Dorong Bioenergi Berbasis Pedesaan

- Editor

Sabtu, 11 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemanfaatan bioenergi di Indonesia sebagai sumber energi baru terbarukan masih minim. Padahal, sumber daya lokal yang tersebar di berbagai desa berpotensi menghasilkan energi.

“Dengan bioenergi, warga bisa terlibat langsung. Pengelolaannya untuk konsumsi rumah tangga, tak perlu dana investasi besar,” kata anggota Dewan Energi Nasional, A Sonny Keraf, dalam diskusi “Bioenergi: Potensi Energi Masa Kini dan Masa Depan”, Jumat (10/6), di Jakarta.

Bioenergi merupakan energi terbarukan dari sumber hayati, termasuk biomassa. Sementara biomassa ialah bahan organik penyimpan energi yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan produk limbah industri budidaya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hampir semua provinsi di Indonesia memiliki sumber daya lokal untuk menghasilkan energi baru terbarukan. Misalnya, Nusa Tenggara Timur memiliki banyak bambu yang berpotensi jadi sumber energi. Di Banyumas, Jawa Tengah, pemanfaatan limbah tahu menghasilkan gas dan dimasukkan ke ban dalam mobil.

Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Energi Arief Yuwono menambahkan, Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2010-2050 menargetkan kemandirian dan ketahanan energi nasional. Dalam 40 tahun, target terkait ketersediaan energi diharapkan tercapai.

Kemandirian energi berupa menjamin ketersediaan energi dengan memaksimalkan potensi dalam negeri. Adapun ketahanan energi menjamin akses warga pada energi dengan harga terjangkau, jangka panjang, dan memperhatikan lingkungan hidup.

Kebutuhan naik
Kini, porsi energi baru terbarukan (EBT) baru 6 persen dari total bauran energi nasional, padahal target 2025 mencapai 23 persen. Pada 2050, kebutuhan EBT diprediksi 31 persen. “Pengembangan bioenergi melalui regulasi, kelembagaan, sumber daya manusia, dan insentif,” kata Arief.

Selain itu, sosialisasi kepada masyarakat terkait potensi sumber daya lokal terus dilakukan. Sebab, target pemanfaatan bioenergi hanya bisa dicapai dengan cepat jika warga mendayagunakan energi di sekitarnya.

Sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi, menginventarisasi dan mengenalkan teknologi inovatif kepada warga pedesaan. Ke depan, itu diharapkan menghasilkan sumber energi alternatif di daerah.

Kabupaten Boalemo, Gorontalo, misalnya, punya potensi nira aren besar untuk bioetanol. Pemakaian 1 liter bioetanol untuk bahan bakar setara 1 tabung elpiji 3 kilogram. Biaya produksi bioetanol Rp 8.000 per liter dan harga elpiji 3 kg Rp 20.000.

Namun, menurut Sonny, pengembangan bioenergi terkendala harga. Harga EBT lebih mahal daripada energi fosil, seperti batubara dan minyak bumi. Karena itu, perlu harga khusus EBT agar menarik minat investor.

Arief menambahkan, kendala lain ialah ketergantungan Indonesia pada energi fosil. Jika energi fosil disubsidi pemerintah, EBT diharapkan mendapat perlakuan yang sama. (C03)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Juni 2016, di halaman 13 dengan judul “Dorong Bioenergi Berbasis Pedesaan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB