Melihat Philips Merealisasikan Khayalan

- Editor

Rabu, 16 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kota Eindhoven, Belanda, pukul 09.00 waktu setempat, belum sepenuhnya ramai. Jalan-jalan pun masih sepi. Namun, di Philips Hitech Campus, jelas terlihat di dalam gedung-gedung tanpa bertirai sejumlah rapat sudah berlangsung.

Hari tersebut menjadi istimewa bagi Royal Philips karena akan memperlihatkan produk terbaru di hadapan jurnalis sejumlah negara dengan konsep menghadirkan fiksi ilmiah dalam dunia nyata.

Rangkaian kegiatan dimulai di gedung HTC34 pada pukul 10.00 waktu setempat. Dengan sebelumnya disuguhi sejumlah minuman hangat untuk mengusir dingin dan makanan ringan, wartawan diajak masuk ke satu auditorium untuk mendengar kata sambutan dari CEO Philips Lighting Eric Rondolat, Head of Innovation Philips Lighting Olivia Qiu, dan Head of Strategy Philips Lighting Bill Bien.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Layar proyektor yang terpasang tepat di hadapan wartawan memuat kutipan serta foto penulis fiksi ilmiah sekaligus profesor kimia Isaac Asimov, “By 2014 electroluminescent panels will be ini common use, and ceiling and walls will glow softly”, yang ditulis pada 1964 di New York Times.

Berdasarkan kutipan itulah, Olivia Qiu meyakini bahwa perusahaannya telah mampu menghadirkan sesuatu yang sebelumnya hanya sebuah khayalan.

Royal Philips melakukan itu semua dengan menggunakan teknologi light emitting diode (LED), kemudian diaplikasikan ke sejumlah produk dengan beragam kegunaan.

Wartawan yang dibagi dalam tiga kelompok diajak langsung melihat produk-produk terbaru yang mengusung konsep “Light Beyond Illumination” yang sebelumnya hanya dalam khayalan di masa lalu.

Dengan melintasi jalan yang kiri-kanannya ditumbuhi pohon kering khas musim dingin, dengan berjalan kaki, rombongan menuju gedung HTC48.

Di dalam gedung di sebuah ruangan, wartawan melihat sepasang suami-istri tertidur di sebuah kamar. Head of Technology for Home System Philips Lighting George Yianni sudah duduk di tengah-tengah di antara pasangan dengan wartawan. Lalu ia menjelaskan tentang kompleksitas sebuah keluarga yang sibuk berikut dengan teknologi di dalam rumahnya dan bagaimana perusahaannya turut andil dalam teknologi cahaya yang terkonesi.

Di ruangan tersebut, Philips mengenalkan personal lighting system for the home (Philips Hue), sebuah teknologi yang memungkinkan kita mengontrol pencahayaan di rumah hanya berbekal ponsel Android atau iOS. “Menyalakan lampu kamar dapat dilakukan dari mana pun, termasuk saat sedang liburan,” ujar George Yianni. Kemudian lampu meredup. Yang terlihat hanya bagian ruang tidur.

Jam weker berbunyi dan pasangan tersebut bangun dari tidur. Masing-masing sibuk menyiapkan aktivitas luar ruang.

9741f1b904594651b8457878ff89a061KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA–Jurnalis sejumlah negara melihat City Farming Laboratorium di Gedung High Tech Campus C7 saat berlangsung Philips Technology and Innovation Day di Royal Philips di Eindhoven, Belanda, Rabu (9/12). Teknologi tersebut merupakan salah satu inovasi Philips yang memungkinkan lampu LED membantu pertumbuhan serta karakter tumbuhan yang ditanam di lahan yang terbatas di perkotaan.

Adegan berakhir saat pemeran pria akan mandi dan menyalakan lampu hanya dengan perintah suara melalui jam tangannya. Lampu pun menyala. Dengan ramah, George mempersilakan wartawan melihat langsung teknologi yang baru ditampilkan, termasuk mengagumi cahaya dengan intensitas warna-warni beragam yang mengikuti gelombang suara televisi.

Kemudian pemandu mengajak masuk ke ruangan lain yang bersebelahan. Dengan jelas tampak sebuah karpet yang menyala bertuliskan selamat datang menyambut para wartawan.

Banyak pengunjung yang menghindari menginjak karpet menyala tersebut. Namun, Head Luminous Carpets Philips Lighting Philips Bernd Voelpel menjelaskan, karpet menyala itu aman untuk diinjak.

“Ini salah satu produk yang kami tawarkan. Karpet menyala yang bisa dipesan dengan ukuran yang dikehendaki konsumen juga berganti tulisan. Selain sebagai ucapan selamat datang, karpet tersebut bisa digunakan sebagai penunjuk arah sebuah ruangan atau iklan sebuah perusahaan. Teknologi yang kami punya memberikan kebebasan dalam penerapannya,” ujar Bernd.

Sarang tawon
Masih di ruang yang sama, beberapa wartawan tampak duduk di bangku yang dibuat sangat elegan untuk diduduki. Di hadapannya terdapat dinding bercahaya dengan motif sarang tawon yang tersusun rapi. Tampak berdiri Head of Luminous Patterns Philips Lighting Brad Koerner memberikan keterangan.

“Desainer berpikir, untuk menciptakan pencahayaan yang terintegrasi itu sulit, berisiko, dan mahal. Dengan Philips Luminous Pattern, mereka bisa menciptakan pencahayaan yang eye catching dan murah,” ujar Brad.

Sesi pertama dari tur berakhir di “City Touch”, sebuah sistem yang dibuat Philips berupa connected lighting for offices. Untuk sistem tersebut, Philips menggandeng perusahaan perangkat lunak SAP serta perusahaan global di bidang telekomunikasi, CISCO.

Dalam ruangan yang diumpamakan sebuah ruangan kantor tersebut, lampu-lampu terkoneksi dengan Android. Di ruangan lain terdapat sebuah ruang operasional yang dapat melihat keterpakaian listrik untuk penerangan. Selain itu, dari sistem tersebut, berdasarkan pemakaian lampu dapat dilihat produktivitas pegawai dalam bekerja. Dengan kontrol diharapkan produktivitas karyawan bertambah dan efisiensi penggunaan lampu dapat ditingkatkan.

Saat sesi tanya jawab, Olivia Qiu menjawab tentang kemungkinan teknologi yang baru diciptakan diaplikasikan di semua negara, termasuk Indonesia. Ia mengungkapkan, diperlukan satu hal yang mendasar, yaitu smart building. Selain harus ringkas, kelistrikan yang dibuat juga harus menerima sebuah sistem yang dibuat untuk mendukung pencahayaan terintegrasi.

Untuk konsep City Touch di Indonesia, Philips telah bekerja sama dengan pemerintah kota di Jakarta, Tangerang, Semarang, Surabaya, dan lima lokasi lain di Indonesia.

Dengan teknologi LED dan riset yang mendalam, Philips tidak hanya berkutat pada teknologi cahaya untuk penggunaan di rumah, desain, dan kota. Berdasarkan jumlah populasi dunia yang meningkat, yang berpengaruh pada peningkatan permintaan produk pertanian yang sehat, Philips mengembangkan City Farm.

Dengan konsep City Farm, di gedung HT 7, Philips mengembangkan pertanian dalam ruangan yang dapat mengontrol pertumbuhan tanaman yang lebih baik, meningkatkan hasil, mempercepat pertumbuhan, juga sebagai solusi lahan yang terbatas.

Head of Horticulture Philips Lighting Udo van der Slooten mengungkapkan, hingga saat ini Philips menjadi pemimpin pasar dalam solusi hortikultura dengan menggunakan LED.

“Pada tahun 2050, populasi dunia akan melonjak menjadi 9,7 miliar jiwa dan 66 persennya akan mendiami perkotaan. Sementara 80 persen lahan pertanian dunia telah digunakan. Belum lagi cuaca yang ekstrem sehingga menambah tekanan pada pertanian konvensional,” tutur Udo.

Ia menjelaskan, akhirnya pola pertanian pun berubah menjadi modern, dengan tanaman yang dibesarkan dalam ruang terbatas tanpa matahari. Philips sendiri dengan Wageningen University and Research Center (WUR) membuka fasilitas riset bersama pada tahun 2013. Dalam proyek tersebut dilakukan investigasi efek LED pada berbagai jenis tanaman pertanian.

Led lighting dapat digunakan sebagai grow light untuk mempercepat pertumbuhan tanaman atau meningkatkan kualitas. Dari penelitian WUR diketahui bahwa kombinasi warna merah (95 persen) dan biru (5 persen) menunjukkan hasil pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibanding dengan penyinaran high pressure sodium (HPS).

Aplikasi LED yang diarahkan langsung pada buah juga terbukti meningkatkan kandungan vitamin C pada tomat hingga dua kali lipat. Penyinaran dengan LED merah pada malam hari menunjukkan jumlah spora jamur sehingga menurunkan risiko terserang hama atau penyakit.

“Memang saat ini penelitian baru melibatkan tanaman tertentu dan sederhana. Namun, ke depan, kami akan melibatkan tanaman yang lebih rumit dengan pengembangan metode baru dalam City Farm. Sistem ini dapat membantu masalah ketersediaan pangan global,” tambah Udo.

Sistem pencahayaan terkoneksi yang lebih hemat energi serta murah dan pola pertanian cerdas yang dapat meningkatkan produktivitas menghemat ruang serta penggunaan air bukan tidak mungkin dilakukan di Indonesia.(BAHANA PATRIA GUPTA)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Maret 2016, di halaman 25 dengan judul “Melihat Philips Merealisasikan Khayalan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB