Saatnya Kaum Milenial Berinovasi

- Editor

Sabtu, 3 November 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indonesia Science Expo Ke-3 pada 2018 yang berlangsung di Indonesia Convention Exhibition, Tangerang, Banten, 1-4 November, membuka ruang bagi generasi milenial untuk menampilkan berbagai inovasi teknologi.

Berawal dari kepekaan pada lingkungan, mereka menangkap peluang untuk mengembangkan potensi diri, sekaligus menghasilkan inovasi yang berguna bagi banyak orang.

FRANSISKUS WISNU W DANY UNTUK KOMPAS–Pembangkit listrik tenaga bayu (angin) baling-baling bambu dipamerkan di ICE, Tangerang, Jumat (2/11/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ana Tasya Rosa (17) dan Nurul Isnaini (17) dari Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Peradaban Al-Izzah Kota Sorong, Papua Barat, membuat hand sanitizer (pembersih tangan) berbahan dasar cangkang kepiting. Pembersih tangan tersebut bernama Chitosizer (Chitosan hand sanitizer gel).

Ana menyebutkan, ide membuat Chitosizer berasal dari banyaknya limbah cangkang kepiting di Papua Barat. Limbah tersebut dapat mencapai 450 ton. Sementara kepiting mengandung banyak senyawa kitin yang diolah menjadi kitosan. Senyawa tersebut mampu membunuh bakteri serta tidak mengontaminasi makanan.

”Kitosan dilarutkan pada asam asetat agar tidak berbahaya bagi kulit. Produk ini tidak mengandung alkohol dan melembutkan kulit,” ucap Ana, Jumat (2/11/2018).

FRANSISKUS WISNU W DANY UNTUK KOMPAS–Ana Tasya Rosa (17) dari SMA Islam Terpadu Peradaban Al-Izzah Kota Sorong, Papua Barat, membuat pembersih tangan berbahan dasar cangkang kepiting.

Lain lagi dengan Radisyah Ikhsan (16) dan Rifqi syah (16) dari SMA Lifeskill Teknologi Informatika Indo Global Mandiri Palembang, Sumatera Selatan. Mereka merancang tabung Filsi (filtration-absorption). Tabung ini berfungsi untuk mengolah air limbah domestik menjadi air untuk sanitasi, pertanian, dan lainnya kecuali konsumsi.

Tabung tersebut dibuat untuk menyaring air limbah, dengan susunan dari atas ke bawah berupa serabut kelapa, karbon aktif dari kulit pisang, batu spilt, dan pasir silika. Air hasil olahan tidak dapat dikonsumsi karena belum ada penelitian kelaikannya, sedangkan secara parameter kimia dan fisika sudah sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah.

”Kami terinspirasi dari masalah pencemaran air, banyaknya limbah kulit pisang, dan serabut kelapa yang terbuang percuma. Alat ini untuk menyadarkan masyarakat mengolah air limbah,” ujar Rifqi.

FRANSISKUS WISNU W DANY UNTUK KOMPAS–Air hasil penyaringan menggunakan Filsi.

Teknologi sederhana
Kaum milenial yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas pada peserta Indonesia Science Expo ini juga berinovasi dengan membuat teknologi sederhana yang memudahkan aktivitas sehari-hari.

Fariz Alif (16) dari SMA 3 Semarang, misalnya, membuat Tesmac yang jika ditulis dalam bahasa Jawa menjadi tesmak yang berarti ’kacamata’. Kacamata yang terhubung dengan topi ini berfungsi untuk memudahkan penyandang tunanetra dalam beraktivitas.

Kacamata ini menggunakan sensor parkir ultrasonik yang sering digunakan untuk parkir mobil. Sensor tersebut diletakkan di kacamata. Cara kerjanya, sensor akan memancarkan gelombang ke transmiter yang terpasang di topi.

Transmiter ini menggunakan baterai berdaya 9 volt yang terhubung ke pengeras suara berukuran kecil yang juga terpasang di topi. Sensor memiliki jangkauan 1,5 meter dari obyek yang mendekat. Interval suara akan semakin keras seiring dengan mendekatnya obyek dengan pengguna Tesmac.

”Tesmac dipakai seperti kacamata pada umumnya. Sensor yang terpasang berfungsi layaknya alat untuk melihat melalui bunyi ketika ada atau mendekati obyek,” ujar Fariz.

FRANSISKUS WISNU W DANY UNTUK KOMPAS–Fariz Alif (16) dari SMA 3 Semarang membuat Tesmac. Kacamata yang terhubung dengan topi ini berfungsi untuk memudahkan penyandang tunanetra dalam beraktivitas.

Muhammad Daffa (14) dan Aisyah Hawa (14) dari SMP Negeri 19 Semarang berinovasi merancang pembangkit listrik tenaga bayu baling-baling bambu.

Sekolahnya yang terletak di perbukitan, banyak pohon serta tanaman bambu, dan angin yang cukup menimbulkan ide untuk membuat alat tersebut dengan memanfaatkan kecepatan angin dan kelimpahan bambu.

Alat sederhana tersebut mampu menghidupkan satu lampu. Butuh tambahan aki untuk menghidupkan banyak lampu. Cara kerjanya, saat ada angin, energi akan disimpan ke aki sehingga bisa menghidupkan banyak lampu melalui sambungan paralel, juga alat elektronik lainnya.

Tebal bambu 0,5 sentimeter menghasilkan 12 volt dengan bantuan kecepatan angin 2,9 meter per detik. Tebal bambu 1 sentimeter menghasilkan 14 volt dengan kecepatan angin 4,1 meter per detik. ”Ini baru contoh, aplikasinya dengan bambu besar,” kata Daffa. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)–YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 3 November 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB