia dari Technische Universitat Muenchen, Jerman, pada 2007 itu.

Produksi zeolit dari limbah sekam padi, menurut Rino, tak akan berkurang. Pasokannya pasti terjamin karena banyak negara memproduksi padi.

Zeolit yang digunakan untuk menyuling minyak bumi berharga ratusan dolar Amerika Serikat per kilogram. Padahal zeolit dari alam, menurut dia, memiliki performa katalis yang lebih rendah dibanding zeolit yang dibuat di laboratorium seperti zeolit sekam padi. “Jika perusahaan dalam negeri seperti Pertamina mau memanfaatkannya, kita tak perlu lagi bergantung pada zeolit dari Amerika atau Jepang,” tuturnya.

Rino mengakui penelitian yang dilakukannya bersama sejumlah peneliti dari dalam dan luar negeri masih berskala laboratorium. “Tantangannya adalah mengembangkan proyek ini ke level komersial,” dia mengungkapkan. Pekerjaan itu, menurut dia, memerlukan sinergi antara peneliti, perekayasa, pemerintah, dan investor.

Dalam kurun delapan tahun ke depan, Rino memprediksi katalis zeolit berbahan baku sekam padi bisa dikomersialkan. Ia sudah menyusun tim guna pengembangan riset itu lebih lanjut. Ia juga menjalin relasi dengan komunitas internasional yang berfokus pada kajian katalis zeolit.

Penelitiannya tentang pengembangan zeolit diganjar penghargaan Ahmad Bakrie Awards 2016 untuk kategori peneliti muda. Tim juri menilai dia layak mendapatkan penghargaan atas sumbangsihnya terhadap pemikiran energi di masa depan.

Sumber: Koran Tempo, KAMIS, 16 AGUSTUS 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif
Berita ini 97 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:11 WIB

Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB