Pelajaran dari Konosuke Matsushita

- Editor

Rabu, 28 November 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tidak banyak perusahaan mampu melewati usia 100 tahun dengan mulus. Salah satu di antara yang sedikit itu adalah Panasonic. Perusahaan raksasa elektronik dunia asal Jepang itu tahun ini genap berusia satu abad. Puncak peringatannya yang digelar pada 30 Oktober-2 November 2018 di Tokyo International Forum dihadiri ribuan orang dari berbagai negara.

Saat memasuki kawasan Tokyo International Forum, Selasa (30/11/2018) pagi, pengunjung dan tamu dibuat terentak. Di area terdepan, langsung disajikan sejarah perjalanan dengan segala jenis produk yang pernah diproduksi selama perjalanan 100 tahun.

Dimulai dari produk yang pertama kali diproduksi pada 1918, yakni soket lampu dupleks. Setelah itu lampu sepeda pada 1923. Bahkan, produk lampu ini yang pertama kali menggunakan merek National. Empat tahun kemudian, pada 1927, diproduksi lagi produk baru, yakni setrika listrik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/JANNES EUDES WAWA–Sejumlah produk elektronik yang pernah diproduksi dipamerkan dalam puncak perayaan 100 tahun Panasonic di Tokyo International Forum, 30 Oktober-2 November 2018.

Tahun terus berjalan, Matsushita Electric pun terus berkembang dengan memproduksi aneka barang elektronik. Misalnya, penyejuk ruangan, mesin cuci, sepeda, kamera, radio, televisi, komputer, lampu, kulkas, dan ratusan jenis produk lainnya. Produk-produk tersebut selalu berevolusi dari waktu ke waktu menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dan perubahan gaya hidup masyarakat.

Ambil contoh mesin cuci. Mula-mula, bentuk alat yang pertama kali diproduksi pada 1951 itu menyerupai ketel dengan ketinggian sekitar 50 sentimeter dan diberi empat kaki. Pakaian dimasukkan dari bagian atas mesin lalu ditutup secara manual.

Proses pencucian pun masih mengandalkan tenaga manusia. Begitu pula dengan alat penyejuk ruangan. Awalnya, produk yang dihasilkan adalah kipas angin, kemudian berkembang menggunakan tenaga listrik dan dilengkapi dengan pendingin seperti saat ini.

Demikian juga televisi yang pada awal produksi menggunakan empat kaki dan bergambar hitam putih. Kini, televisi terus berkembang menjadi lebih tipis, bewarna dengan ukuran bervariasi, dan bisa disetel penggunanya dari jarak tertentu. Bahkan, televisi pun menggunakan internet dan konektivitas Bluetooth.

”Dunia terus berubah, gaya hidup dan kebutuhan manusia pun berubah dan berkembang. Industri teknologi, termasuk manufaktur, juga terus berinovasi untuk melayani kebutuhan masyarakat. Itulah yang telah dilakukan Panasonic dalam 100 tahun pertama. Riset dan pengembangan menjadi bagian utama yang dilakukan,” papar Presiden Direktur Panasonic Global Kazuhiro Tsuga dalam pidato perayaan 100 tahun Panasonic.

Kesanggupan melewati rintangan itu membuat Panasonic begitu kokoh. Produk-produknya telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Nyaris tidak satu pun negara bebas dari Panasonic. Hingga kini, Panasonic Global mengoperasikan sekitar 495 perusahaan dan 91 perusahaan asosiasi yang tersebar di seluruh dunia. Penjualan bersih yang dibukukan pada September 2017 sebesar 7.982 triliun yen.

Dari bawah
Awal berdirinya, perusahaan ini bernama Matsushita Electric. Nama tersebut diambil dari nama pendirinya, yakni Konosuke Matsushita. Ketika mendirikan perusahaannya, Konosuke masih sangat muda, yakni 23 tahun. Suasana di Jepang yang masih diliputi peperangan, termasuk Perang Dunia I (1914-1918), ternyata tidak menyurutkan tekad Konosuke mendirikan perusahaan elektronik.

Konosuke yang lahir pada 27 November 1894 ini berasal dari keluarga sederhana di Desa Wasa, Osaka. Masa kecilnya, Konosuke adalah pribadi tertutup dan agak sakit-sakitan. Kondisi keuangan keluarga yang minim memaksa anak bungsu dari delapan bersaudara tersebut harus bekerja pada usia delapan tahun. Mula-mula, pada 1902, dia bekerja di sebuah sekolah swasta untuk anak tunanetra dan tunagrahita di Osaka.

KOMPAS/JANNES EUDES WAWA–Sepeda pertama bermerek National menjadi salah satu produk yang diproduksi Panasonic.

Belum lama bekerja, ayahnya, Masakusu, meminta Konosuke magang di Toko Hicachi (tungku batubara) milik Miyata, kenalannya. Tugas Konosuke adalah membersihkan tungku dan toko sambil menjaga anak pemilik toko. Dia mendapatkan imbalan uang saku 5 sen per dua minggu.

Tiga bulan setelah dia bekerja, toko itu ditutup. Oleh pemilik toko, Konosuke dititipkan pada sebuah toko sepeda, milik kenalan Miyata, bernama Global Otokichi. Sepeda yang dijual diimpor dari Amerika Serikat dan Inggris. Lalu, Oktober 2010, dia pindah ke perusahaan Osaka Electric Light Company.

Awalnya, dia bekerja sebagai asisten pemasangan listrik dalam ruangan di wilayah Saiwaicho. Melihat kinerja yang memuaskan, tiga bulan kemudian dia dipercaya menjadi teknisi instalasi.

Dari Saiwaicho, dia pun pindah ke Osaka. Di kota ini, Konosuke melanjutkan sekolah. Dia memilih sekolah malam di Kansai Commercial and Industrial School. Setahun kemudian, dia lulus dan melanjutkan ke program reguler dengan mengambil jurusan elektro. Namun, sekolah ini tidak dituntaskannya.

Sambil bekerja, Konosuke mulai belajar merancang soket lampu. Hasilnya cukup memuaskan. Dari situ, timbul niat untuk mandiri. Maka, pada 15 Juni 1917, dia mengundurkan diri dari Osaka Electric Light Company dan mulai fokus menyiapkan diri untuk membuka usaha.

Tepat 7 Maret 1918, didirikan Matsushita Electric. Usaha itu dimulai dari sebuah rumah petak seluas 9 meter persegi dengan modal 100 yen. Dia dibantu dua temannya yang sebelumnya sama-sama bekerja di Osaka Electric, serta adiknya.

Kata kunci
Produk pertama yang dihasilkan adalah soket lampu dupleks. Produk perdana ini merupakan hasil dari pengalaman yang ditimba Konosuke selama bekerja di Osaka Electric Light Company. Usaha ini ditekuni dengan penuh disiplin, kerja keras, dan rendah hati. Satu demi satu produk elektronik terus diproduksi. Bahkan, mulai April 2004, merek National berganti nama menjadi Panasonic.

Di mata Kepala Regional Asia Tenggara Panasonic Corporation Ryu Tahehiko, raksasa elektronik ini tiada henti berinovasi. Itu sebabnya, penelitian dan pengembangan menjadi kata kunci sehingga semua produk Panasonic selalu diterima masyarakat. Dari semua produk Panasonic, penyejuk ruangan paling banyak diminati, terutama di kawasan Asia Pasifik.

Kini, telah dirancang produk penyejuk ruangan dengan memberi perhatian pada kualitas udara. Melalui integrasi dengan internet of things (IoT), penyejuk ruangan ini mampu menetralisir partikel halus yang tersebar dalam ruangan sehingga kualitas udara yang ada menjadi lebih baik dan nyaman.

”Pendingin ruangan seperti ini cocok untuk kawasan Asia Pasifik yang memiliki polusi udara, kabut, debu, dan cuaca panas yang cukup tinggi. Debu atau partikel halus yang tersebar di luar ruangan dapat terbawa masuk dan mengontaminasi udara dalam ruangan. Melalui konsep quality air for life, Panasonic menawarkan produk pendingin ruangan yang lebih berkualitas, nyaman, dan sehat,” tutur Ryu.–JANNES EUDES WAWA

Sumber: Kompas, 28 November 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB