Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mengoperasikan Sistem Manajemen Energi Cerdas di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Upaya ini untuk mendukung program Sumba Iconic Island, yaitu pemenuhan 100 persen kebutuhan listrik dengan sumber energi baru dan terbarukan pada 2025.
Pengoperasian Sistem Manajemen Energi Cerdas (Smart Energy Management System/SEMS) diresmikan oleh Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto, Selasa (19/12) di Bilacenge, Sumba Barat Daya, NTT. Hadir pada acara itu Senior Executive Officer Kyudenko Corporation Yoshiaki Tanaka, Bupati Sumba Barat Daya Markus Dairo Tallu, dan General Manager PLN Wilayah NTT Christiyono.
Kepala Balai Besar Teknologi Konversi Energi BPPT Andhika Prastawa, Jumat (22/12), di Jakarta, mengatakan, SEMS menggunakan smart micro grid, bantuan dari Kyudenko Jepang. Pengoperasiannya untuk mengelola pasokan daya listrik dari pembangkit listrik tenaga hibrida atau paduan beberapa pembangkit listrik antara lain dari pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 500 kilowattpeak (kWp).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Sistem smart micro grid dipilih karena dapat mendistribusikan listrik lebih efisien, transparan, ekonomis, dan aman,” kata Andhika.
Sistem yang masih dalam skala percobaan ini terdiri atas empat subsistem, yaitu sel surya fotovoltaik berkapasitas 500 kWp, sistem penyimpan energi kapasitas 500 kWh, mesin genset cerdas kapasitas 2 x 135 kW, serta sistem SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition), yaitu sistem kendali berbasis komputer yang mengontrol proses generator tenaga listrik.
KOMPAS/A HANDOKO–Pembangkit listrik tenaga angin dengan 20 kincir terpasang di Desa Kalihi, Kecamatan Kahaungu Eti, Kabupaten Sumba Timur, NTT, Selasa (25/10/2016). Energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekitar 20 rumah yang tidak terjangkau akses listrik PLN.
Pada sistem ini, khusus untuk subsistem fotovoltaik dan genset beroperasi sejak Juni 2012. Selanjutnya, hingga 2014 dilakukan pengujian atau evaluasi sistem uji yang mengintegrasikan sumber energi terbarukan dengan sistem kelistrikan lokal di Kabupaten Sumba Barat Daya.
”Dalam uji coba ini dikaji optimalisasi sistem kelistrikan yang bersumber dari energi terbarukan yang tersebar di beberapa lokasi. Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas daya listrik pada jala-jala atau grid kelistrikan PLN,” tutur Unggul.
Kendala
Unggul menyebutkan, pengoperasian demo plant ini belum dapat dilaksanakan secara optimal karena ditemui banyak kendala, baik teknis maupun alam, sehingga penetrasi PV ke jala-jala dibatasi sebesar 30 persen dari kapasitas maksimum.
”Meski begitu, instalasi skala percobaan ini telah memasok energi listrik di Kabupaten Sumba Barat Daya,” ucap Unggul.
Ia menambahkan, demo plant ini telah menyuplai energi listrik ke jala-jala PLN sekitar 600 MWh, setara dengan 200 kiloliter BBM atau senilai Rp 2 miliar.
Meski begitu, instalasi skala percobaan ini telah memasok energi listrik di Kabupaten Sumba Barat Daya.
Pada 2016, BPPT merintis kerja sama dengan mengoptimalkan kinerja demo plant SMG Sumba bersama Kyudenko Corporation dengan memperkenalkan teknologi Energy Management Systems (EMS).
Pada 2017, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mendanai kerja sama penelitian BPPT dan Kyudenko Corporation. Teknologi ini dilengkapi dengan battery bank jenis VRLA kapasitas 1,15 MWh, 16 unit PV converter @25 kW, 6 unit inverter @50 kW, dan subsistem pengontrol baterai.
Menurut rencana, sistem EMS akan terkoneksi dengan subsistem array PV berkapasitas sekitar 400 kWp. Dengan kapasitas daya PV tersebut, sistem ini mampu menyuplai daya listrik secara stabil ke jala-jala listrik maksimal 220 kW selang 6 jam per hari.
Unggul berharap, dengan suplai daya listrik yang lebih stabil, hal itu akan dapat membantu daya listrik PLN dan memberikan pelayanan listrik kepada masyarakat yang lebih baik. Sistem yang diuji coba ini dirancang agar memungkinkan peningkatan pasokan daya listrik dari sistem sel surya fotovoltaik. Pada umumnya, penetrasi energi terbarukan dibatasi hingga 20 persen dari beban dasar PLN setempat.
Uji coba jaringan cerdas kelistrikan atau smart grid di Sumba, lanjut Andhika, telah dirintis BPPT lima tahun lalu, tetapi belum optimal, antara lain belum ada regulasi dan standar sistem kelistrikan untuk pengembangannya.
Penerapannya juga belum didukung industri elektronika nasional sehingga komponen kelistrikan dan teknologi informasi masih diimpor, antara lain baterai dan jaringan telekomunikasinya. Ia berharap, pemerintah memprioritaskan proyek smart grid untuk pembangunan kelistrikan nasional.–YUNI IKAWATI
Sumber: Kompas, 23 Desember 2017