40 Universitas Tingkat Dunia Berpameran di Jakarta

- Editor

Senin, 26 Maret 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SUN Education Group menggelar pameran pendidikan 40 universitas yang masuk kategori 250 terbaik dunia dari 13 negara di Jakarta, Minggu (25/3). Pameran digelar untuk merespons semakin tingginya minat pelajar Indonesia dalam melanjutkan pendidikan tinggi luar negeri pada era digital ini.

Beberapa dari 40 universitas tersebut adalah Monash University, University of Auckland, King’s College London, University of Illinois at Chicago, dan Singapore Institute of Management. Negara yang ikut dalam pameran itu adalah Amerika Serikat, Australia, Belanda, Kanada, China, Inggris, Irlandia, Italia, Malaysia, Selandia Baru, Spanyol, Swedia, dan Swiss.

CEO SUN Education Group Fredy Subrata menyatakan, jumlah pengunjung setiap pameran pendidikan yang digelar mencapai kisaran 1.000-2.000 orang. Angka tersebut dinilai menunjukkan minat yang tinggi. Total dalam setahun dapat mencapai 20.000 pengunjung dari pameran-pameran yang digelar SUN Education Group.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

ELSA EMIRIA LEBA UNTUK KOMPAS–Suasana pameran bertajuk ”World Top 250 Prestigious Universities Expo 2018” yang diselenggarakan SUN Education Group di Jakarta, Minggu (25/3/2018).

”Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh ketika seseorang belajar di luar negeri,” ujar Fredy di sela pameran bertajuk ”World Top 250 Prestigious Universities Expo 2018”. Ia menguraikan, tujuan utama pendidikan di luar negeri bukan hanya mengejar gelar dan ijazah.

Seseorang yang kuliah di luar negeri dapat menjalin jaringan (network) dengan akademisi dan pelajar dari banyak negara. Selain itu, ia juga dapat memperoleh pengalaman merasakan budaya baru serta membentuk karakter menjadi berpikiran lebih terbuka dan mandiri.

Saat ini, peminat pelajar Indonesia kebanyakan adalah melanjutkan studi strata satu (S-1), baru diikuti oleh studi strata dua (S-2), dan strata tiga (S-3). Negara dengan tujuan terbanyak di antaranya Australia, Amerika Serikat, Inggris, Singapura, Malaysia, dan China.

Menurut Fredy, sebanyak 50 persen dari yang berangkat memilih jurusan bisnis, sisanya terbagi jurusan lainnya, seperti sains, matematika, perhotelan, dan desain.

Untuk kuliah luar negeri, terdapat variasi biaya yang perlu dikeluarkan oleh seseorang. Variasi tersebut bergantung pada negara, universitas, dan fakultas tujuan serta gaya hidup pelajar tersebut.

Ia mencontohkan, pelajar yang ingin kuliah di negara-negara Asia perlu menyediakan biaya kuliah Rp 100 juta-250 juta, Australia Rp 200 juta-400 juta, dan Amerika Serikat Rp 300 juta-700 juta. Adapun biaya hidup yang dibutuhkan bervariasi, mulai dari Rp 100 juta hingga Rp 300 juta per tahun.

”Dalam pameran ini, universitas juga menawarkan program beasiswa untuk pelajar yang tertarik dan berkompetensi,” ujarnya. Ia menyatakan, masalah biaya yang tinggi masih menjadi momok utama pelajar Indonesia kuliah di luar negeri. Adapun masalah lainnya adalah tingkat kefasihan berbahasa Inggris mereka.

ELSA EMIRIA LEBA UNTUK KOMPAS–Suasana seminar selama pameran bertajuk ”World Top 250 Prestigious Universities Expo 2018” yang diselenggarakan oleh SUN Education Group di Jakarta, Minggu (25/3).

Managing Director Populix dan Lulusan London School of Economics and Political Science (LSE), University of Oxford, dan University of Cambridge Timothy Astandu menyatakan, kendati telah banyak yang tertarik melamar di perguruan tinggi luar negeri, masih sedikit pelajar Indonesia yang berani melamar di universitas ternama dunia.

Berdasarkan data dari Newton Academic, hanya ada empat pelajar program S-1 dan 18 pelajar program S-3 yang sedang belajar di University of Cambridge tahun 2015-2016. ”Yang apply hanya sekitar 50 orang dan itu pun sudah malas,” ujarnya.

Menurut Timothy, pelajar Indonesia sebenarnya tidak kalah pintar dengan siswa negara lainnya. Hanya saja, mereka sering kalah ketika harus menulis surat pernyataan motivasi pribadi ketika melamar karena tidak merefleksikan minat dan semangat berkompetisi.

Pada dasarnya, ujarnya, universitas ingin melihat karakter orang di balik ijazah dan sertifikat yang dikirim karena itulah lamaran meminta disertakan surat pernyataan motivasi pribadi dan wawancara, ”Jadilah diri sendiri, tidak apa-apa kalau gagal,” katanya.

Dunia kerja
Associate Director & Head of Business Unit Gunung Sewu Group, penulis buku Career First, dan Professional Coach Certified Maya Arvini menyatakan, hal yang perlu diingat ketika memasuki dunia kerja adalah perusahaan tidak hanya melihat pengetahuan yang dimiliki seseorang ketika melamar bekerja. Perusahaan juga menilai dari sisi keterampilan dan sikap.

”Banyak orang pintar,” ujarnya. Namun, untuk mencapai kesuksesan, dibutuhkan waktu dan kerja keras. Hal tersebut akan sulit diperoleh oleh orang yang cenderung mengganti pekerjaan ketika menemukan kesulitan saat bekerja di suatu perusahaan.

Selain itu, kata Maya, kedewasaan dan mental seseorang terbentuk ketika mereka bekerja. Menurut dia, waktu ideal bekerja seseorang di suatu perusahaan adalah minimal 3 tahun. Alasannya, tahun pertama adalah masa belajar, tahun kedua adalah masa berkontribusi kepada perusahaan, serta tahun ketiga adalah masa mempertahankan prestasi di perusahaan.(DD13)

Sumber: Kompas, 25 Maret 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB