Nurtanio, Nama Pesawat N219 Buatan Anak Bangsa

- Editor

Senin, 13 November 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau Lapan akhirnya punya nama. Presiden Joko Widodo memberi nama pesawat karya anak bangsa itu Nurtanio.

Pemberian nama pesawat N219 dilakukan di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (10/11). ”Dengan mengucap Bismillahirahmanirahim saya resmikan pesawat N219 sebagai pesawat Nurtanio,” kata Presiden Jokowi.

Nama Nurtanio disematkan ke pesawat N219 sebagai bentuk penghargaan kepada Laksamana Muda Anumerta Nurtanio Pringgoadisuryo, perintis industri kerdigantaraan Indonesia. Nurtanio merupakan sosok pembuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia bernama Sikumbang. Ia juga membuat pesawat lain bernama Kunang-kunang, Belalang, dan Gelatik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Laksamana Muda Anumerta Nurtanio Pringgoadisuryo adalah patriot bangsa yang berjuang tanpa pamrih. Ia mengabdikan seluruh hidup untuk kedirgantaraan Indonesia.

”Laksamana Muda Anumerta Nurtanio Pringgoadisuryo adalah patriot bangsa yang berjuang tanpa pamrih. Ia mengabdikan seluruh hidup untuk kedirgantaraan Indonesia,” kata Presiden Jokowi.

Pesawat Nurtanio merupakan pesawat angkut bermesin dua dengan kapasitas 19 penumpang. Hingga saat ini, peasawat N219 telah melakukan delapan kali uji terbang. Uji terbang terakhir dilakukan setelah pemberian nama Jumat ini, dari Jakarta ke Bandung.

Pemberian nama pesawat buatan dalam negeri ini bukan pertama kali yang dilakukan Presiden RI. Sebelumnya, Presiden Soeharto juga pernah memberikan nama pesawat N250 dengan nama Gatotkaca.

Dalam pemberian nama pesawat N219 ini tampak hadir Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menristek dan dikti M Nasir, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Menteri Sekretariat Negara Pratikno.

Sekilas Nurtanio
Laksamana Muda Anumerta Nurtanio Pringgoadisurjo merupakan perwira TNI Angkatan Udara yang menjabat Direktur Utama Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP). Nurtanio bersama Komodor Udara Anumerta Supadio (Panglima Korud II Kalimantan) gugur dalam kecelakaan pesawat di Bandung pada 21 Maret 1966 saat melakukan tes penerbangan pesawat (Kompas, 25 Maret 1966).

DOKUMENTASI HARIAN KOMPAS–Pelopor dan perintis penerbangan di Indonesia, Laksamana Muda Udara Anumerta Nurtanio Pringgoadisurjo, terakhir menjabat Direktur Utama Lembaga Persiapan Industri Penerbangan.

Laksamana Muda Nurtanio menerima Bintang Mahaputra III dari Menteri Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Rusmin Nurjadin dalam upacara di Lanuma Husein Sastranegara, Bandung, dalam peringatan Hari Bakti AURI 5 Agustus 1966 (Kompas, 5 Agustus 1966).

Nurtanio juga dianugerahi tanda jasa kehormatan anumerta pada saat Hari Sarjana di Universitas Feati, Manila, 13 Mei 1967, oleh Rektor Dr Victoria De Araneta. Nurtanio adalah lulusan Bachelor of Science dalam ilmu ruang angkasa dari Universitas Feati tahun 1950. Nurtanio pernah bekerja sebagai ahli ruang angkasa di Filipina (Kompas, 15 Mei 1967).

Nama Nurtanio diabadikan Presiden Soeharto untuk kegiatan PN Industri Penerbangan di Bandung, Senin, 23 Agustus 1976. Perusahaan ini telah mendapat kepercayaan dari Spanyol dan Jerman untuk membuat pesawat Casa 212 dengan lisensi dari Construcciones Aeronuticas SA dan lisensi dari Messerchitt Bockow Blohm (MBB) untuk pembuatan Helikoper BO-105 (Kompas, 23 Agustus 1976). Industri Pesawat Terbang Nurtanio itu merakit pesawat terbang jenis Casa C-212 Aviocar dan helikopter BO-105 (Kompas, 24 Agustus 1976). (KSP)–ANITA YOSSIHARA

Sumber: Kompas, 10 November 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 37 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB