Terkait Cedera Bahu, Jangan Sepelekan Beban dalam Tas

- Editor

Senin, 14 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sendi bahu merupakan bagian tubuh paling luas ruang geraknya sekaligus paling rapuh dan rentan cedera. Beban berlebih di dalam tas pun berisiko pada cedera bahu, baik bahu tertekan maupun tulang selangka yang terdorong ke bawah.

“Sebaiknya tak membawa barang terlalu berat di tas, 30 kilogram paling berat,” kata Ketua Perhimpunan Fisioterapi Ortopedi Muskuloskeletal Indonesia Sugijanto pada seminar “Mencegah Pelemahan Fungsi Kinetik Bahu” di Rumah Sakit Premier Bintaro, Tangerang, Sabtu (12/3). Pembicara lain, dokter spesialis ortopedi RS Premier Bintaro, Jefri Sukmawan, dan dosen Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Sapto Adji.

Penyebab cedera sendi bahu terbagi dalam dua tipe, yaitu trauma makro dan trauma mikro. Trauma makro terjadi saat bahu terbentur kuat dalam waktu singkat. “Trauma mikro terjadi ketika sendi bahu terjepit dan pelan-pelan tergerus dalam waktu panjang,” kata Jefri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Masalah lain yang sering terjadi pada bahu, antara lain instabilitas. Itu menyebabkan sendi bahu jadi longgar dan terjadi dislokasi. “Semakin muda pasien mengalami dislokasi, kebutuhan tindakan semakin tinggi untuk mencegah redislokasi di kemudian hari,” tutur Jefri.

Selain instabilitas, cedera bahu yang sering terjadi adalah cedera tendon akut. Cedera itu lazim terjadi pada kaum muda di bawah 40 tahun dan disebabkan aktivitas fisik, baik olahraga maupun mengangkat barang berat. Pemanasan cukup sebelum berolahraga menjadi penting untuk mencegah cedera.

tips-memilih-tas-sekolah-anak-alodokterAda pula cedera tendon kronis yang biasanya terjadi pada usia 40-50 tahun.

Cedera tendon sering dialami atlet yang menggunakan bahu sebagai alat gerak utama, antara lain atlet tenis, atlet basket, dan atlet sofbol. Fase deselerasi pada proses melempar bola yang berlebihan berpotensi merusak tendon.

Menurut Sapto Adji, penyembuhan cedera bahu bisa dengan metode non-operatif dan metode pembedahan. Metode non-operatif melalui obat dan fisioterapi, sementara pembedahan dengan teknik konvensional atau invasi. “Teknik invasi lebih baik karena lebih mudah dan bekas luka lebih cepat pulih,” tuturnya. (C08)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Jangan Sepelekan Beban dalam Tas”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB