Masalah Tak Hanya pada Tata Ruang

- Editor

Senin, 2 Mei 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Laju pertambahan penduduk yang sulit dikendalikan jadi persoalan kota-kota besar di Indonesia. Kondisi itu diperparah lemahnya daya dukung lahan menghadapi dampak perubahan iklim, di antaranya rob, banjir, dan abrasi pantai yang berpotensi kian memiskinkan penduduk kota.

“Pertumbuhan penduduk Indonesia 1,49 persen atau sekitar 4,5 juta jiwa. Pembangunan yang terpusat di perkotaan memicu urbanisasi. Beban kota terus berlipat,” kata tenaga ahli Direktur Jenderal Cipta Karya Bidang Pengembangan Perkotaan dan Habitat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Ruchyat Deni Djakapermana, dalam Sosialisasi dan Diskusi Agenda Baru Pembangunan Perkotaan di Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (29/4).

Kegiatan itu bagian dari penajaman isu menuju Konferensi Habitat III, agenda PBB untuk membahas keberlanjutan pembangunan perkotaan di Quito, Ekuador, Oktober 2016. Kependudukan menjadi masalah utama kota-kota besar dunia, terutama di kawasan Asia Pasifik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Laporan Bank Dunia memprediksi, 68 persen dari populasi Indonesia bakal memadati wilayah perkotaan pada 2025 jika gelombang urbanisasi tidak bisa dikendalikan melalui pemerataan pembangunan. Tingkat urbanisasi Indonesia termasuk tertinggi di Asia, rata-rata tumbuh 4,4 persen per tahun sejak 1960 hingga 2013. Itu lebih tinggi dibandingkan dengan negara berpenduduk besar lain, seperti Tiongkok, Filipina, dan India.

Bencana hidrologi
3456e3ec7b6542ce9f87992b749e2dfaKepadatan penduduk kota di antaranya berakibat pada borosnya penggunaan air bawah tanah, terutama untuk industri. Kondisi itu turut menyebabkan penurunan muka tanah di Semarang, Bandung, dan Jakarta. Lalu, Surabaya dan Medan.

Data Kementerian PUPR, penurunan muka tanah di Jakarta berkisar 7,5-12 sentimeter (cm) per tahun. Di Bandung sekitar 5 cm per tahun. Adapun di Semarang, penurunannya berkisar 7-10 cm, tetapi di beberapa lokasi, seperti kawasan Kota Lama bisa, mencapai 15 cm per tahun.

Di sisi lain, perubahan iklim juga menyebabkan muka air laut terus naik. Data Badan Informasi Geospasial (BIG), muka air laut di pesisir Indonesia setiap tahun naik 2-8 milimeter.

6ce7b99d9fb0485b86bef5783226d930Itulah, menurut Deni, yang menyebabkan rob dan banjir selalu terjadi di kota-kota pesisir, seperti Jakarta dan Semarang. Selain mengganggu perekonomian warga, penurunan muka tanah dan bencana hidrologi mengancam kerusakan infrastruktur.

Terkait itu, Sekretaris Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Semarang Purnomo Dwi Sasongko mengatakan, banyak arah pembangunan kota tak terencana sehingga menyebabkan degradasi daya dukung lahan. Semarang, misalnya, sejak awal bukan dirancang untuk kota industri, melainkan kota perdagangan dan jasa. Untuk itu, industri perlahan akan diarahkan ke kota satelit, seperti Kabupaten Kendal. (GRE)
————————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Masalah Tak Hanya pada Tata Ruang”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB