Indonesia Kekurangan Ahli Kebencanaan

- Editor

Selasa, 29 April 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mitigasi bencana Indonesia masih kekurangan banyak sumber daya manusia kompeten. Padahal, Indonesia salah satu negara dengan ancaman bencana tinggi.

”Sumber daya manusia untuk mitigasi bencana jauh dari ideal, baik kuantitas maupun kualitas. Berkiprah di bidang kebencanaan sering jadi pilihan terakhir,” kata Kepala Badan Geologi Surono, di Bandung, Senin (28/4).

Surono mencontohkan, 127 gunung api aktif menjadi rumah bagi 4 juta penduduk Indonesia. Meski punya jumlah gunung dan potensi bencana terbesar di dunia, mayoritas gunung api dikelola pejabat eselon III dan tak dipantau ahli lulusan strata tiga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kondisi itu jauh berbeda dengan pemantauan di negara maju. Minimal 5 gunung api aktif dipantau 1 doktor, 5 master, 5-10 sarjana, dan 20 teknisi. Kondisi itu, kata Surono, bisa menjamin perlindungan masyarakat terhadap ancaman erupsi dan kemudahan penelitian. Mereka juga bisa membantu masyarakat memanfaatkan potensi gunung api, baik pertanian, wisata, maupun sumber energi.

Tidak hanya pemantauan gunung api, untuk potensi mitigasi kebencanaan lainnya pun belum didukung SDM ideal. Potensi gerakan tanah hingga gempa bumi belum dikelola tenaga yang benar-benar kompeten.

”Ini harus mendapat perhatian serius karena potensi bencana di Indonesia sangat tinggi. Gempa bumi, misalnya. Dari 12 gempa merusak tahun 2000-2011, empat di antaranya di Indonesia,” kata Surono.

Kondisi itu, kata dia, butuh perhatian mahasiswa hingga perguruan tinggi untuk terjun mempromosikan bidang mitigasi bencana. Gaji minim hingga risiko pekerjaan yang sangat besar sering kali menjadi kendala.

”Perlu peranan semua pihak. Tidak sekadar didukung ahli geologi, mitigasi bencana butuh ahli geofisika, kimia, fisika, hingga geodesi,” katanya.
Sepi peminat

Ketua Program Studi Teknik Geologi ITB Budi Bramantyo mengatakan, minat mahasiswa geologi ke bidang kebencanaan, seperti gunung api atau gempa, sangat kurang. ”Dari sekitar 80 mahasiswa geologi tiap angkatan, belum tentu ada yang buat skripsi tentang gunung api atau gempa bumi,” kata dia di sela workshop yang diadakan Badan Geologi.

Menurut Budi, kebencanaan sudah diajarkan sebagai mata kuliah kebencanaan. ”Peminatnya sejak gempa dan tsunami 2004 semakin lumayan, tetapi yang lalu memilih skripsi tentang itu masih sangat jarang,” kata dia.

Sebagian besar mahasiswa geologi, kata Budi, masih berorientasi bekerja di pertambangan seusai kuliah. ”Pekerjaan di bidang kebencanaan belum menjanjikan secara materi sehingga peminatnya sepi,” ujar dia.

Anggota Masyarakat Geografi Indonesia, T Bachtiar, mengakui, menyiapkan tenaga ahli mitigasi bencana belum jadi perhatian utama. Ia mencontohkan mata pelajaran geografi SMA di mana mitigasi bencana belum jadi kompetensi dasar yang harus dikuasai. Hal serupa terjadi di perguruan tinggi jurusan geografi. Mitigasi bencana sering belum terintegrasi dalam mata kuliah tertentu.

”Tidak jarang, konsep mitigasi bencana belum dipahami dengan baik. Padahal, mitigasi bencana bisa menjadi investasi yang baik. Selain bisa menyelamatkan manusia, mitigasi bisa mengurangi kerugian material saat bencana datang,” kata dia. (CHE/AIK)

Sumber: Kompas, 28 April 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB