Karakter Profesional Kurang

- Editor

Senin, 21 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Persiapan Kerja Terlalu Fokus pada Aspek Teknis
Lulusan perguruan tinggi di Indonesia dinilai belum sepenuhnya memiliki perilaku profesional. Akibatnya, kinerja mereka saat sudah menggeluti dunia kerja tidak bisa maksimal karena karakter-karakter profesional yang dibutuhkan kurang berkembang dalam diri mereka.

Padahal, dari segi pengetahuan dan keterampilan, lulusan di Indonesia dinilai sudah memadai. Kemampuan teknis mereka cukup bisa diandalkan.

Namun, hal itu belum cukup. Kompetensi yang diperlukan di dunia usaha ataupun dunia kerja tak hanya meliputi pengetahuan dan keterampilan atas ilmu yang telah dipelajari, tetapi juga harus mencakup perilaku profesional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Perilaku tersebut antara lain kejujuran, motivasi untuk bekerja keras dan berkesinambungan, sabar, serta ulet,” kata Mohamad Soleh, konsultan sumber daya manusia (SDM) dari perusahaan Aida Consultant, ketika ditemui di Jakarta, Minggu (20/3).

Ia menjelaskan, pengetahuan bersifat teoretis dan keterampilan bisa diperoleh melalui latihan yang terus-menerus. Kedua hal tersebut bisa terlihat dari ijazah dan rincian indeks prestasi kumulatif mahasiswa.

Namun, perilaku diperoleh melalui pengembangan karakter. Wujudnya tidak kasatmata, tetapi keberadaannya sangat penting dalam dunia kerja.

“Permasalahannya, pada angkatan kerja sekarang, keluhan terbanyak ialah kurangnya motivasi untuk bekerja secara mendalam,” ujar Soleh.

Kurang komitmen
Dari kasus yang sering ditangani perusahaannya, Soleh mengungkapkan, mayoritas perusahaan dan lembaga mengeluh pekerja mereka cepat puas dengan hasil yang didapat. Langkah menuju target dilakukan dengan terburu-buru tanpa memperhatikan rincian di setiap langkah.

Alhasil, pekerjaan berakhir dengan kualitas seadanya. “Tanpa memiliki komitmen, seorang pekerja akan menuntut balas jasa yang melebihi kontribusi dia kepada pekerjaan tersebut. Hal ini yang menjadi penyebab fenomena kutu loncat,” ujar Soleh.

Fokus ke teknis
Hal serupa dikemukakan Satryo Soemantri Brodjonegoro, Guru Besar Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung, mantan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Pada 2015, Satryo dan timnya melakukan survei di 800 perusahaan di Indonesia untuk mencari tahu mengenai permasalahan yang mereka hadapi. Survei memperlihatkan, minimnya perilaku profesional di kalangan karyawan merupakan masalah yang paling lazim dikeluhkan.

“Kendala pendidikan secara umum ialah sedari kecil, seseorang hanya difokuskan mempelajari hal-hal teknis,” kata Satryo. Hal teknis memang bersifat mudah dilihat dan diukur kriteria keberhasilannya.

Karena itu, menurut dia, sistem pendidikan harus diubah. Aturan-aturan yang kaku dan berkutat di penilaian teknis hendaknya dikendurkan untuk memberikan tempat pada penilaian perilaku.

“Manfaatnya akan terasa seumur hidup oleh yang bersangkutan,” ucap Satryo.

Caranya ialah dengan memberikan kewenangan kepada dosen untuk mengatur kurikulum perkuliahan. Kriteria pencapaian harus sesuai dengan standar, tetapi cara menuju hasil tersebut bisa diadaptasi sesuai dengan karakteristik mahasiswa.(DNE)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Maret 2016, di halaman 11 dengan judul “Karakter Profesional Kurang”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB