Pendidikan sains; Ajak Siswa Rasakan Fenomena Alam

- Editor

Jumat, 18 Juli 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kecintaan siswa terhadap ilmu sains dan matematika dapat ditingkatkan lewat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Guru mengajak siswa merasakan fenomena alam dengan melihat, menyentuh, dan meraba. Murid akan lebih mudah memahami persoalan dan solusinya.

”Selama ini banyak siswa tidak menyukai sains dan matematika karena menganggap pelajaran itu sulit. Jika guru bisa mengubah paradigma itu dengan metode pengajaran yang menyenangkan, siswa akan tertarik belajar,” kata Melva Manalu, guru sains SD Nasional Plus BPK Penabur, Bogor, dalam pertemuan di Jakarta, Kamis (17/7).

Bulan lalu Melva Manalu bersama Binar Kasih Sejati, guru sains Sekolah Internasional Darul Hikam, Bandung, Jawa Barat, mendapatkan beasiswa pendidikan Honeywell Educators @ Space Academy (HESA) di Alabama, Amerika Serikat. Program yang diikuti 204 guru dari 27 negara itu diharapkan membantu guru menjadi pendidik yang efektif dalam mata pelajaran teknologi, rekayasa, matematika, dan sains (science, technology, engineering, math/STEM).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

indonesia_DSC9137-2Pelatihan astronot
Selama program yang berlangsung pada 11-24 Juni, guru menjalani pelatihan dengan fokus bidang ilmu pengetahuan dan eksplorasi angkasa, seperti pelatihan jadi astronot, simulasi penerbangan jet, pelatihan ketahanan hidup di darat dan lautan, serta simulasi penerbangan interaktif. Program itu merupakan kerja sama antara US Space and Rocket Centre dan Honeywell.

Dari pengalaman mengikuti program itu, Melva menyadari, selama ini guru lebih sering memberikan rumus-rumus sains dan matematika tanpa mengajak siswa mengetahui manfaatnya dan cara menerapkannya dalam kehidupan ”Itu membuat siswa mudah bosan saat belajar di sekolah,” katanya.

Guru lainnya, Binar, menuturkan, dalam pembelajaran, siswa sebaiknya diajak memecahkan suatu persoalan melalui simulasi individu atau kelompok ”Caranya, bisa dengan permainan edukatif,” katanya.

Peran guru
Presiden Direktur Honeywell Indonesia Allex J Pollack mengatakan, guru tak hanya berperan memberi ilmu, tetapi juga menjadi inspirasi. ”Siapa tahu setelah melihat guru mereka menjalani pelatihan astronot di Amerika, ada anak tertarik menjadi astronot,” katanya. (A14)

Sumber: Kompas, 18 Juli 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB