Saat semua mata tertuju ke arena Mobile World Congress 2017 di Barcelona, Spanyol, Huawei mencuri perhatian dengan meluncurkan telepon seluler pintar andalannya. Sehari sebelum MWC 2017 resmi dimulai, 26 Februari, perusahaan global asal China itu mengenalkan P10 dan P10 Plus yang diklaim sebagai terdepan dalam kemampuan fotografi.
Klaim tersebut agaknya tidak berlebihan. Huawei berkolaborasi dengan produsen kamera asal Jerman, Leica, untuk menghasilkan sebuah karya inovatif dan elegan.
Seperti pendahulunya, P9, versi terbaru ini juga memiliki dua kamera di punggung. P9 membawa kamera belakang masing-masing beresolusi 12 magapiksel untuk berwarna (RGB) dan hitam-putih (monochrome), serta kamera depan 8 megapiksel. Pada sisi belakang P10 dan P10 Plus, kamera 12 megapiksel (RGB) disandingkan dengan 20 megapiksel(monochrome), dilengkapi kamera depan 8 megapiksel. P10 dan P10 Plus adalah ponsel pintar pertama yang menggunakan teknologi Leica untuk kamera depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat mengambil gambar, kamera bekerja serentak lalu memadukan hasilnya untuk mendapatkan gambar yang kaya akan warna dan detail yang tajam. Kamera-kamera tersebut didukung beragam fitur untuk memudahkan pengguna membuat karya fotografi, seperti night shot, light painting, time lapse, slow motion, dan panorama.
Memanfaatkan teknologi fotografi Leica yang paling canggih untuk menciptakan potret wajah artistik, P10 dan P10 Plus memberi kemudahan bagi pengguna untuk menghasilkan hasil menakjubkan dari setiap jepretan. “Ibaratnya, kami memasukkan semua alat-alat studio potret artistik yang Anda butuhkan di dalam saku Anda,” ucap CEO Leica Camera Oliver Kaltner.
Definisi ulang
Lensa yang disematkan pada P10 (bukaan lensa f/2.2) dan P10 Plus (bukaan lensa f/1.8) memungkinkan menangkap lebih banyak cahaya dalam kondisi kekurangan cahaya. Dengan berbagai fitur, kemampuan menangkap citra wajah layaknya dalam studio dan teknologi deteksi wajah tiga dimensi, dapat dihasilkan fotografi yang indah dalam lingkungan apa pun.
Perangkat lunak kamera dapat mengenali 190 titik pada wajah dan mengatur pencahayaan untuk mengambil gambar pose yang pas untuk diunggah ke lini masa media sosial.
Kamera baru di depan, dengan bukaan lensa lebar (f/1.9) dan sudut pandang luas (wide angle), memungkinkan untuk merekam potret wajah secara sempurna. Sensor citra generasi baru pada kamera, merekam warna secara alami dan menangkap detail secara akurat.
Kamera depan juga punya kemampuan adaptasi untuk pengambilan gambar swafoto. Bingkai gambar akan menyesuaikan secara otomatis dengan komposisi obyek foto seorang ataupun beberapa orang.
Sementara kamera belakang mampu menangkap permukaan dan lekuk wajah dengan detail yang tajam. Hybrid zoom yang dikembangkan Huawei merupakan fitur baru tambahan yang memungkinkan pengguna mematok fokus pada area tertentu dari suatu gambar sambil tetap menjaga kualitas ketajaman gambar.
P10 dan P10 Plus memiliki algoritma penginderaan otomatis sehingga mampu mendeteksi perubahan pencahayaan di sekitar obyek dan secara otomatis mengatur konfigurasi pemotretan, termasuk white balance (AWB), kecepatan rana, dan lainnya.
Pemilihan sistem dalam cip (SoC) Kirin 960 dengan ISP yang tertanam memungkinkan untuk melihat perubahan rentang jarak (depth-of-field) dan detail wajah dalam waktu nyata (real-time). Prosesor Kirin 960 juga digunakan untuk varian Mate 9.
“Melalui P10 dan P10 Plus, kami telah membuat sebuah smartphone yang merevolusi dan mendefinisi ulang fotografi potret. P10 dan P10 Plus tidak hanya modis, tetapi juga fungsional,” kata Richard Yu, CEO dari Huawei Consumer Business Group, saat peluncuran P10 dan P10 Plus di Palau Nacional, Parc de Montjuïc, Barcelona. Pada kesempatan yang sama, Huawei juga meluncurkan seri jam tangan pintar, Watch 2 dan Watch 2 Classic.
KOMPAS/NASRU ALAM AZIZ–Placa Nova, salah satu sudut kota Barcelona, Spanyol, Rabu (1/3), dipotret menggunakan kamera belakang Huawei P10.
Dalam mendefinisi ulang fotografi potret, Huawei memperkuat kemitraan dengan Leica Camera dan Saatchi Gallery. Sebanyak tujuh fotografer ternama dilibatkan dalam kerja artistik menggunakan ponsel pintar P10. Mereka adalah Berndnaut Smilde, Manfred Baumann, Jacob Aue Sobol, Stéphane Lavoué, Josephine Meckseper, Chris Levine, dan Laura Pannack.
Karya fotografi potret yang mereka hasilkan pertama kali dipamerkan dalam rangkaian Mobile World Congress (MWC) 2017 di Barcelona, 26-28 Februari. Beberapa di antara karya tersebut akan diikutkan dalam pameran “From Selfie to Self-Expression” di Saatchi Gallery, London, Inggris, mulai 30 Maret.
Selaras dengan definisi ulang fotografi potret melalui teknologi fotografi terbaru, P10 dan P10 Plus menggunakan sebuah standar baru untuk warna dan desain. Bermitra dengan Pantone Color Institute, Huawei meluncurkan dua warna baru untuk P10 dan P10 Plus, yaitu greenery dan dazzling blue.
Greenery tampil dengan permukaan luar sandblast yang bersih, tetapi tidak licin di tangan. Sementara hyper diamond-cut yang unik pada dazzling blue memancarkan efek cahaya yang menakjubkan. Melengkapi dua warna tersebut, juga tersedia pilihan warna mencolok, yakni ceramic white, dazzling gold, prestige gold, graphite black, rose gold, dan mystic silver.
Keseriusan Huawei dengan menggandeng Pantone Color Institute menunjukkan betapa pentingnya pemilihan warna yang tepat. “Dengan semakin nyamannya konsumen menggunakan warna sebagai bentuk ekspresi, kami terus berupaya melakukan eksperimen dan melihat sisi kreatif dari warna. Warna adalah suatu media bagi setiap individu untuk mengekspresikan diri dalam lingkungannya,” kata Vice President Pantone Color Institute Laurie Pressman.
Spesifikasi
Tampilan antarmuka yang dikembangkan Huawei sebagai varian dari Android yakni Emotion User Interface (EMUI) 5.1. Huawei menjalankan Android 7.0 Nougat untuk P10 dan P10 Plus.
Huawei menyertakan sejumlah pembaruan pada antarmuka baru ini, di antaranya adalah Ultra Memory dan Ultra Response.
Ultra Memory menggunakan algoritma pembelajaran-mesin untuk mengoptimalkan penggunaan memori, sehingga aplikasi bisa dibuka dengan cepat. Adapun Ultra Response, memungkinkan ponsel memprediksi area mana lagi pada layar yang akan disentuh oleh jari pengguna.
Layar pada P10 berukuran 5,1 inci Full HD, sedangkan P10 Plus berukuran 5,5 inci dengan resolusi 2K.
Berbeda dengan pendahulunya, sensor sidik jari pada P10 dan P10 Plus tidak lagi berada di punggung, tetapi pada posisi tombol Home di depan, serupa seri iPhone dan Samsung Galaxy.
Pihak Huawei menyebutkan, P10 seharga 649 euro setara Rp 9,1 juta, P10 Plus (64GB + 4GB) seharga 699 euro setara Rp 9,9 juta, dan P10 Plus (128GB + 6GB) seharga 799 euro setara Rp 11,3 juta akan beredar di pasaran Eropa dan China pada Maret ini, disusul Asia, Amerika Latin, Afrika Selatan, dan Rusia pada bulan berikutnya.
Di Indonesia sendiri, menurut Vice President of Huawei Consumer Business Group Changzhu Li, peredarannya bergantung pada regulasi dan persiapan setempat.
Sekadar perbandingan, seri terdahulu, P9, diumumkan pertama kali pada MWC 2016 di Barcelona, Spanyol, akhir Februari. Peluncurannya untuk pasar Asia Pasifik pada Mei 2016. Baru pada Desember 2016, P9 diedarkan di pasar Indonesia dengan harga Rp 6,9 juta. Sementara varian yang lebih terjangkau, P9 Lite, diperkenalkan terlebih dahulu dengan harga Rp 3,5 juta.–NASRU ALAM AZIZ
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Maret 2017, di halaman 24 dengan judul “Telepon Genggam Dambaan Generasi Instagram”.