Tidak Mudah Menuding Dokter Malapraktik

- Editor

Jumat, 5 November 2010

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tidak mudah memutuskan sebuah kasus sebagai malapraktik medis. Ketidaktahuan masyarakat kerap menimbulkan kesalahan konsepsi yang menganggap setiap kegagalan medis, seperti hasil buruk atau tidak diharapkan, sebagai akibat malapraktik medis atau kelalaian medis.

Padahal, kegagalan dapat disebabkan beberapa kemungkinan, seperti hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri, sehingga tidak berhubungan dengan tindakan medis dokter. Namun, dapat juga karena suatu kelalaian atau kesengajaan.

Hal itu terungkap dalam disertasi berjudul ”Alasan Pembenar Tindakan Medik Menurut Undang-Undang Praktik Kedokteran dan Standard Operational Procedure Dalam Sengketa Hukum Malpraktik”. Disertasi itu berhasil dipertahankan spesialis bedah saraf RS Siloam dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan Prof Dr dr Eka Julianta Wahjoepramono dengan yudisium cumlaude, Kamis (4/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Eka mengatakan, malapraktik berarti melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan, tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan (melalaikan kewajiban), dan melanggar suatu ketentuan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam standar pelayanan medis, malapraktik dapat diartikan kesalahan tindakan atau prosedur tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam proses pelayanan medis, baik dengan sengaja maupun kelalaian. Kelalaian medik merupakan bentuk malapraktik yang paling sering terjadi.

Dia berpandangan, dalam kasus kelalaian sekalipun masih harus dilihat lagi situasi dan kondisi yang melatarbelakanginya, misalnya dokter telah berhati-hati atau adanya kekurangan alat dan fasilitas kesehatan. Dokter di daerah pedalaman, misalnya, terpaksa menyelamatkan nyawa dengan peralatan medis terbatas.

Gugatan-gugatan dapat menjadikan profesi kedokteran defensive medicine. Dokter akan memeriksa pasien secara berlebihan karena takut dituntut nantinya. Akibatnya, biaya yang ditanggung pasien menjadi tinggi. ”Bahkan, sekarang mulai ditawarkan asuransi bagi para dokter yang memberikan jaminan jika suatu waktu dokter tersebut menghadapi tuntutan malapraktik,” ujarnya. (INE)

Sumber: Jumat, 5 November 2010 | 05:18 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB