Kawasan pameran terbesar di Jepang, yakni Tokyo International Forum, pada pengujung Oktober 2018 menjadi area milik Panasonic, perusahaan raksasa elektronik asal ”Negeri Sakura” tersebut.
Gedung mewah berlantai enam dengan puluhan ruang pamer, ruang diskusi, dan studio itu disewa khusus untuk puncak acara peringatan 100 tahun Panasonic.
Dalam pameran ini, yang ditampilkan Panasonic bukan semata-mata produk-produk elektronik yang diproduksi sejak didirikan pada 7 Maret 1918 oleh Konosuke Matsushita di Osaka, Jepang, hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sesungguhnya sudah tidak terhitung berapa jumlah produk yang dihasilkan selama 100 tahun perjalanan perusahaan yang awalnya bernama Matushita Electronic itu.
Apalagi, perusahaan tersebut telah berkembang di puluhan negara dan produknya beredar di seluruh dunia.
Dengan mengambil tema Cross-value Innovation Forum 2018, Panasonic juga memperkenalkan konsep aneka produk yang akan diproduksi dalam puluhan tahun ke depan sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup manusia sesuai tuntutan perubahan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
KOMPAS/JANNES EUDES WAWA–Panasonic menawarkan mobil listrik tanpa pengemudi. Mobil yang dipamerkan dalam perayaan 100 tahun Panasonic di Tokyo, Jepang, pada 30 Oktober-3 November 2018 itu dapat didesain sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Salah satu tema yang ditampilkan dalam pameran ini terkait dengan aktivitas di bandar udara yang kian meningkat. Terminal penumpang pun semakin luas dan mobilisasi masyarakat antarnegara terus bertambah.
Salah satu area yang biasanya terjadi penumpukan penumpang adalah loket imigrasi untuk pemeriksaan paspor.
Efisiensi jadi kata kunci
Itu sebabnya, ditawarkan teknologi baru yang lebih efisien. Alat pengecekan paspor ini diberi nama Border Control Gate. Alat itu mirip meja rias, tetapi berukuran hanya sekitar 30 sentimeter yang dilengkapi cermin setinggi lebih kurang 1 meter.
Saat berada di depannya, pemilik paspor membuka kemudian menempelkan paspornya pada bagian mejanya seraya mukanya menghadap ke cermin besar.
Jika muncul tanda radiks pada cermin, hal itu menunjukkan berhasil, pintu pembatas pun otomatis terbuka, dan yang bersangkutan diizinkan melanjutkan perjalanan. Kalau muncul tanda silang, berarti ditolak.
Petugas imigrasi akan membantu. Jika gagal lagi, berarti pemilik paspor ditolak melakukan perjalanan ke luar negeri atau memasuki negara tersebut.
”Automated Border Control Gate ini menggunakan teknologi face recognition. Kalau menggunakan alat ini, proses pengecekan paspor di bandara untuk setiap orang butuh waktu tidak lebih dari 10 detik.
Penghematan waktu yang luar biasa dan tidak menimbulkan antrean yang panjang di loket imigrasi. Teknologi ini sangat memudahkan masyarakat,” tutur Yataka Yamamoto dari Bagian Sistem Solusi Panasonic.
Sejauh ini, alat ini mulai diperkenalkan pada beberapa bandara di Jepang, seperti Narita, Haneda, Osaka, dan Fukuoka. Alat ini masih dibatasi hanya untuk di dalam negeri dan belum diekspor. Penggunaan alat ini akan dimaksimalkan saat penyelenggaraan Olimpiade 2020 di Tokyo.
KOMPAS/JANNES EUDES WAWA–Robot ini mampu memilah bahan makanan di pabrik sehingga waktu pengerjaan pun lebih pendek. Ini bagian dari kecerdasan buatan yang diperkenalkan Panasonic dalam pameran di Tokyo tersebut.
”Saat Olimpiade 2020 pasti banyak orang asing datang mengunjungi Jepang. Alat ini akan digunakan untuk memudahkan pelayanan di imigrasi bandara di seluruh Jepang. Ini bagian dari pelayanan yang prima dan efisien,” ujar Yamamoto.
Ia juga meyakini, ke depan, efisiensi selalu menjadi kata kunci sehingga pihaknya akan memperkenalkan alat ini ke sejumlah negara.
Dalam pameran ini, ditampilkan juga robot yang mampu memilah bahan makanan di pabrik sehingga mempersingkat waktu kerja. Bahkan, robot ini juga mampu berperan sebagai pemindah barang otomatis yang dapat dikontrol melalui pusat data informasi.
Ada pula teknologi bernama Automated Shelf Monitoring yang mampu mendeteksi deretan rak pajangan yang masih kosong atau membantu karyawan atau pemilik dalam menyusun barang.
Perubahan gaya hidup
Ini hanyalah bagian terkecil dari inovasi teknologi yang terus berkembang yang akan dilakukan Panasonic. Bagi Presiden Direktur Panasonic Kazuhiro Tsuga, gaya hidup telah mengalami perubahan yang sangat pesat di seluruh dunia.
Hal ini ditandai dengan kemunculan berbagai inovasi teknologi yang memberikan kemudahan bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan teknologi yang dapat menunjang gaya hidupnya di era modern ini, selain menghadirkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan, Panasonic juga berupaya memberikan nilai tambah pada setiap produknya dalam menunjang kehidupan lebih baik bagi masyarakat di seluruh dunia.
”Kami terus berupaya membawa perubahan dan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup setiap saat untuk masyarakat selama 100 tahun ke depan,” kata Tsuga.
”Saat ini, masyarakat mulai berubah dengan sangat cepat dan luas sehingga nilai yang diyakini setiap individu menjadi semakin beragam. Panasonic sudah terjun di dunia industri elektronik selama 100 tahun.
Kini saatnya kami melakukan perubahan guna menjawab tantangan untuk 100 tahun ke depan dengan berbagai teknologi yang terus berkembang,” lanjutnya.
Panasonic, menurut Tsuga, mulai melakukan perubahan dengan lebih berfokus pada aspek manusia dibandingkan produk. Pembaruan diri tersebut karena merujuk pada filosofi dasar manajemen perusahaan yang menekankan konsumen adalah utama dan segalanya.
”Untuk itu, kami melakukan berbagai kerja sama guna menghadirkan serangkaian inovasi dan pembaruan agar dapat memberikan nilai tambah dan mendukung perkembangan gaya hidup yang sedang berkembang pesat di seluruh dunia,” ujarnya.
Melihat perkembangan inovasi teknologi yang terus berkembang itu, Rachmat Gobel, Utusan Khusus Presiden RI untuk Jepang, menilai, kenyataan ini sulit terhindarkan. Indonesia pun selalu menjadi salah satu pasar utama dari teknologi tersebut. Apalagi didukung jumlah penduduk yang banyak.
Hal ini di satu sisi termasuk bagus, tetapi di sisi lain membahayakan masyarakat Indonesia karena cepat atau lambat, demi efisiensi, maka lebih diutamakan penggunaan produk-produk kecerdasan buatan dibanding tenaga manusia. Dampaknya adalah jumlah penganggur meningkat.
Pilihan yang wajib ditingkatkan adalah kualitas sumber daya manusia, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal.
”Kita harus lebih serius melakukan investasi sumber daya manusia jika ingin mampu bersaing dalam kemajuan inovasi teknologi.
Kalau kita masih tetap keasyikan dengan hal-hal yang tidak produktif, kita akan tergilas, dan korbannya adalah masyarakat lemah,” ujar Rachmat Gobel.–JANNES EUDES WAWA
Sumber: KOmpas, 21 November 2018