26 Tim Tim Mobil Hemat Energi Indonesia Siap Berkompetisi Tingkat Asia

- Editor

Senin, 13 Maret 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebanyak 26 tim dari Indonesia akan mengikuti Shell Eco-marathon Asia ke-8 yang diadakan di Singapura pada 16-19 Maret. Mereka berasal dari sembilan perguruan tinggi di delapan provinsi. Meski termasuk pendatang baru, Indonesia memenangi Shell Eco-marathon tingkat Asia dan dunia tahun 2016.

“Ada 62 tim yang melamar untuk mengikuti Shell Eco-marathon (SEM) Asia 2017. Setelah diseleksi, terpilih 26 tim. Mereka akan berlomba di kategori mobil hemat energi berkonsep urban dan purwarupa,” kata Manajer Investasi Sosial PT Shell Indonesia Anita Setyorini pada jumpa pers di Jakarta, Jumat (10/3).

Mobil hemat energi berkonsep urban dirancang berbentuk mirip mobil yang digunakan sehari-hari. Itu bertujuan untuk menciptakan kendaraan tak boros bahan bakar dan ramah lingkungan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara mobil hemat energi kategori purwarupa adalah rancangan bebas terkait efektivitas maksimal bahan bakar. Mobil-mobil buatan para mahasiswa sudah dalam perjalanan menuju Singapura. Mobil-mobil itu berbahan bakar bensin, etanol, tenaga surya, dan listrik.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO–Warga mengamati salah satu kendaraan hemat energi karya mahasiswa, di Jakarta, Jumat (10/3), yang akan diikutsertakan dalam kompetisi mendesain, membangun, dan mengendarai kendaraan paling hemat energi di Singapura. Sebanyak 26 tim mahasiswa akan mewakili Indonesia untuk mengikuti ajang Shell Eco-marathon Asia pada 16-19 Maret di Singapura.

Kontingen Indonesia terdiri dari tim-tim lama dan baru. Untuk pemain lama, ada Tim Bumi Siliwangi dari Universitas Pendidikan Indonesia. Mereka menjuarai SEM dunia 2016 di London, Inggris, dengan mobil hemat energi konsep urban Turangga Cetha. Tim Nakoela dan Sadewa memenangi kategori purwarupa lewat karya Kalabia Evo 5.

Tim yang baru ikut kompetisi itu antara lain Wasaka dari Universitas Lambung Mangkurat, Tim Uber Allies Racing Gasoline Uber Vehicle dari Institut Teknologi Nasional, dan Tim Ganteng dari Institut Teknologi Medan. “Tim akan bersaing dengan sesama Indonesia dan tim dari Asia dan Oseania,” kata Anita.

Bahan baku terbatas
Manajer Tim Bumi Siliwangi UPI Ramdhani menambahkan, kendala yang dihadapi tim Indonesia saat merakit mobil adalah bahan baku, seperti serat karbon dan superkapasitor, terbatas dan mahal. Untuk membelinya butuh sponsor dari luar. Di tengah keterbatasan itu, pada 2016, Ramdhani membawa Indonesia menuju kemenangan.

Immanuel Santoclin, Manajer Tim Nakoela Universitas Indonesia, menuturkan, para anggota tim harus menyiasati keterbatasan itu. “Beberapa bagian mobil terpaksa dirakit dengan menggabungkan suku cadang dari kendaraan lain. Itu membuat kreativitas berkembang,” ujarnya.

Pada kategori purwarupa, Hongaria dinilai jadi lawan terberat. Sebab, purwarupa negara itu pada SEM sebelumnya menempuh jarak 2.000 kilometer dengan 1 liter bahan bakar. KerisRVI II buatan Tim Nakoela UI berbekal 1 liter bensin baru bisa menempuh jarak 897 kilometer. (DNE)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Maret 2017, di halaman 14 dengan judul “26 Tim Indonesia Siap Berkompetisi Tingkat Asia”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB