Siswa Indonesia Menang

- Editor

Rabu, 24 Mei 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hasil Penelitian Memberi Jalan Keluar Masalah Sekitar
Dua dari lima penelitian karya pelajar SMA Indonesia menang dalam ajang Intel International Science and Engineering Fair 2017 di Los Angeles, Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan kualitas penelitian ilmiah oleh pelajar Tanah Air.

Dua penelitian itu berjudul Anak-anak Terbuang: Studi tentang Sikap Masyarakat terhadap Anak dengan HIV/AIDS di Surakarta oleh Latifah Maratun Sholikhah, murid kelas XII IPA SMAN Teras 1, Boyolali, Jawa Tengah, yang memenangi penghargaan utama peringkat IV serta pengakuan khusus dari Asosiasi Psikologi Amerika Serikat.

Adapun penelitian Azizah Dewi Suryaningsih dari SMAN 1 Yogyakarta yang berjudul Hutan Bambu: Sistem Penahan Laju Awan Panas Gunung Merapi mendapat penghargaan khusus dari Institut Geosains Amerika Serikat. Penghargaan utama diberikan oleh dewan juri kepada peringkat I hingga IV.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penghargaan khusus diberikan oleh lembaga terkait bidang tertentu yang menganggap hasil penelitian relevan dengan kinerja lembaga tersebut. Adapun pengakuan khusus adalah ketika dewan juri secara verbal mengakui penelitian yang tidak memenangi penghargaan apa pun merupakan studi yang unik dan menarik.

“Penelitian dari para peserta Indonesia dianggap sangat mudah diterapkan dan merupakan jalan keluar dari berbagai permasalahan lokal,” kata Kepala Subbagian Pengayaan Ilmiah Masyarakat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Yunainten ketika baru tiba di Tanah Air bersama 10 peserta, di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (22/5).

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Delegasi pelajar SMA yang mengikuti Intel International Scinece and Engineering Fair 2017 di Los Angeles, Amerika Serikat, tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Senin (22/5). Sebanyak dua dari lima penelitian yang mereka tampilkan di ajang tersebut meraih penghargaan.

Ia mengatakan, umumnya peserta Indonesia meraih peringkat III dan IV. Hal ini karena jika ingin meraih juara I ataupun peringkat II, penelitiannya harus memiliki dampak yang bisa diterapkan secara global. contohnya adalah juara I di bidang sosial dan perilaku manusia, yaitu Erin Smith dari AS, yang meneliti tentang cara pemantauan pasien penyakit parkinson.

“Meskipun begitu, tidak bisa dikatakan jika penelitian yang dampaknya nasional ataupun lokal otomatis lebih rendah daripada yang global. Pasalnya, setiap daerah memiliki keunikan tersendiri. Justru lebih baik jika hasil penelitian langsung bisa diterapkan,” ujar Yunainten.

Berlanjut
Penelitian para peserta tidak berhenti di ajang Intel ISEF 2017 saja. Mereka terus mengembangkan penelitian agar tidak sekadar linear. Misalnya, penelitian Latifah tentang anak dengan HIV/AIDS (ADHA) menjadi salah masukan bagi Pemerintah Kota Surakarta, Jawa Tengah, untuk menggalakkan gerakan pendidikan masyarakat mengenai persebaran HIV/AIDS. Selain itu, juga mendorong masyarakat agar semakin berempati kepada ADHA.

“Hasil penelitian akan dikembangkan supaya masyarakat yang menjadi relawan mendidik sesama sehingga lebih efektif dibandingkan jika memakai pendekatan atas ke bawah, seperti program pemerintah,” ujar Latifah.

Sementara penelitian Azizah tentang bambu sebagai alarm mitigasi awal juga sudah dibuat proposal yang diberikan kepada Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta. “Ketika suhu bumi naik akibat adanya awan panas, hutan bambu akan mengeluarkan bunyi seperti ‘kletek-kletek’ yang menjadi alarm bagi masyarakat untuk segera mengungsi,” ujar Azizah.

Ia mengungkapkan, masyarakat di sekitar lereng Merapi juga mulai banyak yang kembali menanam bambu sejauh 3 kilometer dari puncak. Penelitian tersebut juga akan dilanjutkan oleh Azizah dengan bekerja sama Pusat Penelitian Sagasitas Yogyakarta. (DNE)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Mei 2017, di halaman 16 dengan judul “Siswa Indonesia Menang”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB