Membawa Konektivitas Internet ke Dalam Mobil

- Editor

Selasa, 27 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Telepon pintar tidak bisa lagi dipisahkan dari aktivitas keseharian, termasuk saat berkendara. Mengintegrasikan telepon pintar ke mobil pun menjadi semacam keharusan. Masalahnya, bagaimana melakukan itu secara ramah, aman, dan murah?

Produsen mobil kini dipaksa untuk membawa konektivitas ke dalam kendaraan produksinya. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, alternatif head unit atau tape mobil yang lebih cerdas semakin banyak. Namun, anehnya, banyak produsen mobil yang tidak meningkatkan kualitas head unit mereka.

Misalnya, sebuah mobil yang diproduksi khusus untuk segmen jelajah dengan harga hingga Rp 400 juta pun hanya memiliki tape mobil standar. Sama sekali tak memiliki fitur navigasi GPS untuk memandu perjalanan ke pelosok, apalagi untuk internet. Produsen mobil seperti ini tak memanfaatkan perkembangan teknologi yang semakin murah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Oleh karena itu, upaya mendandani head unit atau tape mobil agar lebih pintar kini menjadi tema menantang. Banyak sistem hiburan atau head unit di dasbor mobil sangat buruk. Meski sudah banyak yang sudah memakai layar sentuh, tetap saja tidak nyaman dipakai dibandingkan dengan ketika mengoperasikan tablet atau telepon seluler.

Bagi warga kota, misalnya Jakarta, kemacetan memaksa orang lebih lama berada di depan kemudi. Sistem hiburan dalam mobil yang buruk membuat jalanan Ibu Kota menjadi lebih menyiksa. Beberapa head unit bawaan pabrikan hanya bisa untuk mendengarkan radio dan memutar DVD.

Head unit yang tak memiliki konektivitas menjadi membosankan, apalagi saat kemacetan mendera seperti di Jakarta. Memakai telepon seluler untuk berkirim pesan dengan teman atau keluarga tentu sangat tak dianjurkan saat tengah berkendara.

edccd3fd2a904f3987c02cebb49b1b96KOMPAS/PRASETYO EKO PRIHANANTO–“Head unit” berbasis Android memiliki kebebasan untuk memilih program navigasi GPS, baik daring maupung luring. Salah satu contoh navigasi daring adalah Waze.

Tersedia banyak head unit pabrikan Tiongkok atau Taiwan yang lebih kaya fitur, tetapi diperlukan keahlian dan kesabaran untuk memilihnya. Salah memilih, bisa jadi mendapatkan head unit yang berfungsi hanya beberapa bulan. Head unit pintar buatan pabrikan ternama selalu memiliki satu kendala, yaitu harga yang teramat mahal.

Kesadaran dari luar
Kesadaran untuk melengkapi head unit dengan fitur yang lebih pintar itu justru datang dari luar bisnis otomotif. Dua perusahaan raksasa, yaitu Apple dan Google, menyadari permasalahan tersebut. Keduanya membuat sebuah aplikasi yang memungkinkan sistem hiburan sebuah mobil terintegrasi dengan aplikasi yang ada di dalam telepon pintar. Lahirlah CarPlay dari Apple dan Android Auto dari Google.

Keduanya berupaya mengintegrasikan gawai dengan mobil dengan cara lebih ramah, meminimalkan gangguan saat mengemudi, dan paling utama: aman. Setidaknya, demikianlah idenya.

Kedua sistem milik Apple dan Google tersebut akan mengintegrasikan perintah suara aplikasi ke dalam head unit. Dengan mengombinasikan kekuatan telepon pintar dengan perangkat di mobil, harapannya adalah sistem hiburan yang lebih baik, ramah, dan aman.

Keduanya bukanlah sebuah sistem operasi. Baik Android Auto maupun CarPlay adalah semacam aplikasi di telepon pintar yang dipancarkan ke head unit atau tape mobil dengan sistem mirroring di dasbor. Layar sentuh di mobil digunakan untuk mengoperasikan sejumlah aplikasi pilihan yang ada di ponsel pintar Android atau iPhone.

Keselamatan pengguna menjadi salah satu faktor utama kedua perusahaan saat mendesain antarmuka sistem ini. Google, misalnya, bekerja sama dengan lembaga pemerintah, seperti National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA), untuk mendesain antarmuka yang aman berdasarkan praktik aman berkendara.

Hasilnya adalah antarmuka yang berbeda dengan telepon pintar Android. Antarmuka itu lebih sederhana dan mudah diakses, ikon aplikasi yang jauh lebih besar, dan fokus pada perintah suara atau teknologi handsfree. Untuk berkirim pesan atau menelepon, tidak perlu menyentuh layar, cukup dengan perintah suara dan mendiktekan pesan yang hendak disampaikan.

Hampir semua produsen mobil pun kini mengadopsi kedua sistem tersebut dalam produk baru mereka. Mereka memberikan pilihan kepada pengguna untuk memilih ekosistem yang hendak dipakai. Yang pasti, salah satu tujuan keduanya adalah agar tangan pengendara tidak lepas dari roda kemudi dan mata selalu mengarah ke jalan.

Semua teknologi yang membuat pengendara melepas telepon selulernya saat menyopir sudah pasti bagus. Kedua sistem mengurangi gangguan akibat gawai saat berkendara meski sedikit mengurangi fungsionalitas telepon pintar itu.

Kedua sistem tersebut menawarkan navigasi, telepon, dan berkirim pesan singkat, dengan perintah suara. Untuk navigasi, Android Auto memakai Google Maps, sedangkan CarPlay memakai Apple Maps. Sayangnya, salah satu aplikasi populer navigasi, seperti Waze, tidak didukung keduanya.

Namun, untuk bisa menikmati kedua teknologi itu, tidak murah. Hanya mobil-mobil keluaran baru yang mendukung sistem tersebut.

Bagi pemilik mobil lama, untungnya ada sejumlah perangkat aftermarket yang bisa dipasang menggantikan perangkat lama. Pioneer dan Kenwood mengeluarkan head unit yang mendukung penggunaan CarPlay atau Android Auto.

”Head unit” Android
Jika menggunakan CarPlay atau Android Auto dirasa mahal, cara paling mudah menikmati konektivitas dalam mobil adalah memasang telepon pintar, baik Android atau iPhone maupun tablet dan iPad, ke dalam mobil dengan bantuan holder. Cara ini paling murah karena tidak perlu membeli mobil baru atau head unit yang mendukung kedua sistem tersebut.

Cara lain adalah dengan mengganti head unit lama dengan menggunakan head unit Android yang kini sudah banyak beredar di pasaran. Keuntungan dari kedua cara ini adalah semua fungsi telepon pintar tidak berkurang, seperti pada CarPlay atau Android Auto.

Kelemahannya adalah antarmuka yang kompleks pada telepon pintar bisa mengganggu pengendara. Hal ini dapat berbahaya karena mengganggu konsentrasi saat mengemudi. Membatasi penggunaan gawai di mobil hanya untuk mendengarkan musik dan navigasi adalah cara paling aman.

Sejumlah produk head unit Android yang beredar di Indonesia di antaranya produk AVT, AND-9000 dengan sistem Android 4.1 Jelly Bean, ARM Dualcore Cortex A9 1GHz Processor, dan RAM 1GB DDR3. Produk lain yang banyak ditawarkan di situs belanja seperti Amazon, misalnya, head unit Android asal Tiongkok. Harganya cukup terjangkau, seperti harga telepon pintar murah.

Dari pengalaman selama beberapa bulan menggunakan head unit Android dengan sistem operasi 4.2.2 produk Tiongkok, memang terasa lebih nyaman dibandingkan dengan head unit lama bawaan mobil. Head unit ini sangat responsif, serasa mengoperasikan sebuah tablet atau telepon pintar. Head unit ini juga bisa digunakan untuk berselancar di internet dengan menggunakan Wi-Fi atau memasang modem.

Untuk navigasi, keuntungan dari head unit Android adalah bisa memakai aplikasi secara bebas, baik yang menggunakan peta daring (online), seperti Google Maps dan Waze, atau peta luring (offline), seperti IGO, SyGic, dan Here Maps. Penggunaan Waze membuat mobil lebih cerdas karena bisa memberi informasi jalan macet, memilih rute paling cepat, dan memberi informasi jika di depan ada kendaraan lain yang berhenti, jalan berlubang, hingga kecelakaan.

Head unit ini memiliki tombol fisik untuk memilih menu atau fitur. Misalnya, tombol band untuk radio, tombol navi untuk navigasi, dan tombol media untuk musik sehingga pengoperasiannya tidak terlalu mengganggu konsentrasi saat tengah mengemudi.

Keamanan
Meski dibuat agar tidak mengganggu konsentrasi pengendara, penggunaan sejumlah sistem itu ternyata tidak bebas risiko. Dari hasil penelitian yang dilakukan sebuah lembaga nonprofit di Amerika Serikat, AAA Foundation for Traffic Safety, pengendara yang memakai perintah suara dalam mobil tetap tidak aman dari gangguan konsentrasi.

Seperti dikutip dari LA Times, pengendara yang memakai perintah suara dalam sistem hiburan di mobilnya tetap terganggu selama sekitar 27 detik setelah melakukan panggilan telepon atau mengubah musik.

Penelitian itu mengungkapkan kekhawatiran baru mengintegrasikan telepon pintar dengan sistem hiburan di mobil. ”Bukti ilmiah menunjukkan bahwa perintah suara tidak bebas risiko,” kata Marshall Doney, CEO AAA.

Gangguan itu tetap berlangsung meski pengendara mengembalikan perhatiannya ke jalan dan kedua tangan tetap berada di roda kemudi. Dari penelitian itu, masalah yang bisa ditimbulkan akibat gangguan sistem hiburan di mobil tersebut adalah luput melihat tanda berhenti hingga tidak melihat pejalan kaki atau kendaraan lain.

Apa pun sistem yang dipakai, tetap utamakan keselamatan!

Pemindai komputer mesin
Tahukah Anda bahwa kita bisa memindai komputer mesin mobil dengan Android? Mobil modern telah dilengkapi sebuah colokan atau soket bernama OBDII yang rata-rata lokasinya berada di bawah setir.

Aplikasi ini bisa berjalan jika soket OBDII dikoneksikan ke Android melalui sebuah Bluetooth dongle. Anda bisa mendiagnosis kondisi mesin dan akan muncul peringatan jika ada masalah pada mesin. (PRASETYO EKO P)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Oktober 2015, di halaman 28 dengan judul “Membawa Konektivitas Internet ke Dalam Mobil”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB