Portal Data Terintegrasi untuk Informasi Iklim

- Editor

Kamis, 21 Agustus 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hasil riset dan data kelautan di Indonesia tersebar di berbagai instansi penelitian. Padahal, jika diintegrasikan, bisa menghasilkan analisis lebih kuat dan akurat bagi pemerintah dalam pengelolaan sumber daya laut.

”Kami sedang membangun portal maritim Marine Integrated Data System (Midas) sebagai awal penguatan sistem informasi iklim maritim,” tutur Andi Eka Satya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Rabu (20/8), di Jakarta, seusai Lokakarya Ke-9 Tahunan Kerja Sama Indonesia-Amerika Serikat Bidang Observasi-Analisis-Aplikasi Kelautan dan Iklim.

Midas jadi salah satu program pengembangan kerja sama Indonesia-AS itu. Menurut Eka, Midas akan meningkatkan pengembangan pariwisata bahari, perikanan, pertahanan dan keamanan, infrastruktur transportasi laut, dan lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Portal ini menyediakan akses bagi data-data kelautan yang berada di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Informasi Geospasial (BIG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan), Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dishidros TNI AL, Pelni, dan perguruan tinggi. Integrasi akses dalam satu portal serupa pernah direncanakan untuk isu biodiversitas dan genetika oleh Kementerian Lingkungan Hidup, LIPI, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Kesehatan, tetapi hingga kini belum terealisasi.

Terkait integrasi data-data kelautan itu, Deputi Ilmu Kebumian LIPI Iskandar Zulkarnaen yakin bahwa tidak akan sulit. Di UNESCO, Indonesia sebagai bagian Komisi Kelautan Antarpemerintah (IOC) telah memiliki data kelautan nasional. ”Portal ada di BIG yang lebih siap infrastrukturnya. Nanti, data-data ini (Midas) akan melengkapi.”

Menurut Wahyu W Pandoe, Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT, pihaknya berusaha memanfaatkan hasil-hasil riset untuk diterapkan. Analisis yang didukung data sangat kuat bisa membantu nelayan.

”Dari mencari ikan di laut menjadi menangkap ikan di laut. Jadi, lokasi penangkapan dan cuacanya tergambar dengan jelas,” ujarnya. Nelayan juga tak perlu boros bahan bakar dan keamanan melaut pun lebih terjamin.

Kelengkapan data juga akan membuat prediksi cuaca lebih presisi. Wahyu menjelaskan, beberapa tahun lalu analisis cuaca di Indonesia hanya mempertimbangkan monsun dan fenomena El Nino di Samudra Pasifik.

Ternyata, terdapat fenomena Indian Ocean Dipole yang berkontribusi pada cuaca di Indonesia. ”Perlu riset terus-menerus,” katanya. (ICH)

Sumber: Kompas,21 Agustus 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB