Jurnalisme Mendekatkan Sains ke Publik

- Editor

Jumat, 24 Maret 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jurnalisme menjadi sarana yang efektif untuk menjelaskan hasil penelitian sains kepada masyarakat luas. Dengan bahasa jurnalistik, bahasa sains yang cenderung sangat teknis akan lebih mudah dipahami khalayak.

Direktur Eksekutif Society of Indonesian Science Journalists Harry Surjadi mengatakan, jurnalistik sains meliputi dua hal pokok, yaitu 80 persen keterampilan jurnalistik dan 20 persen kemauan belajar serta kemampuan jurnalis untuk mengomunikasikan atau menjelaskan sains kepada publik.

“Sebelum menjelaskan kepada masyarakat, jurnalis mesti memahami sains lebih dulu. Penjelasan kepada publik juga harus sederhana dan mudah dipahami,” ujar Harry dalam diskusi “News Room Perspective on Science Journalism” yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerja sama dengan British Council, Rabu (22/3) di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Harry, peliputan sains oleh media arus utama dalam negeri cenderung banyak muncul karena acara formal, bukan karena digali lebih lanjut oleh jurnalis. Sebaliknya, pemberitaan yang lebih banyak muncul justru kebanyakan seputar hal-hal politik daripada sains.

Karena itulah, tidak heran jika banyak kebijakan di Indonesia yang tidak berbasis pada hasil-hasil riset, tetapi cenderung karena kepentingan politik.

“Cerita-cerita sains sebenarnya ada di mana-mana, mulai dari lembaga penelitian, jurnal ilmiah, kampus-kampus, bahkan ada di luar bumi ini. Untuk melaporkannya, dibutuhkan keingintahuan dan daya kritis dari jurnalis,” paparnya.

Agar peliputan-peliputan jurnalistik bisa dipertanggungjawabkan, wartawan wajib banyak membaca, memiliki buku-buku referensi, mengakses jurnal-jurnal ilmiah dan sumber referensi, hingga berlangganan laporan-laporan penelitian kampus-kampus terkemuka.

Suarakan hasil penelitian
Peneliti Centre for Sustainable Energy and Resources Management Universitas Indonesia, Jito Sugardjito, mengatakan, dari sisi paten, jumlah penelitian yang telah didaftarkan oleh peneliti Indonesia di United States Patent and Trademark Office (USPTO) pada 2008 masih berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Sementara itu, jumlah paten penelitian yang terdaftar di Indonesia antara tahun 1992 dan 2008 masih didominasi paten luar negeri.

“Media yang bisa menjembatani penyebaran hasil-hasil penelitian kepada publik juga masih kurang,” katanya.

Dari sisi pemerintah, menurut Jito, apresiasi terhadap peneliti sampai saat ini masih rendah. Penelitian sains rupanya belum diprioritaskan dalam program- program pemerintah. “Indonesia sebagai laboratorium alam sangat kaya akan sumber daya alam hayati yang bisa diteliti. Sayangnya, publikasi ilmiah Indonesia di dunia internasional masih minim,” kata Jito. (ABK)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Maret 2017, di halaman 11 dengan judul “Jurnalisme Mendekatkan Sains ke Publik”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB