Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika bekerja sama dengan Meteo France International Perancis dalam memodernisasi sistem meteorologi, termasuk otomatisasi pemantau cuaca. Kemajuan proyek yang akan berakhir pada November 2015 itu mencapai 90 persen.
“Setiap enam bulan, kami memantau kemajuan lewat pertemuan komite pengarah,” ucap Kepala BMKG Andi Eka Sakya, di Jakarta, Kamis (10/9), seusai pertemuan komite pengarah kelima. Acara itu dihadiri Duta Besar Perancis untuk Indonesia dan Timor Leste Corinne Breuzé.
Program itu dilaksanakan pada 2012-2015 dengan pinjaman lunak 30,3 juta euro (sekitar Rp 443,4 miliar) dari Pemerintah Perancis dengan jangka waktu pengembalian 19 tahun. Kerja sama mencakup 23 kegiatan, terbagi dalam tiga kelompok, yakni alat observasi, peralatan dan sistem analisis prakiraan, serta produksi dan diseminasi informasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab menambahkan, salah satu bagian dari kerja sama itu ialah menambah jumlah stasiun pemantau cuaca otomatis (AWS) di Indonesia. Dalam program itu, 33 AWS dibangun di lokasi stasiun BMKG di 20 provinsi dan 33 AWS bagi lembaga non-BMKG, di antaranya dinas pertanian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan universitas, di 18 provinsi. “AWS untuk stasiun BMKG memakai AWS sinoptik, sedangkan lembaga di luar BMKG menggunakan AWS mesonet,” ucapnya.
AWS sinoptik memiliki tujuh unsur pengamatan, yakni arah angin, kecepatan angin, suhu, kelembaban, hujan, tekanan udara, dan intensitas penyinaran matahari. Sementara AWS mesonet punya semua unsur itu kecuali intensitas penyinaran matahari.
Target 2019
Andi menambahkan, kerja sama itu juga untuk mengejar target mengotomatisasi 247 stasiun pengamatan BMKG. Dengan adanya 33 AWS hasil kerja sama dengan Perancis, kini ada 233 AWS di Indonesia. Semula semua stasiun diharapkan bersistem otomatis dan terintegrasi pada 2017, tetapi target realistis adalah tahun 2019 sesuai kesiapan infrastruktur.
Penambahan jumlah AWS butuh biaya besar dalam waktu cepat. Itu tak bisa terpenuhi hanya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. “BMKG mengusulkan ke Bappenas agar mengizinkan pendanaan lewat pinjaman lunak,” ujarnya. (JOG/B09)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 September 2015, di halaman 14 dengan judul “Proyek dengan Perancis Rampung 90 Persen”.