Lalat Tentara Hitam Maksimalkan Reduksi

- Editor

Sabtu, 15 November 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengolahan sampah menggunakan lalat tentara hitam mengurangi 80 persen sampah rumah tangga dan 10 persen limbah pengolahan tebu. Selain itu, sisa sampah juga bisa dijadikan pupuk organik.


”Lalat tentara hitam jenis serangga keluarga lalat yang jauh beda dengan lalat umumnya. Siklus lalat itu saat larva bisa mengurai sampah rumah tangga dan sampah sisa pengolahan tebu menjadi lebih bermanfaat,” kata peneliti biokonversi sampah menggunakan lalat tentara hitam (Hermetia illucens), Agus Pakpahan, di PT Gunung Madu Plantations, Jumat (14/11).

Agus yang juga mantan Direktur Jenderal Perkebunan era Presiden BJ Habibie hingga Megawati Soekarnoputri itu menjelaskan, lalat tentara hitam punya beberapa sifat yang tak dimiliki jenis lalat lain. Beberapa karakteristik khasnya adalah membunuh dan menekan populasi bakteri jahat, misalnya salmonela.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Lalat jenis ini juga mudah dikembangbiakkan. Jika dominan, lalat jenis lain, seperti lalat hijau ataupun lalat sampah, akan menyingkir. Dalam siklus hidupnya lalat ini juga tidak membutuhkan makan dan minum serta bisa bermigrasi secara mandiri saat siklus dari maggot (larva) ke prepupa,” katanya.

Kemampuan maggot lalat tentara hitam yang mampu membunuh dan menekan populasi bakteri jahat itu membuat sampah rumah tangga berkurang 80 persen dan limbah pengolahan tebu (blotong) berkurang 10 persen. Nantinya, 20 persen sisa sampah rumah tangga dan 90 persen sisa blotong dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Selain itu, pupa (kondisi saat siklus puasa) lalat tentara hitam punya kandungan protein hingga 45 persen dan kandungan lemak 35 persen. Pupa juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas dan ikan.

Secara fisik, tubuh lalat tentara hitam lebih panjang dan ramping dibandingkan lalat pada umumnya. Lalat jenis ini tak punya mulut, bertubuh mengkilap, dan bergerak lambat.

Teknologi biokonversi sampah tersebut saat ini digunakan pabrik gula PT Gunung Madu Plantations. Kendati masih skala lapangan, pabrik itu mulai merasakan dampaknya.

0.42978400-1402997704-The20adult20Black20Soldier”Pupuk yang diurai maggot lalat tentara hitam berdampak positif bagi perkebunan kami. Lapisan olah yang semula setebal 10 sentimeter kini jadi 14 cm. Kadar nitrogen tanah naik 37,6 persen dari semula 0,9 kini menjadi 1,2,” tutur Manajer Umum, Bisnis, dan Keuangan PT Gunung Madu Plantations Gunamarwan.

Gunamarwan menambahkan, perbaikan lahan olahan membuat tanah lebih baik. Kondisi itu diharapkan berdampak baik bagi produksi gula di perusahaan gula tertua di Lampung tersebut.

PT Gunung Madu Plantations berencana mengembangkan teknologi biokonversi sampah dengan lalat itu. Dalam satu hari, pabrik itu menghasilkan 400 kilogram blotong. (GER)

Sumber: Kompas, 15 November 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 20 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB