Peneliti ITS Kembangkan Pemantau Tanda Vital Pasien Jarak Jauh

- Editor

Rabu, 14 Februari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, mengembangkan alat pemantau tanda vital pasien yang bisa dilihat secara real time dalam jarak jauh. Alat tersebut memudahkan dokter untuk memantau kondisi pasien tanpa perlu melihat Vital Sign Monitor yang berada di dekat pasien.

Alat yang dinamakan Invisimos (integrated vital sign monitoring system) ini dikembangkan oleh lima dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Mereka adalah Ketut Eddy Purnama, Eko Setijadi, Arief Kurniawan, Eko Pramunanto, dan Arman Hakim Nasution.

Ketut, salah satu peneliti, Selasa (13/2) di Surabaya, mengatakan, selama ini pemantauan kondisi pasien rawat inap di rumah sakit masih dilakukan secara manual dengan menggunakan Vital Sign Monitor (VSM) yang diletakkan di samping pasien.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dokter jaga kemudian berkeliling untuk mencatat kondisi pasien secara periodik berdasarkan VSM tersebut, seperti kondisi tekanan darah, saturasi oksigen, dan suhu tubuh.

Cara pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang lama karena dokter harus berkunjung ke ruang perawatan pasien satu per satu untuk melihat kondisi yang ditampilkan VSM. Jika dokter jaga terbatas, sedangkan jumlah pasien membludak, tentu membuat waktu pemeriksaan lebih lama.

KETUT EDDY PURNAMA–Invisimos (integrated vital sign monitoring system) yang dikembangkan tim peneliti ITS untuk memudahkan pemantauan tanda vital pasien rawat inap.

”Banyaknya pasien dan ruang rawat inap di sebuah rumah sakit menyebabkan kondisi darurat pada tiap pasien tidak bisa diketahui dengan segera sehingga berpotensi mengakibatkan penanganan pasien yang terkesan terlambat,” kata Ketut.

Oleh sebab itu, Invimos dikembangkan untuk memudahkan pemeriksaan tanda vital pasien lebih cepat. Kondisi pasien bisa dipantau melalui monitor yang disambungkan dengan alat pemantau tanda vital pasien melalui kabel jaringan.

KETUT EDDY PURNAMA–Kepala Departemen Teknik Komputer ITS Ketut Eddy Purnama

Berbeda dengan VSM konvensional, alat yang mulai dikembangkan sejak 2016 ini memungkinkan tenaga medis di ruang jaga bisa memantau kondisi vital tiap pasien tanpa harus keliling terlebih dahulu.

Sebab, Invisimos memiliki port luaran yang dapat mengirimkan data vital sign pasien secara real time sehingga dokter jaga dan perawat jaga dapat mengevaluasi kondisi pasien lebih cepat dibanding harus mendatangi ruang inap.

Alat pemantau ini tidak perlu harus berada di samping pasien. Pasien cukup dipasang sensor pendeteksi tanda vital di tubuhnya lalu disambungkan dengan kabel jaringan yang terhubung dengan monitor Invisimos. Jarak antara pasien dan monitor pamantau bisa disesuaikan dengan ruangan kontrol dokter dengan menyesuaikan panjang kabel tersebut.

”Jika terdapat kondisi darurat, tenaga medis juga bisa langsung tahu dan segera bertindak tanpa dipanggil keluarga yang menjaga pasien,” ujar Ketut yang juga menjadi Kepala Departemen Teknik Komputer ITS ini.

Menurut dia, sistem ini sangat diperlukan sebagai penunjang pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit yang kekurangan tenaga medis. Dengan pemantauan kondisi pasien yang cepat dan akurat, layanan terhadap pasien dapat ditingkatkan.

”Sekarang sedang dalam tahap pendaftaran hak paten. Kami juga meningkatkan kemampuan alat ini agar mampu mengirimkan data melalui jaringan Wi-Fi,” pungkasnya. (*)–IQBAL BASYARI

Sumber: Kompas, 13 Februari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB