Gunung Api; Kontingensi Penerbangan Perlu Disiapkan

- Editor

Kamis, 7 Januari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dengan 127 gunung api aktif, banyak bandar udara di Indonesia yang rentan terdampak letusan. Contoh terkini ialah penutupan Bandar Udara Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara, akibat letusan Gunung Soputan. Untuk itu, perlu rencana kontingensi sistem transportasi udara demi menekan kerugian ekonomi dan sosial akibat letusan gunung api.

“Sampai kini belum ada rencana kontingensi yang disiapkan otoritas bandara di Indonesia terkait dampak letusan gunung api. Begitu bandara ditutup, tak ada tindakan terencana sehingga merugikan warga,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Rabu (6/1).

Saat Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali ditutup akibat letusan Gunung Raung dan Rinjani, misalnya, penumpang berdatangan ke bandara karena sistem informasi tak memadai. Penumpang yang sampai di bandara menanti tanpa kepastian. “Ada maskapai yang menerbangkan pesawatnya, ada yang tidak. Terbang atau tidaknya seolah-olah diserahkan ke maskapai. Artinya, bandara di Indonesia belum siap menghadapi bencana,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ahli gunung api Surono mengkritik jadwal penutupan bandara akibat letusan gunung api. “Kok bisa bandara ditutup dari tanggal sekian sampai tanggal sekian karena letusan gunung. Dasarnya apa? Bagaimana kalau sampai tanggal ditentukan letusan masih tinggi? Seharusnya ada mekanisme lebih baik agar calon penumpang tak dirugikan,” kata Surono yang juga Staf Ahli Kebencanaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Terkait hal itu, Surono mengusulkan forum bersama Badan Geologi, Direktorat Jenderal Penerbangan Udara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika untuk menyusun rencana kontingensi atau kondisi tak pasti di bandara-bandara berpotensi terdampak letusan gunung. “Ini pernah dilakukan terkait letusan Gunung Lokon di Manado. Seharusnya bisa dilakukan secara nasional,” ujarnya.

Kerentanan sistem penerbangan di Indonesia terhadap dampak letusan gunung api amat tinggi. “Makin banyak bandara komersial dibangun di zona rentan. Misalnya, bandara di Malang yang dikepung banyak gunung api, semula hanya untuk militer, lalu jadi komersial. Risikonya tentu naik,” kata Surono,

Namun, adanya gunung api di sekitar bandara belum dihitung risikonya pada penerbangan. “Begitu bandara ditutup karena ada letusan gunung, tak tahu yang harus dilakukan. Seharusnya ada mekanisme cadangan, begitu gunung meletus, disiapkan transportasi pengganti seperti kapal atau jalur darat,” tuturnya.

Menurut catatan Kompas, dalam beberapa tahun terakhir, letusan gunung api menyebabkan ditutupnya sejumlah bandara di Indonesia. Misalnya, letusan Merapi tahun 2010 menyebabkan Bandara Adisutjipto di Yogyakarta ditutup hingga dua bulan.

Sementara letusan Raung di Jawa Timur pada Juli 2015 menyebabkan penutupan enam bandara, antara lain Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, dan Bandara Internasional Lombok Praya, Nusa Tenggara Barat. Akibatnya, ratusan penerbangan dibatalkan dan ada penumpukan ribuan penumpang. (AIK)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Januari 2016, di halaman 14 dengan judul “Kontingensi Penerbangan Perlu Disiapkan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB