Pemerintahan Elektronik; Dibutuhkan Pemimpin yang Transformatif

- Editor

Sabtu, 6 Desember 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penggunaan teknologi informasi untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien (e-governance) harus ditopang pemimpin dan kepemimpinan yang transformatif, bukan kepemimpinan yang transaksional. Pemimpin transformatif sangat menekankan pelayanan dan melindungi, bukan mengutamakan kekuasaan untuk memerintah.


Hal itu mengemuka dalam diskusi bertema ”Transformasi dan Reformasi Menuju E-Governance” di Pendopo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (5/12).

Diskusi kerja sama harian Kompas, Pemerintah Kabupaten Boyolali, dan Korpri Kabupaten Boyolali ini menghadirkan pembicara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Bupati Boyolali Seno Samodro, Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Rikard Bagun, dan Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate Sukardi Rinakit. Diskusi dipandu Pemimpin Redaksi Majalah Gatra Heddy Lugito.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rikard mengatakan, kepemimpinan yang transformatif akan melakukan manajemen perubahan, bukan manajemen proyek. Dalam hal ini, perubahan yang dilakukan tidak sekadar dari sistem manual ke digital, tetapi terutama mengubah sikap, perilaku, dan pandangan tentang kekuasaan. ”Konsekuensinya, pejabat dan birokrat tidak lagi menjadi penguasa, tetapi pelayan,” katanya.

Birokrasi pemerintah, menurut Sukardi, dituntut memberikan respons cepat terhadap aneka persoalan publik. Ini karena setiap orang dapat memiliki akses. Warga bisa menyampaikan keluhan, kritik, dan protes melalui sistem elektronik, seperti surat elektronik ataupun sarana lain. Hal itu akan menguatkan hubungan pemerintah dengan rakyat menjadi lebih baik. ”Berdasarkan respons publik, pemerintah bisa secara cepat mengambil keputusan,” ujarnya.

Makna e-governance, kata Sukardi, ada empat. Pertama, masyarakat bisa menuntut atau meminta pelayanan secara langsung kepada pengambil keputusan. Kedua, pemerintah bisa secara cepat merespons dan mengambil keputusan. Ketiga, mendekatkan masyarakat dengan pejabat publik. Keempat, mendekatkan hubungan antarpejabat pemerintah dalam konsep yang lebih luas untuk pelayanan masyarakat.

Bagi Ganjar, e-governance merupakan keharusan karena dapat mempercepat pelayanan kepada masyarakat dan menjamin transparansi. Sebagai pemanasan penerapan e-governance di Jawa Tengah, setiap satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) Provinsi Jawa Tengah diminta memanfaatkan akun Twitter yang sederhana dan gratis. Koordinasi dengan bupati di Jawa Tengah juga dilakukan dengan konferensi jarak jauh.

Melalui media digital, kata Ganjar, informasi terkini atas beragam persoalan yang dihadapi masyarakat di beberapa daerah mengalir cepat dan diterimanya. Ia mencontohkan, dari media digital, cepat diketahui ada kelangkaan elpiji 3 kilogram. Selain itu, juga dapat diketahui ada persoalan seragam sekolah hingga tahu ada warga di Pati menderita kanker yang membutuhkan pertolongan segera. Dengan demikian, respons cepat pemerintah dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan-persoalan publik. ”Respons cepat menjadi persoalan di masyarakat,” katanya.

Seno mengatakan, Pemerintah Kabupaten Boyolali juga telah menerapkan tata kelola pemerintahan secara elektronik. Langkah ini di antaranya menerapkan sistem lelang elektronik dan akan menggelar pilkada elektronik. Sistem lelang elektronik dilakukan untuk menghindari pertemuan langsung antara panitia dan peserta lelang. Pembayaran proyek juga dilakukan dengan sistem transfer dan tidak boleh tunai. ”Lelang elektronik mulai diterapkan tiga tahun lalu,” katanya. (rwn/ika)

Sumber: Kompas, 6 Desember 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB