Evolusi Manusia; Resep Panjang Umur Kaum Ibu

- Editor

Kamis, 7 Januari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peringatan Hari Ibu 22 Desember baru berlalu. Di Indonesia dan seluruh dunia, kaum ibu menikmati hidup lebih panjang dibandingkan kaum bapak. Bertambahnya kesejahteraan dan membaiknya kesehatan tak mampu mengubah takdir itu. Jenis kelamin tentukan umur manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2013 menyebut usia harapan hidup manusia Indonesia capai 73 tahun untuk perempuan dan 69 tahun bagi laki-laki. Dibandingkan 1990, peluang hidup orang Indonesia bertambah 9 tahun.

Panjangnya umur perempuan dibanding laki-laki berlaku di negara miskin atau kaya meski bedanya bervariasi. Di Sierra Leone, negara dengan usia harapan hidup terendah 46 tahun, beda usia perempuan dan lelaki kurang dari setahun. Di Jepang, negara dengan usia harapan hidup tertinggi 84 tahun, perempuan hidup sampai 87 tahun dan laki-laki 80 tahun.

Lantas, mengapa perempuan bisa berusia lebih panjang dibandingkan laki-laki?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dugaan awal, proses evolusi manusia membentuk laki-laki sebagai pekerja di luar rumah dan perempuan dalam rumah. Beban berat, lingkungan ekstrem, dan risiko yang dihadapi memberi tekanan besar pada tubuh pria dan berdampak saat mereka tua. Kini, pola kerja laki-laki dan perempuan hampir sama, tapi kesenjangan umur di antara keduanya tak membaik.

Swedia jadi contoh pencatatan umur harapan hidup yang baik. Tahun 1800, saat revolusi industri dimulai, umur rata-rata perempuan di sana 33 tahun dan laki-laki 31 tahun. Kini umur perempuannya 83,5 tahun dan laki-laki 79,5 tahun. Selama 200 tahun lebih, usia perempuan lebih panjang 5 persen dibandingkan laki-laki. “Keuntungan perempuan terkait umur konsisten di berbagai tahap kehidupan dan di semua negara dengan catatan kelahiran dan kematian baik,” tulis David Robson di Why do Women Life Longer Than Men? di BBC, 2 Oktober 2015.

21PriaDugaan lain, laki-laki hidup lebih singkat karena gaya hidup buruk. Laki-laki lebih banyak makan, minum alkohol, dan merokok daripada perempuan. Itu diduga memicu laki-laki Rusia meninggal 12-13 tahun lebih cepat daripada perempuannya.

Nyatanya, pada primata betina, seperti simpanse, gorila, orangutan, dan owa, semua punya umur lebih panjang dibandingkan jantan. Padahal, dua jenis kelamin primata itu tak minum alkohol dan merokok.

Karena itu, penyebab panjangnya umur perempuan diyakini berasal dari sesuatu lebih mendasar. “Gaya hidup dan kondisi sosial berpengaruh besar pada usia manusia, tetapi soal sejatinya berakar dari kondisi biologis manusia,” kata ahli biologi penuaan Universitas Newcastle Inggris, Tom Kirkwood.

Kromosom
Salah satu mekanisme pemicu beda umur itu akromosom, kumpulan asam dioksiribonukleat (DNA) di tiap sel. Perempuan punya 2 kromosom X, sedangkan lelaki punya 1 kromosom X dan 1 kromosom Y.

Dengan 2 kromosom X, perempuan punya salinan ganda dari tiap gen. Saat gen rusak, mereka punya cadangan. Mekanisme salinan gen tak dimiliki lelaki. Seiring bertambahnya usia, sel pria lebih cepat rusak sehingga rentan sakit.

Hipotesis lain berasal dari detak jantung perempuan yang naik selama paruh kedua menstruasi. Peningkatan denyut jantung itu memberi manfaat sama seperti olahraga ringan. Alhasil, perempuan lebih lambat terkena penyakit kardiovaskuler.

Perkiraan lain didasarkan ukuran tubuh manusia. Tubuh besar punya sel lebih banyak sehingga lebih rentan mutasi gen. Tubuh besar membakar energi lebih banyak sehingga mudah memicu kerusakan jaringan. Rata-rata tubuh pria lebih besar dan tinggi dibandingkan perempuan sehingga mereka lebih berisiko mengalami kerusakan tubuh jangka panjang.

Namun, penyebab paling berpengaruh pada lebih singkatnya usia pria ialah hormon testosteron, hormon seks laki-laki. Hormon itu mendorong muncul tanda kelamin sekunder pria, seperti suara besar dan dalam.

Riset Han-Nam Park pada catatan pengadilan kerajaan Dinasti Chosun di Korea Selatan pada abad ke-19 menemukan, 81 kasim kerajaan yang dikebiri sebelum akil balig hidup hingga usia 70 tahun. Padahal, pria lain, termasuk raja, berusia 50 tahun.

Pengebirian dengan mengambil testis membuat produksi hormon testosteron kasim turun drastis. Hasilnya, kasim berpeluang 130 kali lebih besar hidup hingga usia 100 tahun dibandingkan pria lain masa itu.

David Gems dari Universitas College London tunjukkan bukti serupa. Sejumlah pasien gangguan jiwa di Amerika Serikat dikebiri paksa awal abad ke-20. Mereka rata-rata berusia lebih panjang dibandingkan pria lain. Namun, itu berlaku jika pengebirian sebelum usia 15 tahun.

Testosteron bermuka dua. Di awal kehidupan, memperkuat tubuh. Di kemudian hari, membuat laki-laki lebih rentan penyakit jantung, infeksi, dan kanker. “Testosteron meningkatkan produksi mani, tapi picu kanker prostat, menambah kinerja jantung saat muda tapi picu hipertensi dan penimbunan kolesterol di pembuluh darah arteri saat tua,” kata Gems.

Sebenarnya, perempuan punya testosteron, tapi sedikit hingga terhindar risiko testosteron. Perempuan juga punya banyak hormon estrogen, hormon seks perempuan yang berfungsi seperti obat kerusakan sel tubuh dan antioksidan pembersih racun pemicu stres sel tubuh.

Pada hewan coba, betina yang kurang estrogen hidup singkat dibandingkan yang estrogennya normal. Itu berkebalikan yang dialami mereka yang dikebiri. “Saat sel telur tikus diambil, sel tubuh tikus tak bisa perbaiki kerusakan sel,” kata Kirkwood.

Para ilmuwan terus mencari jawaban pasti kenapa perempuan hidup lebih lama. Harapannya, itu membantu lelaki hidup lebih lama. (MZW)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Januari 2016, di halaman 14 dengan judul “Resep Panjang Umur Kaum Ibu”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Melayang di Atas Janji: Kronik Teknologi Kereta Cepat Magnetik dan Pelajaran bagi Indonesia
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 4 Juli 2025 - 17:25 WIB

Melayang di Atas Janji: Kronik Teknologi Kereta Cepat Magnetik dan Pelajaran bagi Indonesia

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB