Indonesia Terima Penghargaan

- Editor

Selasa, 7 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Program Pendidikan bagi Anak Perempuan Diapresiasi
Upaya Indonesia selama ini untuk meningkatkan akses pendidikan pada perempuan memperoleh apresiasi dari masyarakat internasional. Apresiasi berupa UNESCO Prize for Girls’ and Women’s Education itu diberikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Penghargaan diserahkan oleh Utusan Khusus UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk Kemajuan Pendidikan Anak Perempuan dan Perempuan, yang juga Ibu Negara Tiongkok, Peng Liyuan, Senin (6/6), di Balai Agung Rakyat, Lapangan Tiananmen, Beijing, Tiongkok.

Wartawan Kompas, Aloysius B Kurniawan, dari Beijing, melaporkan, pemberian penghargaan digelar dalam acara kenegaraan yang juga dihadiri Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova, Menteri Pendidikan Tiongkok Yuan Guiren, Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Tiongkok untuk UNESCO Du Yue, Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok Soegeng Rahardjo, dan sejumlah perwakilan negara lain. Penganugerahan penghargaan ini merupakan rangkaian dari seminar internasional mengenai pendidikan anak perempuan dan perempuan, di Beijing, 4-7 Juni 2016.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

UNESCO Prize for Girls’ and Women’s Education diterima oleh Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Kemdikbud Ella Yulaelawati. Selain Indonesia, penerima UNESCO Prize for Girls’ and Women’s Education adalah Evernice Munando, Direktur Female Students Network Trust dari Harare, Zimbabwe. Penerima UNESCO Prize for Girls’ and Women’s Education juga mendapatkan hadiah uang 50.000 dollar Amerika Serikat (Rp 668 juta).

c11979b96eaa480380a47aea4fe5cb87KOMPAS/ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN–Dua penerima penghargaan UNESCO Prize for Girls’ and Women’s Education, Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Kemdikbud Ella Yulaelawati (kanan) dan Direktur Female Students Network Trust dari Zimbabwe Evernice Munando, Senin (6/6), seusai menerima penghargaan di The Great Hall of The People, Tiananmen Square, Beijing, Tiongkok.

Kemdikbud menerima penghargaan karena menerapkan program peningkatan akses dan kualitas pendidikan anak perempuan melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berbasis masyarakat serta menjalankan pengarusutamaan jender sejak usia dini. Adapun lembaga swadaya masyarakat Female Students Network Trust mendapatkan penghargaan berkat usaha untuk menguatkan perempuan pelajar menyadari hak-hak mereka serta menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan responsif.

Sejak 2013, Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Kemdikbud melakukan berbagai usaha pengarusutamaan jender. Usaha itu berupa penyiapan buku-buku tentang jender bagi pengajar, membuat buku saku tentang jender, mengalokasikan anggaran berbasis jender, mengimplementasikan program Bunda PAUD; satu desa satu PAUD; PAUD di daerah tertinggal, terpencil, dan terluar (3T); pelatihan; serta kuliah di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) pengajaran PAUD.

“Hadiah UNESCO Prize for Girls’ and Women’s Education senilai 50.000 dollar AS akan kami manfaatkan untuk membuat bahan pelatihan para guru dan orangtua PAUD. Uang itu juga untuk menyediakan pusat bermain anak yang berperspektif jender dan bisa dijangkau semua kalangan,” kata Ella.

Pendidikan setara
Dalam sambutannya, Peng Liyuan mengatakan, kesetaraan pendidikan menjadi dasar bagi peradaban. Karena itu, Pemerintah Tiongkok berkomitmen untuk menyiapkan pendidikan yang setara bagi siapa pun.

“Kami terus-menerus mengusahakan agar pendidikan untuk anak-anak tercukupi. Kami juga mendorong terwujudnya kesetaraan jender dalam pendidikan, seperti disampaikan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam Global Summit of Women bahwa laki-laki dan perempuan setara dalam hak, kesempatan, dan alokasi sumber daya,” ucap Peng Liyuan.

Menurut Sensus Nasional Tiongkok 2010, mayoritas orang dewasa di Tiongkok yang buta aksara didominasi kaum perempuan, mencapai 73,8 persen. “Tujuan kami masih jauh dan tantangan kami besar. Kami harus terus-menerus bekerja keras untuk menyediakan layanan pendidikan setinggi-tingginya dan seadil-adilnya bagi siapa pun,” ucap Peng Liyuan.

Tiongkok telah menyumbangkan dana 10 juta dollar AS kepada UN Women (Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Jender dan Pemberdayaan Perempuan) yang ditujukan bagi dukungan implementasi pendidikan terhadap anak perempuan dan perempuan.

Bokova mengatakan, perempuan di dunia masih memiliki hambatan besar untuk mendapatkan layanan pendidikan. Ada sekitar 22 juta perempuan yang putus sekolah sehingga banyak di antara mereka yang tidak memiliki keterampilan bekerja.

Secara terpisah, aktivis United Nations Girls Education Initiative, Caecilia Victorino Soriano, mengungkapkan, 19 persen perempuan muda di negara-negara berkembang hamil sebelum usia 18 tahun. Sebanyak 22 persen di antaranya berada di Asia selatan, sedangkan 8 persen di Asia Pasifik Timur. Kehamilan dini mengakibatkan mereka putus sekolah dan mendapat stigma dari lingkungan sekitarnya.

Country Director Handicap International Tiongkok Alessandra Aresu menyampaikan, dari sekitar 1 miliar penyandang disabilitas di seluruh dunia, 85 juta orang di antaranya berada di Tiongkok dan lebih dari setengahnya adalah anak-anak perempuan serta perempuan.

“Anak perempuan dan perempuan difabel paling banyak menjadi korban kekerasan, pelecehan seksual, marjinalisasi, penganiayaan, dan eksploitasi. Karena itu, sangat penting membangkitkan kesadaran kesetaraan jender bagi anak perempuan dan perempuan difabel di antara pemangku kepentingan, para peneliti, dan media,” katanya.
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Juni 2016, di halaman 12 dengan judul “Indonesia Terima Penghargaan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB