Wakil Presiden Boediono berpesan kepada Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri agar turut mempertahankan bahkan meningkatkan pendidikan karakter bagi masyarakat. Ini penting untuk mencegah lunturnya karakter dan watak baik generasi muda.
”Saya sangat ingin Wanadri tetap mendarmabaktikan bagi nusa bangsa, yakni menempa watak generasi kita,” kata Boediono di Jakarta, Selasa (5/3), pada sambutan dalam Temu Besar Wanadri memperingati Hari Jadi Ke-50 Tahun.
Boediono menilai, selama ini pendidikan formal cenderung mengejar nilai akademis. Padahal, sikap dan nilai-nilai serta karakter kuat lebih menentukan kesuksesan dan masa depan bangsa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain karakter, Boediono juga menekankan pentingnya pemanfaatan informasi dan teknologi dalam dunia pendidikan. Dunia maya dan teknologi merupakan kebutuhan masa depan.
Anggota senior Wanadri, Kuntoro Mangkusubroto, yang juga Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), mengajak para anggota Wanadri kembali mengintrospeksi diri pada nilai-nilai, seperti kebangsaan, cinta alam, kemanusiaan, keterbukaan, dan universalisme. Cinta alam tumbuh ketika seseorang pernah hidup di alam bebas.
Ia juga berharap Wanadri terus mengharumkan nama bangsa melalui kiprahnya. Beberapa yang disebut, yaitu Pendakian 7 Puncak Dunia dan Ekspedisi Garis Depan Nusantara.
Kini, Wanadri yang didirikan pada 1964 di Bandung, telah menyusun naskah akademik sebagai landasan langkah 50 tahun etape kedua. Dalam naskah itu, antara lain mencanangkan pembentukan Akademi Wanadri.
Lembaga ini diproyeksikan memperluas kiprah Wanadri menampung kebutuhan pendidikan di alam bebas. Selain itu, melalui badan-badan otonom, Wanadri bertekad mengembangkan jejaring di dunia internasional, di antaranya melalui Lembaga Pelatihan National Tropical Outdoor Training Center. (ICH)
Sumber: Kompas, 6 Maret 2014