Hasil survei macan tutul jawa yang dilakukan Conservation International Indonesia, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, dan Chevron menunjukkan 10 individu satwa terancam punah itu masih tinggal di di Kesatuan Pemangkuan Hutan Konservasi Guntur-Papandayan. Keberadaan mereka terekam oleh kamera perangkap yang terpasang di 60 lokasi pada area seluas 120 kilometer persegi.
Dari informasi yang terekam dalam kamera, macan tutul jawa berada pada ketinggian 1.114 – 2.635 meter di atas permukaan laut. Ini karena sebagian besar kawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan Konservasi (KPHK) Guntur-Papandayan termasuk ekosistem hutan hujan pegunungan dataran tinggi. Dari hasil jepretan automatis kamera perangkap tersebut memberi infomrasi macan tutul jawa aktif sepanjang hari, baik pagi-siang-hingga malam hari.
CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA–Conservation International Indonesia dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, Selasa (30/4/2019) merilis foto-foto kamera trap hasil pemantauan di Kesatuan Pemangkuan Hutan Konservasi Guntur-Papandayan. Berdasarkan hasil identifikasi foto-foto tersebut, terdeteksi 10 individu yang terdiri dari 3 individu jantan dewasa, dan 7 individu betina dewasa. Perangkap kamera menghasilkan jumlah total foto satwa sebanyak 1.214 foto, diantaranya macan tutul jawa sebanyak 83 foto. Selain macan tutul, kamera trap juga merekam keberadaan aneka fauna lain di area konservasi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Waktu terfoto tertinggi antara jam 6-8 pagi (15 persen) dan terendah pada jam 10-12 (3,3 persen). Monitoring dilakukan selama dua tahun pada 2016 – 2018.
Manager Senior Terrestrial Program CI Indonesia Anton Ario, Selasa (30/4/2019) di Jakarta, mengatakan identifikasi membutuhkan waktu panjang sehingga hasilnya baru dirilis saat ini. Identifikasi yang dilakukan CI Indonesia dan BBKSDA Jawa Barat itu mencocokkan tiap individu macan tutul serta lokasi lintasannya.
“ Setiap individu macan tutul jawa dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan ukuran tubuh, jenis kelamin, dan pola totol di tubuh masing-masing individu,” kata Anton.
Berdasarkan hasil identifikasi itu, terdeteksi 10 individu yang terdiri dari 3 individu jantan dewasa, dan 7 individu betina dewasa. Perangkap kamera menghasilkan jumlah total foto satwa sebanyak 1.214 foto, diantaranya macan tutul jawa sebanyak 83 foto.
Selama periode pemasangan camera trap di KPHK Guntur–Papandayan diperoleh 26 jenis satwa, 21 diantaranya jenis mamalia, dan 5 jenis burung. Daerah Gunung Guntur dan Gunung Papandayan merupakan habitat satwa unik dan terancam punah seperti owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata), elang jawa (Nisaetus bartelsi), kukang jawa (Nycticebus javanicus), dan macan tutul jawa (Panthera pardus melas).
CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA–Conservation International Indonesia dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, Selasa (30/4/2019) merilis foto-foto kamera trap hasil pemantauan di Kesatuan Pemangkuan Hutan Konservasi Guntur-Papandayan. Berdasarkan hasil identifikasi foto-foto tersebut, terdeteksi 10 individu yang terdiri dari 3 individu jantan dewasa, dan 7 individu betina dewasa. Perangkap kamera menghasilkan jumlah total foto satwa sebanyak 1.214 foto, diantaranya macan tutul jawa sebanyak 83 foto. Selain macan tutul, kamera trap juga merekam keberadaan aneka fauna lain di area konservasi tersebut.
Catatan Kompas, pada tahun 2013, Lembaga Riset Kehutanan Internasional (CIFOR) di Bogor, merilis sebuah foto beresolusi tinggi terkait keberadaan macan tutul jawa di Taman Nasional Gunung Halimun – Salak. Keberadaan predator di habitat aslinya ini kian menambah harapan untuk terus melestarikan hutan-hutan tersisa di Jawa.
Perambahan hutan
Meski demikian, kawasan-kawasan konservasi di Jawa Barat, hingga kini masih menghadapi tekanan dari perambahan hutan dan laju pertambahan penduduk di sekitarnya. Penggunaan kawasan hutan untuk perkebunan, pertanian, dan pemukiman kian menekan ruang hidup flora dan fauna setempat.
KPHK Guntur-Papandayan ini terletak di Kabupaten Bandung dan Garut. KPHK merupakan wilayah pengelolaan hutan yang seluruh atau sebagian besar wilayahnya terdiri dari hutan konservasi yang dikelola secara efisien untuk menunjang sistem penyangga kehidupan, mengawetkan keanekaragaman hayati dan memanfaatkannya secara lestari. Penetapan KPHK Guntur Papandayan berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan RI No: SK.984/Menhut-II/2013, tentang penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Guntur-Papandayan, di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Jawa Barat seluas 15.318 hektar.
KPHK Guntur-Papandayan memiliki topografi bergelombang, berbukit dan bergunung serta tebing yang terjal, yang meliputi dua gunung api aktif yaitu Gunung Guntur (2.250 m dpl) dan Gunung Papandayan (2.665 m dpl). Curah hujan berkisar antara rata-rata 2.500 – 3,000 mm per tahun. Jenis-jenis flora yang terdapat di dalam kawasan diantaranya Jamuju (Podocarpus imbricatus), Puspa (Schima walichii), Saninten (Castanopsis argentea), Pasang (Quercus ptatycorpa), Kihujan (Engelhardia spicata), Manglid (Magnolia sp,), Cantigi (Vaccinium sp.), Suagi (Vaccinium varingifolium), Edelweis (Anaphalis javanica).
Jenis-jenis fauna yang telah teridentifikasi antara lain Babi hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus javanicus), Macan tutul jawa (Panthera pardus melas), Ajag (Cuon alpinus), Musang luwak (Paradoxurus hermaproditus), Musang leher kuning (Martes flavigula), Biul selentek (Melogale orientalis), Linsang (Prionodon linsang) Trenggiling (Manis javanica), Surili (Presbytis comata), Lutung jawa (Trachypithecus auratus), Elang jawa (Nisaetus bartelsi), Elang-ular bido (Spilornis cheela bido), Elang hitam (Ictinaetus malayensis), Elang brontok (Spizaetus cirrhatus).
Oleh ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 2 Mei 2019